Banyuwangi mantapkan langkah sebagai sentra bawang putih
Merdeka.com - Demi mencapai kemandirian bawang putih tahun 2021, Kabupaten Banyuwangi kini menjadi salah satu sentra pengembangan bawang putih yang dicanangkan Kementerian Pertanian (Kementan). Dengan ketinggian medium sekitar 650 mdpl, lahan di sekitar kawah Ijen yang dulunya tidak produktif, kini menjelma menjadi hamparan lahan bawang putih yang subur.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikuktura, Prihasto Setyanto, saat melakukan kunjungan kerja meninjau lokasi pengembangan bawang putih ke Banyuwangi pada Sabtu (29/9) takjub melihat areal bawang putih di antara hamparan padi. Bawang putih memang merupakan tanaman subtropis yang tumbuh pada suhu relatif sejuk bahkan ke arah dingin, dan butuh pengairan cukup.
-
Bagaimana Banyuwangi mendorong UMKM? Ipuk menyampaikan, Pemkab Banyuwangi terus mengupayakan pelibatan pelaku usaha UMKM dalam pembangunan daerah, salah satunya adalah dengan cara memberikan kesempatan yang sama bagi UMKM untuk terlibat dalam pengadaan barang dan jasa pemerintahan.
-
Siapa yang memberikan apresiasi atas kinerja Banyuwangi? Atas kinerja positif tersebut, Banyuwangi mendapat apresiasi dari pemerintah pusat berupa Dana Insentif Fiskal Kinerja (DIFK) Penghapusan Kemiskinan Ekstrem 2023 senilai Rp 6,71 miliar.
-
Bagaimana Banyuwangi mendorong penguatan seni budaya lokal? “Bukan berarti tradisi dan budaya kita menjadi hilang kesakralannya karena kita festivalkan. Namun, kita kemas lebih menarik dan kreatif menjadi sebuah atraksi seni yang bisa ditonton wisatawan. Kita tata bagaimana letak panggungnya, kita ajarkan pre eventnya.
-
Siapa yang bisa mendapatkan manfaat dari bawang putih? Bagi Anda yang memiliki keluhan terhadap detak jantung yang terlalu cepat, konsumsi bawang putih dapat membantu Anda dalam mengatasi masalah ini.
-
Mengapa delegasi internasional tertarik ke Kampung KB Banyuwangi? Mereka mengaku mengapresiasi sejumlah program kependudukan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang dijalankan oleh Desa Jambewangi.
-
Kenapa Banyuwangi perlu kerja keras? Tantangan yang dihadapi daerah saat ini semakin berat. Tuntutan masyarakat pun terus meningkat, sehingga dibutuhkan komitmen dan kerja keras bersama seluruh pihak untuk bisa mewujudkan pelayanan prima sesuai harapan publik.
"Saya liat kuncinya di air yang melimpah, benih sesuai anjuran, dan petani yang semangat. Untuk ukuran petani pemula, hasil sementara ini sudah bagus. Hanya masih perlu ditingkatkan lagi pemeliharaannya supaya menghasilkan umbi ukuran besar," ujar Prihasto. "Jangan sampai telat menyiram karena sebagus apapun benihnya kalau kekurangan air, umbinya tidak akan optimal," terangnya.
Kesuksesan pengembangan lahan bawang putih di Banyuwangi ini tak lepas dari program wajib tanam bagi pelaku usaha impor bawang putih sebagaimana diatur dalam Permentan No. 38 tahun 2017. Disebutkan bahwa, pelaku usaha impor bawang putih wajib menanam 5% dari volume pengajuan impornya.
Tanaman bawang putih di kawasan Ijen Banyuwangi ©2018 Merdeka.comGeliat Bawang Putih di Banyuwangi
Antusiasme masyarakat Banyuwangi untuk mengembangkan bawang putih juga tampak baik. Lebih dari sekadar kewajiban, banyak inisiatif yang muncul dari pengembang bawang putih di sana baik perusahaan maupun para petani.
Salah satu inisiatif untuk program ini datang dari peserta wajib tanam bawang putih yang saat ini menjadi pengelola di Lijen Banyuwangi, yakni PT Sinar Padang Sejahtera (SPS). Untuk memenuhi target produksi minimal 6 ton per hektare, perusahaan ini tak segan menyiasati produksi dengan mengembangkan irigasi pipa ukuran 3 inci yang diambil jauh di atas lereng gunung sepanjang 6 km atau lebih dari 1.500 batang paralon.
"Kami tarik dari sumber mata air di kaki Gunung Ranti lalu ditampung di embung mini di lahan paling atas. Kemudian dialirkan secara gravitasi untuk menyirami lahan bawang putih seluas 116 hektare dengan pipa-pipa lebih kecil berdiameter 2 inci," ujar Fery pengelola lahan dari PT. SPS.
Tanaman bawang putih di kawasan Ijen Banyuwangi ©2018 Merdeka.comSelain itu, Prihaston juga melihat program tersebut juga ternyata membawa dampak positif kepada petani. Salah satunya, petani di sekitar lokasi menjadi terpancing untuk ikut menanam bawang putih seperti yang terjadi di beberapa desa di Kabupaten Banyuwangi. Sebuah kelompok tani berinisiatif mengembangkan perkebunan bawang putih setelah melihat langsung pertanaman milik importir PT SPS di Lijen.
Saat ini di Kecamatan Songgon misalnya, sudah tanam bawang putih 25 hektare pada ketinggian 650 mdpl dengan dibantu dari kegiatan APBN 2018. Lokasinya antara lain di di Desa Sragi dan Desa Bayu. Benihnya jenis Lumbu Hijau dan Lumbu Kuning dikembangkan dengan baik, rata rata tanaman sudah memasuki 65-75 hari.
"Terlebih setelah mendengar langsung pidato Pak Menteri Pertanian saat berkunjung ke sana beberapa waktu lalu. Kami jadi makin semangat ingin mencoba. Kami berharap program tanam bawang putih ini terus dilanjutkan pemerintah sampai petani benar-benar berhasil," ungkap Agus Agus Supriyadi, Ketua Kelompok Tani Sawung Walik dari Desa Sragi Kecamatan Songgon di lereng Gunung Raung.
Tanaman bawang putih di kawasan Ijen Banyuwangi ©2018 Merdeka.comSementara itu, Mohamad Khoiri, Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Banyuwangi yang turut mendampingi kunjungan menyebutkan bahwa potensi lahan di Banyuwangi sebenarnya masih luas. "Potensi lahan sementara ada sekitar 250 hektar di kaki Gunung Raung tepatnya di Kecamatan Songgon tapi kami ingin pastikan petaninya siap dan yakin dulu supaya ke depan tidak jadi masalah," kata Khoiri. "Kalau ada pelaku usaha yang mau masuk Banyuwangi kami siap bantu fasilitasi," tambahnya.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman pernah menyebutkan, bahwa secara nasional untuk swasembada bawang putih, dibutuhkan pengembangan lahan seluas 60 ribu hektare untuk konsumsi, dan 18 ribu hektar lahan untuk perbenihan. Direktorat Jenderal Hortikultura pin menyiapkan pendampingan bagi pelaku usaha dam petani yang serius merealisasikan pertanaman bawang putih baik terkait teknologi budidaya maupun konsultasi perbenihan. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dengan harga pasar bawang merah Rp 11.000 per kilogram, kelompok tani ini mampu menghasilkan Rp3,12 miliar.
Baca SelengkapnyaProvinsi Sumatra Utara menjadi proyek percontohan produksi bawang yang digelar Kemenko Marves bekerja sama dengan Taiwan
Baca SelengkapnyaPada tahun 1980-an, komoditas bawang putih di Jateng memasuki masa jaya. Kini petani berharap campur tangan pemerintah agar komoditas itu bisa bersaing di pasar
Baca SelengkapnyaAcara dibalut dengan pentas budaya khas Bumi Blambangan itu melahirkan spirit memajukan daerah kelahiran..
Baca SelengkapnyaIni membuktikan bahwa komoditas bawang merah dapat tumbuh dengan baik di wilayah Kabupaten Bekasi.
Baca SelengkapnyaPertanian bawang merah di Ngajuk sudah ada sejak 1950-an. Hingga kini, petani Nganjuk tetap pilih menanam bawang merah walau harga di pasar naik turun.
Baca SelengkapnyaBanyuwangi meraih penghargaan terkait pengadaan barang dan jasa pemerintahan.
Baca SelengkapnyaSecara Nasional, kata SYL, produksi bawang merah hingga saat ini masih surplus
Baca SelengkapnyaWarga Desa Genteng Wetan Kabupaten Banyuwangi ini berhasil membuktikan bahwa lingkungan yang bersih bisa mendatangkan cuan
Baca SelengkapnyaProgram "Jagoan Tani" yang rutin digelar Pemkab Banyuwangi terus mendapatkan animo yang baik dari generasi muda Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaPemkab Banyuwangi kembali menggelar Banyuwangi Fish Market Festival yang dipusatkan di kawasan Kampung Mandar Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaBupati Banyuwangi Raih Satyalencana Wirakarya dari Presiden Joko Widodo.
Baca Selengkapnya