Basis data DNA dan sidik jari Indonesia kalah dari Malaysia
Merdeka.com - Dalam menyelesaikan suatu kasus kejahatan terhadap manusia, seperti kasus pembunuhan, penyidik Polri sangat bergantung dengan identifikasi sidik jari dan DNA. Namun sayangnya, basis data ini di Indonesia masih belum lengkap dan kalah dengan dua Asean, yakni Malaysia dan Singapura.
"Salah satu basis data sidik jari dan DNA yang paling lengkap saat ini dimiliki oleh Amerika. Selain negara maju, beberapa negara di ASEAN juga sudah memiliki basis data serupa, seperti Singapura dan Malaysia," ujar Kepala Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Brigjen Subekti Suharsono dalam seminar kedokteran kepolisian 'Peran Teknologi Kedokteran Dalam Tugas Operasional Kepolisian' di Hotel Santika TMII, Jakarta, Kamis (3/12).
Subekti menjelaskan, identifikasi manusia melalui sidik jari dan DNA merupakan metode identifikasi dengan tingkat akurasi tinggi. Akurasinya mencapai 99 persen.
-
Bagaimana cara peneliti memperoleh data bahasa di setiap negara? Data diperoleh dari Ethnologue Edisi 22 (2019).
-
Aplikasi apa yang dikeluarkan Polri? ASSDM Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan diluncurkannya aplikasi tersebut untuk memfasilitasi personel polri yang akan mengikuti tes IELTS dalam rangka beasiswa LPDP serta tes pendidikan pengembangan.
-
Bagaimana Poltracking mendapatkan datanya? Survei dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan data melalui wawancara tatap muka langsung dengan responden terpilih (face to face interview) kepada 1.220 responden, menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling).
-
Siapa yang membocorkan data orang Indonesia? Dalam tangkapan layarnya, akun X bernama @Fusion Intelligence Center @S memberitahukan bahwa data pribadi masyarakat Indonesia telah dibocorkan oleh sebuah channel Telegram di China.
-
Apa yang ditemukan di TKP yang dapat menghubungkan pelaku dengan tempat atau individu terkait? Dalam studi yang dimuat di jurnal Forensic Science International: Genetics ini, Patterson dan timnya menemukan bahwa sehelai bulu kucing yang ditemukan di lokasi kejadian dapat menghubungkan pelaku kejahatan dengan tempat atau individu terkait.
-
Kenapa orang menggunakan data orang lain untuk pinjol? Kata Darmawan, kejadian itu sering sekali terjadi di era modern. Sebab, saat ini fasilitas pinjaman online adalah cara yang lebih banyak dipilih oleh anak muda ketika mereka tidak punya uang.
Untuk menunjang metode identifikasi ini diperlukan basis data yang lengkap, khususnya dari kelompok orang yang rentan terlibat kasus-kasus kejahatan, seperti tersangka kejahatan, residivis dan tahanan di penjara. Berbagai negara telah mengembangkan basis data ini untuk mempermudah pencarian pelaku kejahatan.
"Ketika di tempat kejadian perkara (TKP) dan atau pada barang bukti ditemukan sampel DNA pelaku yang profilnya dapat diidentifikasi dengan metode sidik jati dan DNA," ujarnya. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BSSN masih berkoordinasi dengan Polri terkait dugaan kebocoran data INAFIS tersebut.
Baca SelengkapnyaKemendagri terus melakukan pembenahan akan keamanan data untuk mengantisipasi maraknya kejahatan digital.
Baca SelengkapnyaMaraknya aksi peretasan dipicu belum maksimalnya penerapan hukum khususnya UU ITE.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan, saat ini korupsi semakin canggih dan kompleks, serta menggunakan teknologi mutakhir.
Baca SelengkapnyaTak ada yang kebal terhadap kebocoran, karena mengetahui kekuatan informasi sebuah negara adalah sesuatu yang penting di era sekarang.
Baca SelengkapnyaSerangan hacker Indonesia ke situs-situs pemerintahan Israel sedang jadi perbincangan.
Baca SelengkapnyaBagi perusahaan, serangan siber akan berdampak terhadap operasional organisasi.
Baca SelengkapnyaMeski undang-undang ini sudah diberlakukan, penerapannya masih sering kali dianggap sebagai formalitas semata.
Baca SelengkapnyaPotensi besar sebagai digital hub tak boleh dilepaskan begitu saja.
Baca SelengkapnyaPemerintah melalui Kemenkominfo bekerja sama dengan Singapura untuk membahas hoaks Pemilu.
Baca SelengkapnyaMenurut riset GBG, lebih dari 56 persen bisnis di Indonesia telah menjadi korban dari berbagai bentuk Fraud Digital.
Baca SelengkapnyaJika ditilik dari akun X @bjorkanism, Bjorka berasal dari Polandia di Kota Warsawa.
Baca Selengkapnya