Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Beda Abraham Samad dan Taufiqurrahman Ruki di mata JK

Beda Abraham Samad dan Taufiqurrahman Ruki di mata JK Wapres Jusuf Kalla di ruang kerjanya. ©2015 merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla blak blakan bicara soal Ketua KPK nonaktif Abraham Samad dan Plt Ketua KPK Taufiqurrahman Ruki. Menurut JK, Abraham Samad sudah tidak bisa lagi dijamin kredibilitasnya. Sementara Ruki, masih dianggap bagus track record-nya.

JK mengatakan hal itu saat wawancara khusus dengan merdeka.com, Senin (9/3) kemarin di kantor Wapres, Jalan Veteran III, Jakarta.

"Lihat saja yang terjadi di Abraham. Jadi bukan soal.. tapi soal tidak bisa dijamin lagi kredibilitasnya, kejujurannya," kata JK.

Orang lain juga bertanya?

Padahal menurut JK, KPK dibentuk untuk menangkap orang-orang yang tidak jujur terhadap keuangan negara. Jadi orang-orang yang dipilih tersebut harusnya lebih jujur dari orang-orang yang ditangkap KPK.

"Kalau KPK bukan orang jujur, tidak bermoral, bagaimana tidak merusak KPK. Orang KPK kan sudah dipilih untuk membasmi orang yang tidak jujur, ya harusnya lebih jujur. Kalau bermasalah bagaimana," tanya JK.

JK membantah apa yang terjadi selama ini adalah upaya kriminalisasi terhadap Abraham Samad dan KPK.

"Kalau anda bilang kriminalisasi, bagaimana yang terjadi dengan BG (Komjen Budi Gunawan)? Itu jelas semua dikatakan bahwa pasti ada permainan politik masuk situ. Ya berbahaya kalau pimpinan KPK memasukkan emosi pribadinya. Jadi siapa yang merusak KPK?" JK kembali bertanya.

Lalu bagaimana dengan Plt Ketua KPK Taufiqurrahman Ruki? JK menyebut Ruki masih memiliki kredibilitas.

"Saya melihat orang dari track recordnya. Ruki kan track recordnya pertama kan bagus, cuma jaman dia pas jadi Ketua KPK memang tidak ada masalah.

JK membantah saat ditanya kehadiran Ruki di KPK justru dianggap malah mengkerdilkan posisi KPK, karena Ruki mengembalikan kasus BG ke Kejaksaan dan oleh Kejaksaan dilimpahkan lagi ke Polri.

"Begini, kalau pengadilan, lepas peran dari kontrak, pengadilan memutuskan ini tidak sah, emangnya mau diperiksa terus? Kalau pengadilan mengatakan itu tidak sesuai proses hukum, ya mesti dikembalikan dong. Apa harus dipaksakan, justru itu melanggar hukum, di atas KPK kan pengadilan, yang penting kan pengadilan," papar pria asal Makassar, Sulawesi Selatan tersebut.

JK menambahkan, Komjen BG tetap tak dilantik meski menang di praperadilan lantaran Presiden Jokowi ingin menjaga perasaan publik biar tenang.

"Justru itu Pak Jokowi menjaga perasaan publik walaupun tidak mutlak. Tapi menjaga opini masyarakat, supaya lebih tenang lah," ujarnya.

(mdk/war)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ini Faktor-Faktor Jusuf Hamka Lebih Berpeluang Menang di Pilkada Jakarta Ketimbang Ridwan Kamil
Ini Faktor-Faktor Jusuf Hamka Lebih Berpeluang Menang di Pilkada Jakarta Ketimbang Ridwan Kamil

Ujang menyarankan Partai Golkar untuk mengusung pria akrab disapa Kang Emil itu di Pilkada Jabar karena peluang menangnya lebih besar daripada Jakarta.

Baca Selengkapnya
Said Abdullah: Jangan Lagi Pilih Pemimpin karena Sembako dan Uang
Said Abdullah: Jangan Lagi Pilih Pemimpin karena Sembako dan Uang

Menurut Said, memilih pemimpin karena iming-iming materi hanya akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang tidak memiliki kapasitas.

Baca Selengkapnya
Gerindra Ragu Elektabilitas Ridwan Kamil Kalah dari Anies, Contohkan Foke hingga Ahok
Gerindra Ragu Elektabilitas Ridwan Kamil Kalah dari Anies, Contohkan Foke hingga Ahok

Gerindra merespons soal elektabilitas Ridwan Kamil sebagai calon gubernur Jakarta masih kalah dari Anies

Baca Selengkapnya
Pengamat Sebut Kaesang Tidak Tertarik dengan Jusuf Hamka
Pengamat Sebut Kaesang Tidak Tertarik dengan Jusuf Hamka

Efriza mengatakan, Kaesang memang lebih cocok bersama Ridwan Kamil.

Baca Selengkapnya
TPN Ganjar-Mahfud Bela Ahok soal Jokowi-Gibran Tak Bisa Kerja: Itu Namanya Demokrasi
TPN Ganjar-Mahfud Bela Ahok soal Jokowi-Gibran Tak Bisa Kerja: Itu Namanya Demokrasi

Menurut Arsjad semua orang bebas dalam menyuarakan untuk mendukung siapa saja dengan cara yang berbeda-beda, termasuk Ahok.

Baca Selengkapnya
Mahfud Yakin Jimly Asshiddiqie Cs Kredibel Usut Dugaan Pelanggaran Etik Hakim MK
Mahfud Yakin Jimly Asshiddiqie Cs Kredibel Usut Dugaan Pelanggaran Etik Hakim MK

MKMK itu dibentuk menindaklanjuti dugaan pelanggaran etik putusan batas usia capres cawapres.

Baca Selengkapnya
Terungkap, Salah Satu Pelapor Dugaan Pelanggaran Etik Anwar Usman ke MKMK Adalah Relawan Jokowi
Terungkap, Salah Satu Pelapor Dugaan Pelanggaran Etik Anwar Usman ke MKMK Adalah Relawan Jokowi

Ketua MKMK Jimly Asshiddiqie pun bertanya lebih lanjut tentang Bara JP saat masing-masing Pelapor memperkenalkan diri.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Buka-Bukaan Ahok Ditelepon Jusuf Hamka, Ungkap Potensi Babah Alun Batal Maju di Jakarta
VIDEO: Buka-Bukaan Ahok Ditelepon Jusuf Hamka, Ungkap Potensi Babah Alun Batal Maju di Jakarta

Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang di dalamnya ada Partai Golkar, hendak mengusung Ridwan Kamil di Jakarta

Baca Selengkapnya
Dinilai Ahok Tidak Bisa Kerja, Gibran: Enggak Apa-Apa Kritikan dari Mentor Kami
Dinilai Ahok Tidak Bisa Kerja, Gibran: Enggak Apa-Apa Kritikan dari Mentor Kami

Gibran menganggap kritikan dari Ahok merupakan hal yang biasa.

Baca Selengkapnya
Jusuf Hamka: RK-Mulyadi Pasangan Afdol untuk Pilgub Jabar 2024
Jusuf Hamka: RK-Mulyadi Pasangan Afdol untuk Pilgub Jabar 2024

Golkar dan Gerindra disebut sepakat mengusung RK di Pilgub Jabar 2024

Baca Selengkapnya
Survei Tunjukkan Tren Positif, Said Abdullah Yakin Risma-Gus Hans Menang
Survei Tunjukkan Tren Positif, Said Abdullah Yakin Risma-Gus Hans Menang

Said meyakini kerja keras Risma-Gus Hans beserta segenap tim kampanye telah berdampak baik dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat.

Baca Selengkapnya
TKN: Kita Lihat Generasi Baby Boomers Lawan Gibran Keteteran
TKN: Kita Lihat Generasi Baby Boomers Lawan Gibran Keteteran

Kubu Prabowo Gibran menilai tidak perlu ada evaluasi lagi untuk menghadapi debat berikutnya.

Baca Selengkapnya