Beda Keterangan Polisi dengan Koperasi Terkait Penangkapan 4 Petani di Pelalawan
Merdeka.com - Polisi menangkap empat petani Desa Gondai, Kabupaten Pelalawan, Riau. Mereka ditangkap lantaran diduga melakukan tindak pidana perusakan, penyerangan dan menghalang-halangi petugas saat melakukan eksekusi kebun sawit.
Lahan kebun itu menjadi rebutan antara PT Peputra Supra Jaya (PSJ) dan PT Nusa Wana Raya (NWR) awal tahun 2020 lalu. Keempat warga tersebut ditangkap petugas kepolisian dan ditahan di Polres Pelalawan.
Kasat Reskrim Polres Pelalawan, AKP Ario Damar mengatakan, empat warga yang diamankan itu bukan warga asli Desa Gondai.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
-
Apa yang ditemukan petani di ladang? Seorang petani secara tidak sengaja menemukan gelang kuno langka berusia 3.300 tahun di ladangnya di desa Çitli, distrik Mecitözü, Çorum, Turki.
-
Siapa yang ditangkap? Personel Brimob menangkap pria berinisial I, P, G yang diduga sebagai pemakai dan WA sebagai bandar dan perempuan N sebagai pemakai pada Rabu (19/6) dini hari.
-
Siapa saja yang ditangkap? Ratusan pelajar itu diamankan di empat lokasi di Jakarta Pusat pada Selasa (2/4) sore. 'Hari ini kita mengamankan remaja yang konvoi berdalih berbagi takjil yang selalu membuat kerusuhan dan keonaran di jalan raya, sehingga membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar karena sering menutup jalan sambil teriak-teriak menyalakan petasan,' kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis.
-
Bagaimana polisi menangkap mereka? Penangkapan ini tidak lepas dari kegiatan patroli rutin yang ditingkatkan di wilayah Kepolisian Resor Kota Besar Medan dan jajaran untuk membantu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
-
Siapa yang dimusnahkan oleh petani-pemukim? Sebuah studi baru mengungkap bahwa bangkitnya pertanian ini sebenarnya menyebabkan genosida tragis terhadap populasi pemburu-nomaden yang dimusnahkan oleh para petani-pemukim dalam beberapa generasi.
"Seluruhnya pendatang, kalau asli enggak," kata Ario, Jumat (19/2).
Namun pernyataan Ario justru dibantah warga sekitar. Rades yang merupakan pengurus Koperasi Gondai Bersatu (GBS) yang lahannya terancam dieksekusi menyebutkan, keempat orang yang ditangkap polisi itu salah satunya adalah HR yang merupakan Ketua RT Padang Lawas.
"KTP-nya di situ. HR sudah lama, sudah puluhan tahun. Sejak kebun itu (sawit koperasi) ada. Gitu juga ketiga orang lainnya. Ya mungkin selisihnya enggak lama. Mungkin karena bermarga makanya dibilang pendatang," kata Rades.
Selain HR, polisi juga menangkap inisial A, AG dan B sepekan yang lalu. Tiga di antaranya adalah anggota koperasi GBS dan satu orang anggota koperasi Sri Gumala Sakti (SGS) yang lahannya juga terancam dieksekusi.
Keempat orang ini ditangkap petugas lantaran diduga menjadi provokator hingga terjadi kericuhan saat eksekusi saat itu berlangsung.
"Saat itu petani menghalangi alat berat biar tanaman enggak ditumbang, tapi polisi menghalau masyarakat di situlah terjadi keributan," terangnya.
Kenapa baru saat ini ditangkap, Radesman mengutarakan bahwa memang sudah ada pemeriksaan setelah kericuhan itu terjadi. Namun Ia menerka lantaran bersamaan dengan Pilkada Pelalawan kemudian ada penundaan.
"Bahasa yang kita dapat begitu ada penundaan dan sekarang baru mulai lagi," katanya.
Saat penangkapan, warga bersama Kepala Desa, keluarga dan petani lainnya sempat mengejar petugas ke Polres Pelalawan. Tujuannya untuk menanyakan keberadaan mereka. Namun pihaknya tidak mendapatkan izin dari petugas.
"Saat itu pagar Polres ditutup, kita tidak diizinkan bertemu dengan mereka. Alasannya karena Covid-19 dan mereka sedang mejalani pemeriksaan," ucapnya.
Keesokan harinya, Rades bersama warga lainnya kemudian mencari pengacara untuk mendampingi empat rekannya itu.
"Selasa (16/2) kemarin mereka menjalani pemeriksaan dengan didampingi pengacara," tuturnya.
Atas penangkapan empat orang itu, menurut Radesman timbul pertanyaan di kalangan masyarakat khususnya petani yang menjadi anggota dua koperasi itu.
"Saat ini tentu timbul pertanyaan di masyarakat, mereka curiga apakah ini pesanan atau memang objektif masalah kemarin, atau sebagai penekanan agar kita tidak berbuat. Karena gini, kita saat ini bertanya-tanya kita membela kebun kita kok malah ditangkap. Itulah menjadi pertanyaan warga," jelasnya.
Belakangan isu eksekusi tanaman sawit milik petani yang menjadi anggota dua koperasi itu kembali muncul. Bahkan situasi saat ini ada tiga alat berat yang berada tidak jauh dari kebun sawit milik mereka. Sebab, letak lahan mereka berada paling luar. Sedangkan lahan milik koperasi SGS berada di bagian dalam wilayah itu.
"Saat ini kita masih terus melakukan penjagaan, kita buat pos, bukan berarti melawan. Kita hanya melihat situasi dan memberikan informasi ke petani lain. Untuk petugas dari kepolisian gak ada. Kita sudah gak nyenyak tidur dengan situasi saat ini," pungkasnya.
Sebelumnya PT PSJ dilaporkan oleh PT Nusa Wana Raya (NWR) ke Mabes Polri terkait Izin Usaha Perkebunan (IUP). Pada sidang tingkat pertama di Pengadilan Negeri Pelalawan, majelis hakim memutuskan PT PSJ tidak bersalah hingga bebas demi hukum.
Kemudian PT NWR melakukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA) yang kemudian mengabulkan gugatan tersebut. Belakangan diketahui, upaya PK dari PT PSJ ditolak Mahkamah Agung. Eksekusi pun akan berlanjut terhadap lahan milik kelompok tani sekitar lebih dari 2.000 hektare.
Saat eksekusi pertama berlangsung pada awal 2020 lalu, kericuhan tidak terelakkan. Baik dari pihak PT NWR maupun PSJ sama-sama mengalami luka. Kini, pihak jaksa, DLHK dan Kepolisian sedang persiapan melakukan eksekusi kedua dalam beberapa hari ke depan.
PT NWR bergerak di bidang Hutan Tanaman Industri jenis kayu akasia. Sedangkan PT PSJ merupakan perkebunan kelapa sawit.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Melawan saat Ditangkap, Komplotan Residivis Kasus Pencurian di Pekanbaru Ditembak Polisi
Baca SelengkapnyaTahanan digunduli guna pemeriksaan identitas, badan atau kondisi fisik dan menjaga atau memelihara kesehatan serta mengidentifikasi penyakit.
Baca Selengkapnya4 Sekeluarga Tewas di Musi Banyuasin Diduga Korban Perampokan, Polisi Temukan Petunjuk
Baca SelengkapnyaTernyata US juga tercatat sebagai ASN di salah satu Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu.
Baca SelengkapnyaPara pelaku terlibat dalam 16 kasus kebakaran hutan dan lahan pada Januari-Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaBaku tembak terjadi antara polisi dan pencuri sawit di Ogan Komering Ilir (OKI).
Baca SelengkapnyaIdentitas dan ciri-ciri mereka terungkap dari hasil pemeriksaan CCTV yang merekam kejahatan tersebut.
Baca SelengkapnyaPenetapan tersangka terhadap enam personel Polres Polman setelah dilakukan gelar perkara.
Baca SelengkapnyaModus pelaku memberi uang muka Rp10 juta kepada tiap petani dan meminta mereka menyerahkan sertifikat tanah yang kemudian dibaliknamakan dan diagunkan ke bank.
Baca SelengkapnyaGawai, busur panah dan anak panah disita Densus dari sebuah rumah di Sukoharjo
Baca SelengkapnyaKapolres menyesalkan tindakan warga yang menghalangi penangkapan pelaku kejahatan bahkan menyerang dan menyandera polisi.
Baca SelengkapnyaMotifnya untuk membuka lahan atau untuk menanam bibit kelapa sawit seluas 3 hektare.
Baca Selengkapnya