Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Begini cara Presiden Soeharto pilih jenderal untuk Panglima TNI

Begini cara Presiden Soeharto pilih jenderal untuk Panglima TNI Presiden Soeharto di Asean Summit. ©soeharto.co

Merdeka.com - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo akan memasuki masa pensiun pada Bulan Maret tahun depan. Sejumlah nama calon penggantinya sudah disebut. Misal Kepala Staf TNI AD Jenderal Mulyono, lalu Kepala Staf TNI AL Laksamana Ade Supandi dan Kepala Staf TNI AU Marsekal Hadi Tjahjanto.

Namun semuanya masih menunggu Presiden Jokowi. Sebab menunjuk Panglima TNI adalah hak prerogatif presiden.

Ada kisah menarik bagaimana dulu Presiden Soeharto memilih Panglima TNI yang dulu disebut Pangab atau Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

Presiden Soeharto benar-benar menggunakan hak prerogatifnya sebagai seorang kepala negara. Bahkan tak ada yang bisa menduga, siapa jenderal yang akan dipilih Soeharto menjadi Panglima. Seringkali bahkan Presiden Soeharto tak menjadikan urutan kepangkatan sebagai hal utama. Tak selalu Panglima harus memenuhi syarat pernah menjabat sebagai kepala staf angkatan misalnya, atau pernah menjadi Panglima Kodam.

Tengoklah saat Presiden Soeharto menunjuk Jenderal M Jusuf untuk menggantikan Jenderal Maraden Panggabean sebagai Panglima ABRI. Saat itu M Jusuf sudah 13 tahun meninggalkan TNI dan menjadi menteri perindustrian.

Seingat Jenderal Jusuf bahkan cuma tiga kali dia mengenakan seragam lengkap TNI dari tahun 1965 sampai 1978. Itu pun cuma untuk upacara kenaikan pangkat. Jenderal Jusuf juga sudah tidak pernah baris berbaris selama 12 tahun.

Padahal ada deretan nama lain yang saat itu yang dinilai lebih bersinar karir militernya. Misalnya Jenderal Widodo yang saat itu menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Ada juga Jenderal Soerono dan Jenderal Umar Wirahadikusuma.

m jusuf

Namun jika Presiden Soeharto sudah berkehendak, siapa yang berani membantah saat itu. Jadilah Jenderal M Jusuf Panglima ABRI.

Di kemudian hari Jenderal Jusuf kemudian sangat dicintai para prajurit TNI. Dia rajin blusukan ke barak prajurit rendahan untuk menyapa langsung anak buahnya. Sampai digelari Panglima para prajurit.

Tak boleh ada matahari kembar di era Orde Baru. Maka Jenderal M Jusuf digeser menjadi Kepala Badan Pemeriksa Keuangan tahun 1983. Untuk penggantinya, Presiden Soeharto menunjuk Jenderal Benny Moerdani.

Di kalangan TNI, nama Benny tak dikenal luas. Benny bergerak di belakang layar bertahun-tahun sebagai perwira intelijen. Jangankan masyarakat, seorang marinir yang berjaga di kantornya saja tak tahu kalau Benny adalah seorang kepala intelijen. Demikian misteriusnya Benny Moerdani.

Pada awal karir, prestasi Benny di Korps Baret Merah Kopassus sangat menonjol. Tapi karena berkonflik dengan Jenderal Ahmad Yani, Benny Moerdani kemudian digeser ke Kostrad. Berakhirlah karir Benny sebagai komandan pasukan.

Benny hanya pernah memimpin satuan setingkat batalyon. Dia tak pernah memimpin Komando Daerah Militer (Kodam), menjadi Danjen Kopassus atau Panglima Kostrad. Benny juga tak pernah menjadi Kepala Staf Angkatan Darat.

Tapi Benny adalah orang nomor satu di bidang intelijen era Soeharto. Saat itu dia menjabat Asisten Intelijen Menteri Pertahanan dan Keamanan, Asisten Intelijen Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), Kepala Pusat Intelijen Strategis (Pusintelstrat), dan Wakil Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin).

Kenapa Soeharto memilih Benny?

Banyak analisa soal ini. Tapi awal tahun 1980, mulai banyak pihak menyerang langkah politik Soeharto yang mulai otoriter. Kalangan oposisi ini kebanyakan malah berasal dari Angkatan Darat, alumni Soeharto sendiri. Sejumlah jenderal mantan kolega Soeharto mulai gerah.

Ada nama Letjen Kemal Idris, Letjen M Jasin, Letjen HR Dharsono yang semula merupakan tangan kanan Soeharto mendirikan Orde Baru. Kini mereka berbalik menyerang Soeharto.

Soeharto harus memastikan Panglima TNI yang dipilihnya sangat loyal dan mampu melindungi dirinya. Dia melihat sosok ini ada pada Benny. Soeharto juga melihat Benny yang berasal dari kalangan minoritas tak akan mendapatkan dukungan rakyat untuk menjadi seorang Presiden.

Benny memimpin TNI hingga tahun 1988. Karirnya habis saat mengkritik bisnis keluarga Cendana.

Presiden Soeharto kemudian menunjuk Jenderal Try Soetrisno untuk menggantikan Benny. Tri pernah menjadi ajudan presiden. Kelak dia mendampingi Pak Harto sebagai wakil presiden.

(mdk/ian)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jika Soeharto Dikenal Sebagai 'Jenderal yang Tersenyum', Jenderal TNI ini Dijuluki 'Jenderal Tanpa Senyum'
Jika Soeharto Dikenal Sebagai 'Jenderal yang Tersenyum', Jenderal TNI ini Dijuluki 'Jenderal Tanpa Senyum'

Dikenal sebagai antitesis Soeharto, sosok Benny Moerdani ternyata memiliki kisah tak terungkap antara dirinya dan sang Presiden kedua RI. Simak ulasan berikut.

Baca Selengkapnya
Berani Kritik Anak Presiden, Jenderal ini Dicopot dari Jabatan Panglima
Berani Kritik Anak Presiden, Jenderal ini Dicopot dari Jabatan Panglima

Jenderal yang paling dipercaya ini tiba-tiba berani mengkritik sepak terjang anak presiden. Jabatan taruhannya.

Baca Selengkapnya
Jokowi Tunjuk Jenderal Agus Jadi Calon Panglima, Sekjen PDIP: Apa Betul untuk Profesionalitas TNI?
Jokowi Tunjuk Jenderal Agus Jadi Calon Panglima, Sekjen PDIP: Apa Betul untuk Profesionalitas TNI?

Hasto mengingatkan agar suara publik harus didengar. Akan tetapi, perihal penunjukan Calon Panglima TNI merupakan hak prerogatif Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya
Stafsus BPIP: Pilih Pemimpin yang Dosanya Paling Kecil
Stafsus BPIP: Pilih Pemimpin yang Dosanya Paling Kecil

Romo Benny kembali mengingatkan masyarakat untuk menjadi pemilih yang cerdas dan kritis.

Baca Selengkapnya
Presiden Soeharto Ungkap Cara Pilih Wapres era Orde Baru, Beda Dengan Pilpres Sekarang
Presiden Soeharto Ungkap Cara Pilih Wapres era Orde Baru, Beda Dengan Pilpres Sekarang

Apakah ada lobi-lobi partai seperti sekarang? Atau dipilih sendiri? ini kata Soeharto.

Baca Selengkapnya
Kolonel TNI Berkali-Kali Ditahan Soeharto Saat Mau Pindah Tugas, Tak Disangka Jadi Wapres
Kolonel TNI Berkali-Kali Ditahan Soeharto Saat Mau Pindah Tugas, Tak Disangka Jadi Wapres

Perjalanan karir militer seorang perwira tak bisa ditebak. Begitu juga dengan Kolonel Angkatan Darat ini.

Baca Selengkapnya
Kenapa Sukarno Memilih Soeharto?
Kenapa Sukarno Memilih Soeharto?

Presiden Sukarno segera mencari sosok pengganti sementara panglima Angkatan Darat karena Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani diculik.

Baca Selengkapnya
Cerita Jenderal Sepuh jadi Wapres Tanpa Pemilu, Ditawari 3 Partai jadi Pendamping Soeharto
Cerita Jenderal Sepuh jadi Wapres Tanpa Pemilu, Ditawari 3 Partai jadi Pendamping Soeharto

Jenderal sepuh Try Sutrisno menjadi perbincangan publik saat Puncak acara HUT ke-79 TNI di lapangan Silang Monumen Nasional (Monas) Jakarta Pusat.

Baca Selengkapnya
Sudah Belasan Tahun Pegang Jabatan Sipil, Jenderal ini Kaget Tiba-Tiba Dipilih Jadi Panglima TNI
Sudah Belasan Tahun Pegang Jabatan Sipil, Jenderal ini Kaget Tiba-Tiba Dipilih Jadi Panglima TNI

Memakai seragam militer saja nyaris sudah tidak pernah. Tapi kenapa Jenderal ini yang dipilih?

Baca Selengkapnya
Menilik Sejarah Suksesi Panglima TNI, dari Jenderal Sudirman Hingga Agus Subiyanto
Menilik Sejarah Suksesi Panglima TNI, dari Jenderal Sudirman Hingga Agus Subiyanto

Sejak dipisahkannya Kepolisian Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia dari ABRI per 1 April 1999, istilah Panglima ABRI diganti menjadi Panglima TNI

Baca Selengkapnya
Herindra Dinilai Sosok Tepat Pimpin BIN, Ini Alasannya
Herindra Dinilai Sosok Tepat Pimpin BIN, Ini Alasannya

Qodari mengungkapkan, setidaknya ada empat alasan mengapa penunjukkan Herindra merupakan langkah tepat.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Jokowi Bocorkan Kandidat Calon Kasad, Ada Nama Letjen Maruli Simanjuntak
VIDEO: Jokowi Bocorkan Kandidat Calon Kasad, Ada Nama Letjen Maruli Simanjuntak

Jabatan KSAD saat ini kosong usai Jenderal Agus Subiyanto dilantik menjadi Panglima TNI.

Baca Selengkapnya