Begini cara Presiden Soeharto pilih jenderal untuk Panglima TNI
Merdeka.com - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo akan memasuki masa pensiun pada Bulan Maret tahun depan. Sejumlah nama calon penggantinya sudah disebut. Misal Kepala Staf TNI AD Jenderal Mulyono, lalu Kepala Staf TNI AL Laksamana Ade Supandi dan Kepala Staf TNI AU Marsekal Hadi Tjahjanto.
Namun semuanya masih menunggu Presiden Jokowi. Sebab menunjuk Panglima TNI adalah hak prerogatif presiden.
Ada kisah menarik bagaimana dulu Presiden Soeharto memilih Panglima TNI yang dulu disebut Pangab atau Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
-
Mengapa Presiden Soeharto memilih Jenderal M Jusuf menjadi Panglima TNI? Presiden Soeharto selalu punya pertimbangan saat memilih Panglima TNI.
-
Bagaimana proses pemilihan Panglima TNI? 'Nama nanti akan disampaikan Ibu Ketua DPR ya. Calon tunggal sesuai amanah UU,' imbuhnya.
-
Bagaimana Soeharto memilih Wakil Presiden? 'Saya tidak sendiri memilih wakil presiden,' kata Soeharto.Tahun 1983, berdasarkan berbagai pertimbangan, pilihan jatuh pada Jenderal (Purn) Umar Wirahadikusumah.
-
Kenapa Soeharto diangkat jadi Jenderal Besar? Mabes ABRI tahun 1997 menyebutkan setidaknya ada tiga prestasi Soeharto yang membuatnya dinilai layak untuk mendapatkan gelar Jenderal Besar.
-
Bagaimana Panglima TNI memperkuat hubungan pertahanan? Di bawah kepemimpinan Jenderal TNI Agus Subiyanto, kedua angkatan bersenjata memperluas interaksi profesional dan hubungan antar masyarakat melalui kunjungan tingkat tinggi secara berkala, mengikuti kursus, pertukaran profesional, dan latihan bilateral dan multilateral.
-
Bagaimana Soekarno memilih menteri? Pemilihan menteri yang dilakukan oleh Soekarno didasarkan pada penilaiannya terhadap kinerja rekan-rekannya selama di badan pembentukan pemerintahan, serta disesuaikan dengan keahlian mereka di bidang masing-masing.
Presiden Soeharto benar-benar menggunakan hak prerogatifnya sebagai seorang kepala negara. Bahkan tak ada yang bisa menduga, siapa jenderal yang akan dipilih Soeharto menjadi Panglima. Seringkali bahkan Presiden Soeharto tak menjadikan urutan kepangkatan sebagai hal utama. Tak selalu Panglima harus memenuhi syarat pernah menjabat sebagai kepala staf angkatan misalnya, atau pernah menjadi Panglima Kodam.
Tengoklah saat Presiden Soeharto menunjuk Jenderal M Jusuf untuk menggantikan Jenderal Maraden Panggabean sebagai Panglima ABRI. Saat itu M Jusuf sudah 13 tahun meninggalkan TNI dan menjadi menteri perindustrian.
Seingat Jenderal Jusuf bahkan cuma tiga kali dia mengenakan seragam lengkap TNI dari tahun 1965 sampai 1978. Itu pun cuma untuk upacara kenaikan pangkat. Jenderal Jusuf juga sudah tidak pernah baris berbaris selama 12 tahun.
Padahal ada deretan nama lain yang saat itu yang dinilai lebih bersinar karir militernya. Misalnya Jenderal Widodo yang saat itu menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Ada juga Jenderal Soerono dan Jenderal Umar Wirahadikusuma.
Namun jika Presiden Soeharto sudah berkehendak, siapa yang berani membantah saat itu. Jadilah Jenderal M Jusuf Panglima ABRI.
Di kemudian hari Jenderal Jusuf kemudian sangat dicintai para prajurit TNI. Dia rajin blusukan ke barak prajurit rendahan untuk menyapa langsung anak buahnya. Sampai digelari Panglima para prajurit.
Tak boleh ada matahari kembar di era Orde Baru. Maka Jenderal M Jusuf digeser menjadi Kepala Badan Pemeriksa Keuangan tahun 1983. Untuk penggantinya, Presiden Soeharto menunjuk Jenderal Benny Moerdani.
Di kalangan TNI, nama Benny tak dikenal luas. Benny bergerak di belakang layar bertahun-tahun sebagai perwira intelijen. Jangankan masyarakat, seorang marinir yang berjaga di kantornya saja tak tahu kalau Benny adalah seorang kepala intelijen. Demikian misteriusnya Benny Moerdani.
Pada awal karir, prestasi Benny di Korps Baret Merah Kopassus sangat menonjol. Tapi karena berkonflik dengan Jenderal Ahmad Yani, Benny Moerdani kemudian digeser ke Kostrad. Berakhirlah karir Benny sebagai komandan pasukan.
Benny hanya pernah memimpin satuan setingkat batalyon. Dia tak pernah memimpin Komando Daerah Militer (Kodam), menjadi Danjen Kopassus atau Panglima Kostrad. Benny juga tak pernah menjadi Kepala Staf Angkatan Darat.
Tapi Benny adalah orang nomor satu di bidang intelijen era Soeharto. Saat itu dia menjabat Asisten Intelijen Menteri Pertahanan dan Keamanan, Asisten Intelijen Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), Kepala Pusat Intelijen Strategis (Pusintelstrat), dan Wakil Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin).
Kenapa Soeharto memilih Benny?
Banyak analisa soal ini. Tapi awal tahun 1980, mulai banyak pihak menyerang langkah politik Soeharto yang mulai otoriter. Kalangan oposisi ini kebanyakan malah berasal dari Angkatan Darat, alumni Soeharto sendiri. Sejumlah jenderal mantan kolega Soeharto mulai gerah.
Ada nama Letjen Kemal Idris, Letjen M Jasin, Letjen HR Dharsono yang semula merupakan tangan kanan Soeharto mendirikan Orde Baru. Kini mereka berbalik menyerang Soeharto.
Soeharto harus memastikan Panglima TNI yang dipilihnya sangat loyal dan mampu melindungi dirinya. Dia melihat sosok ini ada pada Benny. Soeharto juga melihat Benny yang berasal dari kalangan minoritas tak akan mendapatkan dukungan rakyat untuk menjadi seorang Presiden.
Benny memimpin TNI hingga tahun 1988. Karirnya habis saat mengkritik bisnis keluarga Cendana.
Presiden Soeharto kemudian menunjuk Jenderal Try Soetrisno untuk menggantikan Benny. Tri pernah menjadi ajudan presiden. Kelak dia mendampingi Pak Harto sebagai wakil presiden.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dikenal sebagai antitesis Soeharto, sosok Benny Moerdani ternyata memiliki kisah tak terungkap antara dirinya dan sang Presiden kedua RI. Simak ulasan berikut.
Baca SelengkapnyaJenderal yang paling dipercaya ini tiba-tiba berani mengkritik sepak terjang anak presiden. Jabatan taruhannya.
Baca SelengkapnyaHasto mengingatkan agar suara publik harus didengar. Akan tetapi, perihal penunjukan Calon Panglima TNI merupakan hak prerogatif Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaRomo Benny kembali mengingatkan masyarakat untuk menjadi pemilih yang cerdas dan kritis.
Baca SelengkapnyaApakah ada lobi-lobi partai seperti sekarang? Atau dipilih sendiri? ini kata Soeharto.
Baca SelengkapnyaPerjalanan karir militer seorang perwira tak bisa ditebak. Begitu juga dengan Kolonel Angkatan Darat ini.
Baca SelengkapnyaPresiden Sukarno segera mencari sosok pengganti sementara panglima Angkatan Darat karena Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani diculik.
Baca SelengkapnyaJenderal sepuh Try Sutrisno menjadi perbincangan publik saat Puncak acara HUT ke-79 TNI di lapangan Silang Monumen Nasional (Monas) Jakarta Pusat.
Baca SelengkapnyaMemakai seragam militer saja nyaris sudah tidak pernah. Tapi kenapa Jenderal ini yang dipilih?
Baca SelengkapnyaSejak dipisahkannya Kepolisian Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia dari ABRI per 1 April 1999, istilah Panglima ABRI diganti menjadi Panglima TNI
Baca SelengkapnyaQodari mengungkapkan, setidaknya ada empat alasan mengapa penunjukkan Herindra merupakan langkah tepat.
Baca SelengkapnyaJabatan KSAD saat ini kosong usai Jenderal Agus Subiyanto dilantik menjadi Panglima TNI.
Baca Selengkapnya