Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Benarkah Denny JA penggagas genre sastra baru 'puisi-esai'?

Benarkah Denny JA penggagas genre sastra baru 'puisi-esai'? Denny JA. ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Denny JA, yang lebih dikenal sebagai konsultan politik, dinobatkan sebagai tokoh sastra Indonesia paling berpengaruh oleh tim juri dari Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin . Nama Denny pun bertengger bersama nama-nama besar seperti Chairil Anwar dan Pramoedya Ananta Toer .

Tim juri memasukkan Denny karena pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dinilai telah melahirkan genre baru dalam puisi Indonesia: puisi-esai. Padahal, buku puisi-esai 'Atas Nama Cinta' atas nama Denny JA baru terbit pada 2012.

"Genre puisi esai ini memancing perdebatan luas di kalangan sastrawan sendiri. Aneka perdebatan itu sudah pula dibukukan. Terlepas dari pro kontra pencapaian estetik dari puisi esai, pengaruh puisi esai dan penggagasnya Denny JA dalam dinamika sastra mutakhir tak mungkin diabaikan siapapun," kata Ketua Tim 8 yang juga Ketua Tim Juri, Jamal, dalam peluncuran buku belum lama ini.

Namun, apakah benar Denny JA penggagas puisi-esai ini?

Sastrawan asal Yogyakarta, Saut Situmorang, mengatakan puisi-esei adalah jenis puisi yang bersifat esei. "Bentuknya, bukan tipografinya di kertas! Puisi tapi isinya merupakan esei tentang suatu topik," kata Saut seperti dikutip dari laman Facebook-nya, Senin (6/1).

Saut menjelaskan, puisi jenis ini sangat populer dalam kesusastraan Inggris abad 18, terutama seperti yang ditulis oleh sang maestro genre tersebut Alexander Pope. 'An Essay on Criticism' adalah puisi panjang Pope yang terkenal.

Lebih jauh, Saut menjelaskan puisi dan esai mempunyai pakemnya masing-masing. "Kalau memang mau nulis puisi, tulislah puisi; kalau mau nulis esai, tulislah esai. Pakem kedua genre itu yang kelak akan menentukan apakah benar sebuah puisi telah ditulis, atau sebuah esei berhasil dikarang," ujar Saut lewat blog 'boemipoetra' yang dikelolanya.

"Cuma para pemula yang gak tau diri yang ingin melahap semuanya, tanpa sedikit pun mau bersusah-payah untuk memahami dan menguasai keduanya terlebih dulu! Cuma biar dikira orang pembaharu!!!" cetus penulis buku 'Politik Sastra' ini.

Puisi-esai memang mempunyai ciri catatan kaki sebagaimana karya Denny. Namun, kata Saut, itu bukan hal yang utama.

"Kalau 'ke-esai-an' sebuah 'genre' bernama 'sajak-esai' cuma dibuktikan dari catatan kaki yang dimilikinya, kasihan amat tuh genre! Kasihan amat pula genre yang bernama 'esei' itu! Mosok esei cuma macam begitu hakekatnya! Bukannya lebih tepat kalau 'genre baru'-mu ini disebut 'sajak-skripsi' aja, hahaha!!! Atau 'sajak-yang-bercatatan-kaki'! LOL," tulis Saut.

(mdk/ren)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP