Bendungan irigasi jebol, petani di Koto Tangah Sumbar resah sawah kekeringan
Merdeka.com - Bendungan irigasi Koto Tuo Sumatera Barat jebol. Namun hingga kini belum ada tanda-tanda dari pemerintah daerah setempat untuk memperbaiki padahal kejadian sudah sejak 2016 lalu.
Kondisi tersebut membuat petani yang tergabung Kelompok Tani (Gapoktan) Kecamatan Koto Tangah geram dan menggeruduk Kantor Balai Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis (22/2). Mereka kesal lambatnya penanganan pemerintah padahal akibat bendungan irigasi jebol sawah mereka kekeringan.
Para petani melakukan orasi sambil membentangkan spanduk dengan tulisan 'sawah kami butuh air untuk bertanam padi'. Para petani itu juga meminta bertemu dengan Pejabat Sementara (Pjs) Wali Kota Padang agar aspirasi mereka didengarkan.
-
Bagaimana warga mengatasi kesulitan air di Jawa Tengah? Warga pun terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.'Kondisinya sudah berlangsung sebulan ini. Padahal kebutuhan air ini untuk memasak dan mandi,' kata Suratmi, salah seorang warga Desa Garangan yang terdampak kekeringan, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Rabu (18/9).
-
Apa yang dilakukan warga Majalengka untuk mengatasi kekeringan? Selain Abibah, warga lain juga turut memanfaatkan air sungai di desanya itu, salah satunya dengan membuat bendungan sederhana dari bebatuan.
-
Apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kekeringan di Jateng? Pemerintah daerah bekerja sama dengan BPBD sedang menyiapkan beberapa solusi, termasuk distribusi air bersih, termasuk di Wonogiri dan Klaten.'BNPB juga akan membantu mendistribusikan air ke masyarakat sekitar,' ujarnya dikutip dari ANTARA pada Selasa (23/7).
-
Bagaimana Pemkot membantu para petani? Pemerintah melalui PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan), membantu mulai dari media tanam, bibit, pupuk, hingga instalasi hidroponik.
-
Kenapa warga kesulitan air bersih? Kekeringan tahun ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang membuat curah hujan sangat rendah.
-
Apa solusi Kementan untuk petani di Wajo? Mengatasi kekurangan pengairan dampak El Nino, Kementerian Pertanian (Kementan) maksimalkan fungsi embung menjadi solusi.
"Permasalahan ini harus dicarikan jalan keluar, kami mengharapkan air kami mengalir. Kami mohon Bapak Wali Kota tolong carikan jalan keluar masalah kami ini, mohon tuntutan kami segera dikabulkan," seru para petani.
Menurut salah seorang Ketua LPM, Joni Torang Hasibuan, petani menuntut bendungan irigasi yang jebol segera diperbaiki.
"Ini harapan kita dari masyarakat petani, jangan sekadar dijanjikan saja. Seperti yang kita dengar informasi, bulan September sudah dikerjakan, kemudian ditanyakan lagi malah Oktober, kemudian Januari. Sebagai kelompok tani siapa yang bisa kita pegang perkataanya," cetusnya.
Sebab, dampak dari jebolnya irigasi itu seluas 1.034 hektar sawah dan 465 unit kolam terancam.
"Kekeringan sejak tahun 2016, boleh dikatakan di Koto Tuo kiri ada beberapa kelompok tani lumpuh total, 104 hektare tidak mendapat air. Selanjutnya, seandainya tidak ditanggapi seluruh kelompok tani Koto Tangah akan melakukan orasi lagi," katanya sembari menyebutkan dengan keringnya sawah para petani beralih profesi galian c.
Usai petani berorasi, pemerintah Kota Padang langsung menggelar pertemuan dengan perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kecamatan Koto Tangah. Hadir dalam pertemuan itu Pejabat sementara (Pjs) Walikota Padang, Alwis dan dari pihak Balai Sungai Wilayah (BWS) Sumatera V.
Pjs Walikota Padang Alwis, menanggapi aksi petani tersebut dengan positif sebab kesempatan bisa bertemu langsung dengan masyarakat. Karena, menurutnya, pemerintah tentu memang harus berada di tengah-tengah masyarakat.
"Saya sengaja mengundang bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat yang mewakili masyarakat saat ada masalah. Terhadap tuntutannya, hanya menyangkut dengan informasi, ini persoalannya lho, petani sudah menjerit, ternyata persoalannya saluran irigasi itu tidak masuk ke lahan petani, harus kita penuhi tuntutannya," jelasnya.
Ditegaskannya, perbaikan irigasi itu telah dianggarkan pemerintah oleh pejabat-pejabat yang terdahulu.
"Itu untuk penyampaian persoalan masyarakat di Kabupten/Kota. Untuk di Kota Padang, Walikota Padang sebelumnya Pak Mahyeldi Ansarullah masalah ini (bendungan) yang disampaikan. Apa yang sudah dituntut masyarakat hari ini sudah diakomodir oleh Wali Kota sebelumnya," cetusnya.
"Kami setelah ini melihat langsung ke lapangan dan melihat persoalannya. Sehingga kita tahu ini berapa (anggaran), pekerja berapa perlu dan berapa lama pekerjaan ini selesai," jelasnya.
Sementara itu Kepala SNVT PJPA IAKR BWS Sumatera V Ali Rahmat mengungkapkan nilai kontruksi untuk perbaikan sebesar Rp 65 miliar.
"Selesai di tahun 2019, sudah mulai di akhir bulan Desember tahun lalu, tahun sekarang masih berjalan. Untuk di Koto Tuo kami akan percepat sesuai permintaan masyarakat, sehingga akhir tahun ini diharapkan bisa selesai," ungkapnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kementan meninjau secara langsung area persawahan di dua Kecamatan Kabupaten Indramayu yang mengalami Kekeringan parah.
Baca SelengkapnyaKondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaSudah dua bulan, ratusan kepala keluarga di wilayah Desa Sukagalih, Jonggol mengalami krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaWarga harus berjuang keras untuk mendapatkan air di tengah bencana kekeringan.
Baca Selengkapnya"Sumur-sumur sudah mengering, sehingga warga hanya bisa mendapatkan air dari dasar sungai,” Sunardi.
Baca SelengkapnyaWarga terpaksa mengais kubangan air di sungai demi mencukupi kebutuhan sehari-hari
Baca SelengkapnyaPetani di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi terpaksa harus mengambil air dari kubangan sumur sedalam dua meter yang ia gali sendiri.
Baca SelengkapnyaPersawahan di Rorotan, Cilincing sepi aktivitas petani lantaran kering total.
Baca SelengkapnyaPetani berharap bendungan ini segera diperbaiki karena menjadi satu-satunya media pengairan bagi ratusan hektare sawah di tiga desa.
Baca SelengkapnyaFenomena El Nino mulai membawa kekeringan di Kabupaten Bekasi. Sebanyak 3.618,5 hektare tanaman padi di wilayah itu terancam gagal tanam.
Baca SelengkapnyaKondisi ini sudah dialami warga selama sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaWali Kota Semarang minta keseriusan BBWS Pemali Juana dalam menangani banjir Semarang.
Baca Selengkapnya