Berani Berubah: Berkreasi Agar Keluar dari Himpitan Ekonomi
Merdeka.com - Samsul Rizal terus berkreasi meski dalam himpitan ekonomi. Dari tangannya, Samsul berhasil menyulap bambu-bambu bekas menjadi kerajinan tangan yang unik. Usahanya ini mulai dilakukan semenjak tempatnya bekerja memberhentikan sejumlah karyawan, termasuk dirinya. Pada Maret 2020, Samsul diberhentikan.
Selama lima bulan Samsul menganggur. Untuk kehidupannya, Samsul sempat dibantu oleh teman-teman dekatnya. Namun Samsul tak ingin terus menyusahkan. Samsul sadar bahwa tangannya mampu menghasilkan kerajinan yang amat unik.
Usaha Samsul tidak langsung berjalan mulus. Awal usahanya, Samsul harus memungut bambu bekas di hutan. Perjalanan yang ia tempuh juga cukup jauh, di kaki Gunung Salak. Di sana, Samsul dengan jeli melihat dan memilah bambu. Kemudian, ia potong-potong bambu tersebut dan dibawa pulang.
-
Siapa yang membuat tembikar itu? Sebuah studi baru di Quaternary Science Review membantah keyakinan lama bahwa suku Aborigin Australia tidak membuat tembikar. Para peneliti di Pusat Keunggulan Dewan Penelitian Australia untuk Keanekaragaman Hayati dan Warisan Australia bermitra dengan komunitas Aborigin Dingaal dan Ngurrumungu untuk pertama kalinya melakukan penggalian di Jiigurru (Pulau Kadal).
-
Bagaimana cara perajin tusuk sate memenuhi permintaan? Bahkan perajin harus lembur produksi untuk memenuhi tingginya permintaan tusuk sate. Proses produksi yang semula hanya sampai pukul 4 sore, kini harus dilembur hingga pukul 8 malam.
-
Siapa yang membantu membuat cangkir? Terobosan ini juga berkat penelitian dari Astronot Don Pettit yang membantu menciptakan cangkir selama masa jabatannya di stasiun ruang angkasa.
-
Bagaimana Aming berkesenian? Jiwa seninya terasah sejak kecil Keluarga jadi salah satu faktor terpenting bagi seorang anak.
-
Bagaimana Septy membuat kerajinan? Sebelum membuat kerajinan, karung goni yang tak terpakai disortir dulu kondisinya. Setelah itu karung goni dipadukan dengan bahan lainnya, yaitu kulit sapi dan kulit ecoprint, untuk dibuat beberapa produk seperti sepatu, tas, dan tas yang ukurannya lebih kecil.
"Awalnya ya itu mungut-mungutin di kebun-kebun bambu. Di hutan-hutan bambu, mungutin, satu-satu. Dipilih-pilih mana yang bisa diproduksi, mana yang enggak," kata Samsul.
Di rumah, Samsul mulai menjemur bambu-bambu itu selama satu pekan. Tujuannya, agar bambu menjadi kering dan mudah diukir. Setelah itu, bambu-bambu bekas tersebut disulap menjadi gelas-gelas cantik.
Dengan bermodalkan mesin dan alat ukir, Samsul dengan cekatan memotong, mengukir dan mengecat gelas bambu agar lebih menarik. Samsul mengaku hanya mampu membuat 10 sampai 12 gelas bambu dengan tangannya sendiri, dan dengan alat seadanya.
istimewaGelas bambu buatan Samsul selesai diproduksi. Kini Samsul harus memasarkan gelas-gelas bambu tersebut. Awalnya, Samsul merasa kesulitan menjual gelas bambu buatannya. Bahkan tidak ada yang merespon. Namun, Samsul terus berusaha. Dan hingga kini, gelas bambu itu memiliki banyak peminat.
"Waktu awalnya dijual juga enggak ada yang merespon. Di situlah dukanya. Karena kita membuat, belum ada yang suka. Nah terus, terus, yang penting terus berusaha. Terus berkreasi gitu. Berkarya. Alhamdulillah akhirnya dapat rezeki," kata Samsul.
Keluarga sangat mendukung usaha kerajinan bambu yang dijalani Samsul. Semua hambatan berhasil Samsul lalui dengan terus berusaha.
"Ya pendapatnya awalnya sih, gimana ya, kurang, kurang lah. Karena memang dari kerajinan itu tidak mencukupi untuk sehari-hari. Tapi alhamdulillah, dengan kita terus berusaha dan berusaha, alhamdulillah dari istri juga mengikuti," kata Samsul.
istimewaSamsul menjual beraneka motif gelas bambu dengan berbagai ukuran. Untuk ukuran cangkir, Samsul menjual dengan harga Rp25.000 dan ukuran mug seharga Rp30.000.
Samsul yakin, meski dalam kondisi tersulit apapun, jika terus berusaha dan berkreasi, maka kondisi tersulit bisa dilalui.
"Yang penting terus berkarya aja. Berkarya, berkreasi dengan karya yang nyata. Karena ketika kita berusaha, pasti selalu ada jalannya," tutup Samsul.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Awalnya ia menjual botol bekas begitu saja, namun uang yang didapat hanya sedikit
Baca SelengkapnyaPengrajin barang bekas dari kayu dan biji-bijian bernama Samsul Arifin sangatlah inspiratif.
Baca SelengkapnyaWalau terbuat dari kayu, ulekan tradisional khas Cikanyere ini kuat.
Baca SelengkapnyaBegitu kreatif, pria tersebut memanfaatkan botol bekas yang sudah tak lagi terpakai.
Baca SelengkapnyaBejo Wage Suu pada awalnya merupakan seorang teknisi bengkel yang belajar seni liping secara otodidak
Baca SelengkapnyaHalim mengaku, jelang Hari Raya Idul Adha kali ini permintaan alat pemanggang sate meningkat hingga berkali-kali lipat dari biasanya.
Baca SelengkapnyaSujadi mengakui sementara ini belum bisa memenuhi permintaan pasar karena saking banyaknya permintaan itu.
Baca SelengkapnyaMas Udek berhasil menemukan jalannya untuk menggeluti bisnis usaha kopi.
Baca SelengkapnyaPembeli gazebo buatan Suherman dan para pekerjanya tidak hanya diminati di pasar Indonesia, tetapi juga menarik minat pembeli luar negeri.
Baca Selengkapnya