Berani Berubah: Dosen Bantu Perekonomian Warga dengan Usaha Dompet Kulit
Merdeka.com - Dosen di Kabupaten Tangerang mengisi waktu luang dengan membuka usaha pembuatan dompet kulit. Dia menyadari, usahanya ini menjadi satu-satunya yang ada di wilayah tersebut. Sumantri, tidak sendirian membangun usaha pembuatan dompet kulit. Dia ditemani rekannya, dan juga dibantu warga sekitar mendirikan usaha tersebut.
Usaha pembuatan dompet kulit pertama kali dibangun November 2020. Saat itu, Sumantri sudah mulai mengajar dari rumah.
Selama di rumah, ada banyak waktu luang yang dirasa terbuang sia-sia. Kebetulan seorang rekannya mengusulkan membuka usaha dompet kulit. Sumantri menyanggupi.
-
Siapa yang terinspirasi untuk membuka usaha? Usaha ini bermula dari suami Qori yang memiliki ketertarikan dalam dunia kuliner.
-
Bagaimana seseorang menunjukkan inisiatif? Orang yang memiliki aspek inisiatif umumnya dapat memutuskan dan melakukan sesuatu tanpa harus diberi tahu.
-
Siapa yang terinspirasi untuk membuka rumah dinas? Chacha mengaku terinspirasi oleh Istana Kepresidenan di Bogor yang juga dibuka untuk umum.
-
Apa motivasi diri itu? Motivasi diri digambarkan sebagai api yang menyala di dalam jiwa setiap individu, mendorong agar mencapai tujuan dan meraih impian. Ini adalah semangat yang tak tergoyahkan, yang mampu membakar hasrat untuk berkembang, berprestasi, dan meraih keberhasilan.
-
Kenapa santri perlu jadi pengusaha? Hendi menyebutkan pentingnya para santri memiliki jiwa santripreneur untuk bisa turut berkontribusi dalam kemajuan bangsa, khususnya dalam menggerakkan aktivitas perekonomian.
-
Bagaimana Dina memulai usaha? Dina benar-benar mulai dari nol, dia mempelajari resep dari internet dan YouTube. Dengan modal Rp300 ribu, Dina memproduksi roti Maryam di kos-kosannya.
"Saya pengajar karena memang kampus di Kabupaten Tangerang masih dalam proses online. Untuk itu saya mencoba untukmeluangkan waktu di masa senggang Covid ini, berpikir untuk melakukan wirausaha," kata Sumantri.
Niat berwiausaha juga dibarengi dengan membantu warga sekitar. Sumantri ingin pemuda di sekitar tempat tinggalnya memiliki pekerjaan dan pemasukan di masa pandemi. Sekitar lima pemuda ikut membuat dompet kulit.
istimewaPenjualan dompet kulit dilakukan secara online dan offline. Dompet kulit yang sudah jadi, diserahkan ke rekannya, kemudian dijual. Hasil penjualannya bahkan mencapai sekitar Rp10 juta.
Sumantri berharap usaha pembuatan dompet kulitnya tetap bertahan di masa pandemi. Dia juga ingin kondisi kembali seperti semula, dimana perekonomian sudah kembali normal.
"Semoga saja harapan kami bisa berkembang karena memang ini, moga-moga rezeki bagi kami dan bagi semua masyarakat di sini. Agar terciptanya lahan usaha yang tetap, dan bahkan bermanfaat untuk keseluruhan masyarakat," kata Sumantri. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia memilih berbisnis dari rumah agar bisa membersamai tumbuh kembang anak-anaknya
Baca SelengkapnyaTekad yang kuat dan kerja keras mampu membuat yang tak mungkin jadi mungkin.
Baca SelengkapnyaRio bertekad untuk tidak membandingkan pencapaian diri sendiri dan orang lain.
Baca SelengkapnyaIbu Sujiati mampu menghasilkan produk kerajinan kulit dengan standar brand yang dijual di mall.
Baca SelengkapnyaWinarsih mengatakan, dampak Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya mengembalikan daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaSetelah satu tahun usaha sambal bakarnya berjalan, modal awal yang Rizal gunakan untuk membuka usaha tersebut telah kembali.
Baca SelengkapnyaBegitu kreatif, pria tersebut memanfaatkan botol bekas yang sudah tak lagi terpakai.
Baca SelengkapnyaSimak kisah inspiratif Heru Setiawan, pengusaha kerupuk kulit yang pernah putus kuliah kini beromzet ratusan juta.
Baca SelengkapnyaSeorang pemuda tepian Rawa Pening memberdayakan masyarakat dalam mengolah eceng gondok menjadi kerajinan yang punya nilai jual.
Baca SelengkapnyaPembeli gazebo buatan Suherman dan para pekerjanya tidak hanya diminati di pasar Indonesia, tetapi juga menarik minat pembeli luar negeri.
Baca SelengkapnyaKarena tak kunjung mendapatkan pekerjaan, satu waktu, sang ibu menghubungi Mela dan memintanya untuk kembali ke kampung halaman, Pangandaran.
Baca SelengkapnyaBermula dari hobi, pemudi asal Indramayu ini ciptakan kain simpul yang bernilai ekonomi tinggi
Baca Selengkapnya