Berani Berubah: Lahan Tani Menjadi Andalan Ketahanan Pangan Warga di Masa Pandemi
Merdeka.com - Warga semangat memanen sayuran di lahan tani Angsana 12. Di sana, warga bebas memilih dan membeli sayuran maupun hewan, seperti ikan. Sudah enam bulan lahan tani terbentuk. Semakin hari, tanaman di lahan tani semakin bervariasi. Lahan tani diurus oleh Kelompok Tani Angsana sejak September 2019.
Bambang menceritakan awal berdirinya Kelompok Tani Angsana 12. Berawal dari lahan kosong seluas 5.000 meter persegi, Bambang bersama warga lainnya menyulap lahan mati menjadi lahan tani hanya dalam waktu 2 pekan.
Bambang bersama warga lainnya menanam beberapa jenis sayuran hingga memelihara hewan-hewan ternak dan ikan. Tujuannya, agar masyarakat tidak perlu keluar wilayah untuk membeli bahan-bahan makanan.
-
Siapa yang membantu petani milenial ini? Tak hanya lahan sendiri, Aksin juga memiliki petani yang bermitra dengannya. Bila ditotal, luas lahan dari petani mitra itu mencapai lebih dari 50 hektare.
-
Siapa yang butuh sayur murah? Dengan konsumsi berbagai sayuran ini, Anda bisa menjaga kesehatan dengan harga yang cukup terjangkau.
-
Bagaimana petani di DIY mendapat bantuan? Pada tahun 2024 ini, Pemda DIY menggelontorkan Rp131,4 miliar Bantuan Keuangan Khusus (BKK) yang diambil dari Dana Keistimewaan. Dana sebesar itu digunakan salah satunya untuk penanggulangan kemiskinan untuk para buruh tani.
-
Bagaimana cara warga mendapatkan beras murah? Di Grobogan, ratusan warga menyerbu operasi pasar beras murah oleh Disperindag Grobogan pada Minggu (26/2) pagi. Dalam waktu setengah jam, tiga ton beras murah dari Bulog habis terjual. Pembelian beras dibatasi hanya satu karung isi 5 kilogram setiap orang. Setelah membeli beras warga mencelupkan jarinya ke tinta.
-
Apa hasil panen petani milenial ini? Dari lahan tani seluas 8 hektare, dalam sekali panen ia bisa memproduksi 3 ton pepaya.
-
Dimana warga menanam sayur? Lahan seluas 900 meter persegi disulap menjadi kebun produktif yang mendatangkan cuan bagi masyarakat.
Tanaman paling diunggulkan dari lahan tani Angsana, yakni padi hidroganik. Padi hidroganik ditanam dengan mengandalkan aliran air. Dengan begitu, wilayah dengan tanah yang tidak dialiri air, bisa menanam padi dengan teknik hidroganik.
Kelompok Tani Angsana 12 menanam padi berjenis padi hitam. Biasanya masa panen dilakukan setelah 3 bulan, sejak awal padi ditanam.
"Yang mana kita bentuk padi hidroganik, tanaman padi yang di bawahnya itu kolam ikan. Dan benihnya kita semai di gelas plastik. Selama 15 hari kita semai, lalu kita pindahkan ke lahan kolam,"kata Bambang.
Bambang menjelaskan, protein untuk padi hidronganik didapat dari kotoran ikan. Jadi, di bawah tanaman padi, terdapat kolam ikan dengan ribuan ikan di dalamnya. Padi-padi yang ditanam menyerap protein dari kotoran ikan yang berada di bawahnya.
istimewaBambang mengaku tidak ada kesulitan dalam berkoordinasi dengan anggotanya. Setiap ada kesempatan, Bambang dan anggotanya berkumpul, saling berbagi, bercerita dan mendengar keluh kesah. Dari berkumpul itu, Bambang bisa mengetahui masalah-masalah yang dihadapi anggotanya.
"Nah sharing ini, apasih kesulitan, apasih kendala dari tanaman yang kita tanam di sini. Apakah dari segi hama, atau dari faktor penyiraman, itu kita evaluasi," kata Bambang.
Dalam hal mengurus lahan, warga melakukan dengan saling bergantian. Biasanya pagi dan sore hari, warga mulai turun ke kebun untuk mengurus tanaman-tanaman dan hewan.
Tidak hanya pria, wanita pun ikut mengurus lahan tani ini. Dengan begitu, warga menjadi aktif bergerak dan langsung terkena sinar matahari.
"Tujuan kita satu, untuk sehat dalam pandemi ini," kata Bambang.
istimewaBagi warga, lahan tani ini menjadi penolong di masa pandemi. Mereka dapat memilih jenis sayuran dan dibeli dengan harga yang murah. Warga juga bisa membeli berbagai jenis ikan, seperti ikan nila dan lele.
"Kita di sini seru sekali, karena bisa memetik sendiri hasil bumi, kemudian kita timbang sendiri, setelah itu baru kita bayar, dan harganya juga sangat kompetitif," kata Dian, pembeli di Lahan Tani Angsana 12.
Tidak ada gengsi yang dirasakan Bambang maupun anggota Kelompok Tani Angsana 12. Mereka bekerja dengan ikhlas dan penuh semangat. Bambang sangat bangga dengan kekompakkan anggota dan warga sekitar. Mereka saling membantu di masa pandemi ini.
"Alhamdulillah, karena kita kompak, kita solid, dan semua kita terbentuknya kelompok ini dengan kebersamaan, otomatis mereka dengan hati yang lapang, dengan hati yang ikhlas, semua berjalan dengan baik," tutup Bambang.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setidaknya ada tiga mimpi yang dibawa yakni lingkungan, sosial dan ekonomi.
Baca SelengkapnyaSemangat emak-emak tersebut bisa membantu pemenuhan kebutuhan makanan sehat di tengah harga pangan yang mahal.
Baca SelengkapnyaAktivitas panen padi saat ini masih terbatas di sejumlah daerah. Kondisi tersebut membuat harga gabah kering di tingkat petani menjadi sangat tinggi.
Baca SelengkapnyaYang mengalami kenaikan signifikan adalah cabai merah kini dibanderol Rp60.850 per kg, naik 10,64 persen dari sebelumnya.
Baca SelengkapnyaWali Kota berharap bahwa bantuan ini akan memberikan dampak positif bagi pertanian dan kesejahteraan masyarakat Tarakan.
Baca SelengkapnyaHal ini juga bertujuan untuk mensejahterakan petani melalui pembelian harga pangan pokok yang terjaga dengan baik.
Baca SelengkapnyaTerbentuknya kelompok itu berawal dari para ibu-ibu yang ingin punya kebun sayur sendiri
Baca SelengkapnyaPerekonomian mereka terangkat berkat Bantuan Keistimewaan Khusus (BKK) yang dianggarkan dari Dana Keistimewaan
Baca SelengkapnyaBiasanya hasil panen dari berladang tersebut diperuntukan untuk warga sekitar ataupun dijual ke warung-warung terdekat.
Baca SelengkapnyaSetelah menggunakan pupuk organik, produktivitas hasil pertanian naik hingga 2,6 ton
Baca SelengkapnyaSelain jastip, Masjid Nurul Ashri juga mengadakan bazar sayur.
Baca SelengkapnyaCerita petani berhasil panen padi hingga 1 ton di lahan transmigrasi yang ia garap.
Baca Selengkapnya