Berani Berubah: Sulap Lahan Kosong jadi Tanaman Hidroponik Berpenghasilan Jutaan
Merdeka.com - Nurul, Ketua Kelompok Tani Hidroponik bersama anggotanya, menyulap lahan kosong menjadi lahan tanaman hidroponik. Kegiatan ini bermula tahun 2019, dilakukan untuk mengisi waktu-waktu kosong anggotanya. Tanaman hidroponik ini juga menjadi peluang menghasilkan uang di masa pandemi Covid-19 tahun 2020.
"Karena banyaknya warga yang mengurangi mobilitas. Mereka enggan utnuk belanja keluar. Kami menawarkan, kalau panen kita online kan. Begitu panen, kita jual, antar ke mana-mana," kata Nurul.
Menurut Nurul, menanam sayuran hidroponik tidak perlu lahan yang luas. Asalkan bisa dirawat, air yang cukup dan terkena sinar matahari.
-
Kenapa petani hidroponik di Indramayu ini memilih bertani melon? Berangkat dari Keinginan Bertani Secara Praktis Jika biasanya, agar buah yang dihasilkan bagus dan manis, harus dipantau secara berkala, penyiraman rutin dan pengelolaan sinar matahari yang cukup.
-
Apa saja jenis sayuran yang cocok untuk hidroponik? Beberapa jenis sayuran yang umumnya cocok untuk ditanam secara hidroponik adalah selada, bayam, sawi, kubis, tomat, mentimun, dan paprika.
-
Bagaimana petani hidroponik di Indramayu ini bertani dari jarak jauh? Kombinasi NFT dan IoT tadi, di dalam green house ini bisa menciptakan suatu ekosistem hidroponik tersendiri. Dia tidak bergantung ke cuaca, musim sampai kondisi air, karena suhu sudah bisa diatur otomatis dengan adanya perangkat tadi melalui blower. Ini memungkinkan bisa dikontrol dari jarak jauh,' terangnya
-
Apa yang ditanam secara hidroponik? Adapun sayuran yang ditanam secara hidroponik yakni jenis sawi-sawian.
-
Mengapa memilih menanam hidroponik di rumah? Cara menanam sayuran hidroponik di rumah menjadi pilihan favorit banyak orang karena mudah dan menghasilkan.
-
Apa saja jenis melon yang dibudidayakan petani hidroponik di Indramayu? Ada dua jenis buah melon yang dikembangkan Rohmat, yakni sweetnet dan melon madu. Semuanya merupakan varietas unggul buah melon, dengan cita rasa manis dan berdaging tebal.
Dari hasil panen sayuran hidroponik, kelompok tani ini bisa meraup untung Rp2.000.000 dalam sebulan, untuk satu jenis sayuran.
"Satu instalasi lubang seratus, itu kita tanami pokcoi. nanti kita bikin harga Rp25.000. Kita sekali panen kurang lebih 30 hari, Rp400.000. kalau kita punya instalasi ada lima, sebulan sekali panen kita dapat Rp2.000.000," kata Nurul.
Nurul mengajak warga untuk berani bercocok tanam, meski di lahan yang sangat minim. Tidak perlu takut untuk memulai usaha.
"Manfaatkan tanah pekarangan untuk menambah pendapatan keluarga. Dan terus menjadi orang yang bisa berinovasi dan juga kreatif," kata Nurul.
(mdk/fly)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu transmigran muda berikut ini berhasil menjawab tantangan.
Baca SelengkapnyaSetelah menggunakan pupuk organik, produktivitas hasil pertanian naik hingga 2,6 ton
Baca SelengkapnyaKemarau panjang jadi bencana bagi petani karena tidak bisa menanam padi. Hal ini tidak terjadi dengan petani Jombang. Mereka justru cuan puluhan juta.
Baca SelengkapnyaBanyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat masyarakat untuk menjadi petani.
Baca SelengkapnyaSemenjak ada pembangkit listrik tenaga surya ini para petani mengaku dapat melakukan panen padi dua kali dalam setahun.
Baca SelengkapnyaCerita petani berhasil panen padi hingga 1 ton di lahan transmigrasi yang ia garap.
Baca SelengkapnyaProgram ini mendorong petani untuk tidak ketergantungan terhadap pupuk subsidi.
Baca SelengkapnyaAwalnya, petani setempat pesimis dapat menghasilkan cabai yang bagus meski mereka mengikuti caranya bertanam.
Baca SelengkapnyaCara menanam sayuran hidroponik di rumah menjadi pilihan favorit banyak orang karena mudah dan menghasilkan.
Baca SelengkapnyaRahmat awalnya mencoba peruntungan di bidang pertanian, bahkan dengan modal awal yang minim yakni Rp2 juta.
Baca SelengkapnyaBerbagai jenis produk pun dihasilkan, mulai dari keripik bayam brazil, minuman rosella dan kembang telang yang juga hasil tanam sendiri.
Baca SelengkapnyaDi usianya yang baru 23 tahun, Regi sukses menjadi petani hidroponik.
Baca Selengkapnya