Berani Berubah: Tergerak Hati, Pengusaha Furniture Bantu Buat Peti Mati
Merdeka.com - Hati seorang pengusaha furniture, Lie A Min, terenyuh melihat kematian akibat Covid-19 yang semakin meningkat. Pengalaman Lie A Min setelah sanak saudaranya meninggal karena Covid-19, membuatnya bertekad untuk membantu dalam penanganan Covid-19. Keahliannya dibidang furniture digunakan untuk membuat peti mati.
Berawal dari pengalamannya saat adik ipar dan besannya meninggal dunia karena Covid-19. Lie A Min bercerita, saat itu peti mati tidak tersedia di rumah sakit, lantaran jumlah kematian akibat Covid-19 lebih banyak dibandingkan dengan persediaan peti mati yang ada. Alhasil Lie A Min dan keluarganya berinisiatif membeli peti mati.
Tak lama kemudian, pihak Covid Centre menghubungi Lie A Min. Mereka meminta maaf karena persediaan peti mati habis saat itu.
-
Mengapa peti mati rusak? Khaled mengatakan, banjir yang terjadi pada masa lampau merusak sebagian besar peti mati dan kain linen pembungkus mayat.
-
Apa yang ditemukan di dalam peti mati? Arkeolog menemukan gambar karakter 'Simpsons' di dalam sarkofagus mumi Mesir berusia 3.500 tahun.
-
Di mana peti mati ditemukan? Kedua patung tersebut pertama kali ditemukan di kota Mesir kuno, Naukratis.
-
Dimana peti mati ditemukan? Arkeolog menggali peti mati tersebut pada awal 2023 dan menemukan gambar yang mirip Marge Simpson di bagian dalam tutupnya, dikelilingi oleh selusin pendeta yang melambangkan 12 jam dalam sehari.
-
Apa itu rumah peti mati? Bukan fakta baru lagi jika harga rumah di Hong Kong paling mahal di dunia. Bahkan hampir mustahil penduduk Hong Kong memiliki rumah layak huni. Maka dari itu, banyak warga lokal hidup di rumah peti atau dikenal dengan coffin house.
"Sesudah itu orang Covid Center telepon saya, Dia bilang, maaf kemarin kita tidak punya peti. Terus saya bilang, kenapa ibu. Dia bilang karena yang meninggal lebih banyak daripada kita bisa siapkan peti," kata Lie A Min.
©2020 IstimewaMengetahui persediaan peti mati yang semakin minim, Lie A Min tergerak untuk turut membantu. Apalagi Lie A Min memiliki pengalaman di bidang furniture selama 25 tahun. Lie A Min akhirnya menawarkan diri untuk membuat peti mati.
Pihak rumah sakit kemudian mendatangi pabrik milik Lie A Min. Mereka terkesan dan meminta bantuan Lie A Min untuk dibuatkan 750 peti mati sebagai persediaan. Namun dengan biaya yang minim, dibawah Rp1 juta. Lie A Min menyanggupi.
"Jadi saya tergerak hati saya, karena keluarga saya dua meninggal di umur 50 tahun lebih dan saya mikir, kok saya bisa buat peti. Saya ngerti karena saya tukang furnitur sudah 25 tahun, kenapa saya gak kontribusi," kata Lie A Min.
Tiap minggu, Lie A Min bisa membuat 50 sampai 75 peti mati. Tentu saja dibantu oleh temannya, Jimmy. Lie A Min mengaku sejak April 2020 sampai saat ini, sudah ada 5.100 peti yang dikirim ke Jabodetabek dan beberapa Provinsi lain di luar pulau Jawa.
©2020 Istimewa"Jadi tiap hari 50 sampai 75 peti," kata Lie A Min.
Lie A Min mengaku jarang sekali pabrik-pabrik mau memproduksi peti mati dengan harga yang murah dan kualitas yang bagus. Namun Lie A Min tetap membantu, mengingat kejadian yang menimpa keluarganya saat itu.
"Jadi akhirnya saya juga cinta Indonesia lah, kita merasakan why not do something (kenapa tidak melakukan sesuatu) untuk negara kita, negeri kita ini, dalam wabah ya," kata Lie A Min.
Lie A Min berharap Covid-19 cepat berlalu. Agar tidak ada lagi korban-korban meninggal berjatuhan. Ia juga berharap agar masyarakat Indonesia tetap menerapkan protokol kesehatan dan jangan pernah menyerah oleh keadaan.
"Saya mengharapkan di dalam Covid ini, kita jangan menyerah. Never give up. Kita pasti akan menang. Jaga protokol, jaga kesehatan dan Berani Berubah. Indonesia pasti menang," tutup Lie A Min.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada momen haru saat sang pasien terpaksa mengurus hingga tanda tangan berkas persetujuan operasi sendiri.
Baca SelengkapnyaKepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai, Encep Dudi Ginanjar mengatakan, pernyataan pada twit tersebut dipastikan tidak benar.
Baca SelengkapnyaBerjuang merawat hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir, pria ini mengaku dipaksa harus mengikhlaskan kepergian sang ibunda.
Baca SelengkapnyaIa berbagi cerita tentang kedekatan dan jasa besar ART selama bekerja bekerja bersamanya.
Baca SelengkapnyaKedua pria sebatang kara itu meninggal pada Jumat (29/9), namun tidak bisa langsung dimakamkan karena pihak rumah singgah tak punya biaya pemakaman.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan Cerita Titik Terendah dalam Hidupnya
Baca Selengkapnya