Berapa gaji Perwira PETA di tahun 1944?
Merdeka.com - Saat Jepang membuka pendaftaran tentara Pembela Tanah Air (PETA) tahun 1943, pemuda Indonesia berduyun-duyun mendaftar. Pemuda Ahmad Yani salah satunya.
Setelah mengikuti pendidikan Shodancho atau komandan peleton selama beberapa bulan, Yani dilantik menjadi perwira dengan pangkat setara Letnan.
Dia kemudian ditugaskan di Prembun, Purworejo, Jawa Tengah. Di sana Yani bertemu dengan Yayuk Ruliah Sutodiwirjo, bekas guru mengetiknya. Salah satu syarat menjadi Shodancho adalah bisa mengetik. Karena itu Yani ikut kursus mengetik sebelum daftar PETA.
-
Di mana PETA memberontak? Pemberontakan PETA di Blitar terjadi pada 14 Februari 1945.
-
Siapa yang menjadi komandan peleton di PETA? Mereka para pemuda pribumi yang lulus seleksi dan dipilih dari seluruh Jawa untuk menjadi Shodanco, atau komandan peleton.
-
Kenapa PETA memberontak di Blitar? Faktor-faktor yang memicu pemberontakan ini antara lain ketidakpuasan terhadap kebijakan pendudukan Jepang yang semakin menyulitkan rakyat, serta semangat nasionalisme untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
-
Apa yang terjadi pada pekerja kebun binatang? 'Seorang pekerja di taman margasatwa di Krimea meninggal pada hari Rabu (16/10) ketika ia diserang singa,' ungkap pihak berwenang seperti yang dilaporkan oleh AP pada Kamis (17/10).
-
Bagaimana latihan militer di PETA? Agaknya Jepang menginginkan dalam waktu singkat, para perwira ini harus sudah khatam dengan cara bertempur. 'Untuk teori militer, sangat jarang,' katanya.
-
Kapan PETA memberontak di Blitar? Pemberontakan PETA di Blitar terjadi pada 14 Februari 1945.
Pertemuan itu berlanjut jadi jalinan asmara. Lagi-lagi Yani nekat. Dia menikahi Yayuk tanggal 5 Desember 1944. Seharusnya Shodancho belum boleh menikah dalam jangka waktu tertentu. Tapi Yani rupanya sudah ngebet. Maka pernikahan agak dirahasiakan agar tak ketahuan tentara Jepang.
Gaji Yani sebagai Shodancho berpangkat letnan saat itu sebesar enam rupiah. Gaji tersebut lebih dari cukup. Harga daging per kilo di tahun 1944 cuma enam sen.
Jika dibandingkan harga daging sapi saat ini yang mencapai Rp 70.000. Maka gaji letnan tentara PETA jika dihitung dengan kondisi kini mungkin tak kurang dari Rp 7 juta.
Untuk Chodancho, komandan kompi berpangkat kapten dan Daidancho, komandan batalyon berpangkat mayor, tentu gajinya lebih tinggi.
Tapi kenikmatan menjadi perwira PETA tak lama. Bulan-bulan berikutnya perekonomian terus merosot.
Kisah itu dituliskan Amelia Yani dalam buku 'Ahmad Yani Tumbal Revolusi' terbitan Galang Press tahun 2007.
Tentara PETA kena imbasnya. Tak ada lagi jatah seragam sehingga para prajurit harus memakai seragam yang sobek-sobek.
Untuk makanan pun dikurangi. Tak ada lagi jatah nasi untuk sarapan. Cuma ada tepung tapioka yang diberi air panas sehingga bentuknya seperti lem.
Yani, dan dua rekannya, Sarwo Edhie Wibowo serta Sudarmadji coba menyiasati agar tak makan 'lem' di pagi hari. Jika digabungkan, mereka bertiga punya jatah enam piring nasi setiap hari. Yani dkk membaginya dua piring untuk sarapan, dua piring untuk makan siang dan dua piring untuk makan malam.
Jumlah makanan tentu jadi berkurang, tapi setidaknya mereka tak makan bubur yang seperti lem.
Jatah ayam goreng jadi sangat langka. Jika kebetulan dapat ayam goreng akan ada upacara khusus. Yani biasanya meludahi ayamnya agar tak dicuri teman-temannya.
Memang kondisi sangat melarat pada waktu itu.
Tahun 1945, Jepang semakin terdesak oleh sekutu. Di akhir perang dunia II, tentara Jepang di Indonesia membubarkan PETA.
Yani dan kawan-kawannya pun mendirikan Barisan Keamanan Rakyat. Dia menjadi salah satu komandan batalyon.
Ketika Belanda datang kembali Yani pernah menghalau mereka. Dia kemudian digelari de ridder van Magelang atau penyelamat Kota Magelang.
karir Yani terus melejit. Dia menduduki posisi puncak sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat.
Berondongan peluru pasukan G30S mengakhiri hidup Yani tanggal 1 Oktober 1965 dini hari.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Uniknya, ada dua lulusan PETA Bogor yang kemudian meraih bintang lima dan mendapatkan pangkat kehormatan jenderal besar.
Baca SelengkapnyaSoeharto menjadi lulus terbaik pendidikan polisi. Kalau sekadar baris berbaris, dia sudah mahir lantaran pernah mengikuti pendidikan tentara Belanda.
Baca SelengkapnyaMiliter Romawi dikenal salah satu yang terkuat di zaman kuno.
Baca SelengkapnyaSeorang prajurit TNI memiliki usaha burung perkutut yang menghasilkan jutaan perbulan.
Baca SelengkapnyaKorupsi ternyata sudah ada di negeri ini sejak zaman dulu kala.
Baca SelengkapnyaPada masa pendudukan Jepang, masyarakat dipaksa memakan roti dan bubur sebagai pengganti nasi.
Baca SelengkapnyaSehari-hari, mereka bekerja sebagai buruh tani. Penghasilan harian kecil kadang tak dapat sama sekali
Baca SelengkapnyaMereka yang tak punya tanah dipaksa bekerja di kebun milik pemerintah
Baca SelengkapnyaSudah bertahun-tahun para prajurit TNI tak mendapat gaji. Tiba-tiba serangan musuh datang.
Baca SelengkapnyaKetika menyandang pangkat perwira pertama kepolisian, ia hanya menerima gaji puluhan ribu. Sementara, ia sudah harus menanggung kebutuhan keluarganya.
Baca SelengkapnyaPenasaran berapa besaran gaji Bintara Polri yang baru dilantik? Simak informasi berikut ini.
Baca SelengkapnyaPotret slip gaji anggota polisi di tahun 1994 silam.
Baca Selengkapnya