Berikan kesaksian, Tosan ceritakan penganiayaan yang menimpanya
Merdeka.com - Setelah sempat istirahat siang, sidang perkara pembunuhan Salim Kancil, warga Desa Selok Awar Awar, Kec Pasirian, Kab Lumajang, Jawa Timur kembali dilanjutkan di Ruang Candra dan di Ruang Cakra Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Kamis (25/2).
Sidang agenda mendengarkan keterangan saksi yang dipimpin Hakim Jihad Arkhanuddin ini, dimulai sekitar pukul 13.15 WIB. Saksi korban, Tosan dihadirkan untuk memberi keterangan, termasuk istrinya, Ati Haryati dan anaknya, Romlah. Saksi-saki lain juga dihadirkan.
Sementara terdakwa yang dihadirkan di Ruang Candra, adalah Hariyono, Mat Dasir, Farid, Huriyanto, Hendrik, Tinarlap, Widiyanto dan Sukit. Sidang yang sama juga digelar di Ruang Cakra dipimpin Hakim Sigit Sutanto.
-
Gimana alibi didukung? Saksi, catatan CCTV, atau bukti lainnya dapat menjadi elemen yang memperkuat alibi.
-
Siapa yang bisa memberikan alibi? Alibi adalah pernyataan seseorang yang kemungkinan merupakan pelaku kejahatan, tentang di mana ia berada pada saat pelanggaran atau kejahatan dilakukan.
-
Alibi itu apa? Alibi adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Latin yang berarti 'di tempat lain,' merupakan suatu bentuk pembelaan dalam sistem hukum yang digunakan untuk membuktikan bahwa seseorang tidak dapat melakukan suatu tindakan kriminal karena pada saat kejadian, orang tersebut berada di tempat lain yang dapat dibuktikan secara sah.
-
Siapa pelaku pembunuhan itu? 'Diduga korban ditusuk ketika dalam keadaan sedang tidur. Ini masih kita dalami,' ujar dia kepada wartawan, Sabtu (30/11).Gogo menjelaskan, terduga pelaku awalnya menikam ayahnya.
-
Siapa yang dibunuh secara sadis? Hasil analisis menunjukkan, kedua mumi laki-laki ini mengalami kematian di tempat akibat tindakan kekerasan yang disengaja.
-
Siapa yang hadir di persidangan? Soraya Rasyid tiba di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, terlihat mengenakan pakaian serba hitam. Perhatian media dan fotografer segera tertuju pada kehadirannya, yang memang sudah datang untuk mengikuti jalannya persidangan.
Di Ruang Candra Tosan bersaksi. Dia dikeroyok oleh Tim 12 pimpinan Mat Dasir, selama dua kali, yaitu pada tanggal 10 dan 26 September 2015.
"Kejadiannya, tanggal 6 bulan 9 (September) 2015, di rumah saya. Kejadiannya saya dikeroyok pada tanggal 10 bulan 9. Tanggal 26 bulan 9, waktu itu pukul 06.30 WIB, teman saya Imam tanya, siapa yang ada di situ. Tahu-tahu ada Parman, marah-marah, saya tidak tahu, saya kira marah-marah ke orang lain. Saya hampiri, mau saya lerai, ternyata marah ke saya," ujar Tosan, Kamis (25/2).
Menurut Tosan, dirinya dianiaya oleh Ihsan, Tomi dan Dasir. Tosan pun menyebut bila orang-orang yang menganiaya dirinya ada di bangku terdakwa.
"Orangnya ya di belakang saya ini (menunjuk ke belakang di ruang sidang, tempat para terdakwa duduk). Saya ndak ngelihat Haryono (Kades Selok Awar Awar). Dasir pukul saya pakai clurit. Kejadiannya berkali-kali, semua orang gebuki saya pak.
"Saya digebuki, pakai clurit, pacul, cangkul, besi, batu, kayu sama bambu. Kena di sini (nunjuk lehernya). Ya sekujur tubuh saya kena. Saya kaget karena banyak orang. Sebelahnya ada Dasir," beber Tosan.
Sebelum penganiayaan pada tanggal 26 September 2015, Tosan mengaku dirinya juga pernah dipukuli dua kali. Tosan mengaku diserang oleh gerombolan orang-orangnya Hariyono.
"Dengan reflek saya menghindar. Segerombolan orang numpuk di rumah saya, saya lari. Yang luka tidak ada, ini (nunjuk perut) luka bekas operasi. Yang berdarah di sini (nunjuk kepala), dipukul pakai batu. Saya dipukul pakai clurit dan cangkul. Sokib yang mukul pakai cangkul," terang.
"Saya lari, dipukul lagi pakai kayu, ada orang lewat saya pinjem sepedanya (sepeda angin), tapi saya dipukul pakai bambu, saya jatuh sepedanya jatuh, saya dilindas pakai motor. Kemudian saya tidak sadar tahu-tahu di rumah sakit. 18 hari di rumah sakit," kenang Tosan.
Waktu kejadian penganiayaan itu ada istrinya, Imam, Ridwan kernet Tosan dan anaknya. Atas semua siksaan yang dialaminya, Tosan bersyukur karena masih hidup hingga saat ini.
"Sama-sama di lingkungan desa, kok teganya. Ya Alhamdulillah saya masih diselamatkan Allah dan memberi kesaksian.
Tosan mengaku bahwa dirinya dan Salim Kancil beserta teman-temannya yang lain memang sempat demo menolak tambang di desanya. Bahkan karena demo tersebut kepala desa, Haryono menyebut tambang sudah ditutup.
"Tanggal 9 bulan 9 (2015), saya demo, orangnya tidak banyak, cuma enam. Saya, Salim Kancil, Abdul Hamid, Iksan, Imam dan Safari. Sorenya, katanya (tambang) sudah ditutup. Suratnya saya foto kopi, suratnya ditulis Haryono, karena ditutup, saya sebarkan ke warga, paginya (tanggal 10 September 2015) saya diserang," jelas Tosan.
"Tanggal 9 bulan 9, Kades (Haryono) sudah menyatakan ditutup. Setelah ditutup buka lagi. Ada satu mingguan. Mungkin karena 'kesurupan' uang, tambangnya dibuka lagi," tuding Tosan.
Tosan mengaku sudah pernah mengadu kepada polisi namun diacuhkan. Dan ternyata benar saja, tanggal 26 September Dia dianiaya dan Salim Kancil dibunuh.
"Tanggal 10 (September) itu, mereka datang bawa clurit. Ndak ada bantuan. Saya lapor ke polisi. Tapi ngak ditanggapi, sampai tanggal 26, kejadian. Salim Kancil dibunuh. Waktu itu saya ndak tahu, karena kedahuluan saya (lebih dulu diserang)," terangnya.
"Waktu kejadian tanggal 26 (September), saya pura-pura mati. Takut dicekik lagi. Ya mereka jumping-jumpingan pakai motor nabrak saya. Saya langsung ditabrak berdiri, sepeda saya ambil saya dikeprok (dipukul), saya ditabrak," beber Tosan.
Setelah selamat, Tosan lalu dibawa ke rumah sakit. Dia harus dioperasi karena lukanya yang cukup parah.
"Saya di rumah sakit dioperasi, perut saya dijahit, katanya ada luka di lambung. Badang saya ndak apa-apa, cuma di sini (kepala) yang berdarah dipukul batu. Saya tidak punya ilmu, tapi saya punya Allah, pak. Saya dipukul pak. Saya sadara. Kalau saya dipukul tidak apa-apa itu, Ya itu karena Allah, pak. Kalau Salim Kancil saya ndak tahu pak, wong saya sudah terlentang (sudah tak sadar)," terangnya di hadapan hakim.
"Ini lagunya orang pinter. Rakyatnya yang disuruh main. Waktu Hari Raya, saya diancam mau dibunuh, mau dibegal. Pak Haryono memang ndak mengatakan itu, tapi tim 12-nya, pak. Saya tidak pernah ditegur (Hariyono), Dasir pernah. (Dengan Bahasa Madura) Kerjaan itu saya, kok mau ditutup," ujar Tosan.
Keterangan Tosan ini, dibantah oleh Hariyono. Dia mengaku sering ketemu dengan Tosan.
"Saya bukan koordinatornya. Saya pernah ketemu, itu tidak benar. Saya sampaikan, saya tidak mempunyai kewenangan (menutup). Silakan ke LMD, saya sih monggo-monggo saja," bantahnya.
Dasir juga membantah. "Saya bawa clurit tidak benar."
Kemudian ditanya hakim sambil menunjukkan barang bukti clurit. "Ini bukan punya saudara? Ini saudara gunakan dikalungkan ke leher?," kemudian dijawab Dasir, "Saya ndak tahu."
Terdakwa yang lain juga berdalih, tidak tahu, tidak membawa apa-apa, ada di belakang tidak ikut memukul. Selanjutnya, hakim meminta istri dan anak Tosan memberi kesaksian. Hingga saat ini, sidang masih berlanjut.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pelapor kasus ini pertama kalinya adalah HA, istri Kiai Fahim.
Baca SelengkapnyaKeterangan yang disampaikan para pelaku sudah diuji di pengadilan bahkan sampai tingkat kasasi.
Baca Selengkapnya