Berita gempa dan tsunami 57 meter bikin warga Pandeglang menderita
Merdeka.com - Penelitian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) soal gempa besar dan tsunami 57 meter membuat geger warga Pandeglang, Banten. Belakangan, BPPT berdalih hal itu baru sebatas kajian awal yang perlu dimatangkan.
Ketua Paguyuban Nelayan Pandeglang, Nawawi, akibat penelitian tersebut masih meninggalkan trauma mendalam bagi warga.
"Sampai sekarang juga warga masih trauma terutama yang hidupnya di pesisir. Mungkin karena kita orang agamis, kita berpegangan pada keimanan. Ya udahlah hidup mati ada Tuhan yang atur," kata Namawi di NAM Center, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (11/4).
-
Kapan gempa di Indonesia terjadi? Tercatat 161 kali gempa bumi terjadi di Indonesia antara tahun 1990 dan 2022.
-
Apa yang terjadi ketika gempa? Gempa bumi adalah apa yang terjadi ketika dua lempengan tiba-tiba bergeser. Permukaan tempat yang tergeser itu disebut bidang patahan
-
Bagaimana tsunami itu terjadi? Pemicu awalnya terjadi ketika suhu yang menghangat menyebabkan lidah gletser yang menipis runtuh, demikian temuan para peneliti. Kondisi itu mengguncang lereng gunung yang curam, menyebabkan longsoran batu dan es menghantam Dickson Fjord di Greenland.
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
-
Apa saja bencana yang mungkin terjadi? Adapun kejadian itu berdampak pada munculnya longsor, guguran bebatuan atau erosi tanah dalam skala menengah, lalu peningkatan volume air sungai dan timbulnya banjir.
"Tapi kalau baru prediksi, tsunami 57 meter itu kiamat. Kita mau lari ke mana? Ini yang timbul keresahan. Tidak cukup 1-2 minggu kami untuk lupakan. Apalagi kemarin ada gempa 5 skala richter kan jadi pertanyaan kami 'jangan-jangan"," sambungnya.
Tak cuma warga, prediksi itu juga membuat ketakutan nelayan yang sehari-hari menghabiskan waktu di laut.
"Jujur kami dari nelayan, terkait permasalahan berita kemarin sangat mengagetkan. Kalau masalah di wilayah selatan Banten sering gempa, kami sudah biasa. Tapi ketika ada pemberitaan kemarin yang bilang bahwa di Pandeglang akan diperkirakan terjadi tsunami 57 meter, cukup luar biasa," ujarnya.
"Karena pertama yang menyampaikan ilmuwan dan lembaga. Di samping dipublish, dishare juga di WA dan FB. Jadi bukan hanya saja media online, share ini membuat heboh. Apalagi yang statement ilmuwan dan lembaga penelitian. Jadi beberapa hari ini masyarakat kami yang hidup di pesisir langsung cukup resah," sambungnya.
Bahkan dampak yang sudah dirasakan warga selain trauma adalah kehidupan ekonomi dan sosial yang terganggu akibat kebar tersebut.
"Akhirnya ini cukup mengganggu baik sosial maupun ekonomi. Secara sosial, warga resah dan banyak bertanya, ada sebagian warga sempat mengungsi karena khawatir. Karena masyarakat baca itu dikira hari itu juga, cari selamat," ucapnya.
Belajar dari kejadian itu, warga Pandeglang berharap pada pihak-pihak terkait memberikan informasi yang akurat apalagi menyangkut kebencanaan. Jangan sampai malah membuat masyarakat berlebihan karena informasi yang kemungkinan terjadinya masih belum bisa diprediksi.
"Jadi harapan kami kepada pihak terkait dalam menyampaikan informasi, kami enggak menyalahkan melakukan penelitian dan lain-lain, tapi hasil penelitian itu jangan sampai resahkan masyarakat," ujarnya.
"Harapan kami apabila ada hal-hal hasil riset dan lain-lain harus dipertimbangkan dulu apakah dikonsumsi masyarakat luas atau sekadar di kalangan ilmuwan," tambahnya.
Dirinya juga ingin agar para peneliti bisa menggunakan bahasa yang lebih mudah diterima masyarakat dalam penyampaian penelitian supaya masyarakat tak gaduh dan resah.
"Kalau hanya hasil penelitian ilmiah, jangan sampai dipublikasikan pak, kasihan rakyat. Kalau kami maaf-maaf, bukannya takabur nih, nilai keimanan sudah ada, saya katakan masyarakat tidak perlu panik karena mungkin jadi atau tidak, itu saya share informasi, mungkin informasi itu teguran bagi masyarakat Pandeglang untuk mendekat kepada Allah, berdoa kepada Allah. Jangan khawatir, Allah akan menyelamatkan kita tentang kematian kapanpun akan mati," ucapnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski tinggi risiko, warga di sekitar pantai mengaku tak ingin pindah atau mencari tempat tinggal baru yang lebih aman.
Baca SelengkapnyaWarga lebih memilih tinggal di tenda yang dibangun secara swadaya.
Baca SelengkapnyaSejumlah warga Garut tetap berjaga di luar rumah setelah merasakan gempa magnitudo 6,5 yang dimutakhirkan menjadi 6,2. Mereka khawatir terjadi gempa susulan.
Baca SelengkapnyaRentetan gempa masih menghantui warga Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur. Akibatnya, sekitar 10 ribu jiwa memilih tinggal di pengungsian.
Baca SelengkapnyaGempa bumi yang tidak berpotensi tsunami ini membuat para ASN berhamburan keluar gedung kantor mereka.
Baca SelengkapnyaWawan Supriyanto menceritakan momen, ketika gempa mengguncang Jepang.
Baca SelengkapnyaCuaca buruk menyebabkan gelombang tinggi di perairan Tasikmalaya, Satpolairud minta nelayan tak melaut dulu.
Baca SelengkapnyaGempa bumi yang terjadi ini juga menyebabkan warga harus berlarian ke luar dari bangunan rumah.
Baca SelengkapnyaWarga Bawean mendengar adanya suara dentuman yang sangat keras dari arah lautan saat gempa Tuban.
Baca SelengkapnyaGetaran gempa ini pun terasa hingga kawasan Surade, Kabupaten Sukabumi.
Baca SelengkapnyaRafik mengatakan hingga kini belum ada laporan kerusakan akibat kejadian tersebut. "Kerusakan belum ada laporan.
Baca SelengkapnyaGetaran gempa cukup kuat membuat warga panik. Mereka berhamburan keluar rumah saat menyadari getaran gempa yang kuat, bahkan beberapa rumah mengalami rusak.
Baca Selengkapnya