Bersihkan konten-konten berbau kebencian dan permusuhan dari media sosial
Merdeka.com - Masyarakat diingatkan lebih cerdas dalam menggunakan media sosial. Jangan mudah termakan konten-konten negatif yang sengaja disebar di media sosial. Terlebih saat ini sudah memasuki tahun politik.
"Mari berikan kontribusi untuk perdamaian. Ini penting agar perdamaian di NKRI dapat terus terjaga dengan baik. Masyarakat tidak mudah diadu domba," ujar Ketua Umum Yayasan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Siti Musdah Mulia, Jumat (2/11).
Menurutnya, penyebaran hoaks melalui media sosial semakin gencar dilakukan oleh kelompok-kelompok tidak bertanggung jawab. Bahkan, masyarakat kerap terprovokasi tanpa mau melihat data dan fakta yang ada.
-
Bagaimana media sosial bisa berdampak negatif? Remaja yang menghabiskan waktu berlebihan di media sosial sering kali mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak terlalu aktif di platform tersebut.
-
Apa dampak dari ujaran kebencian di media sosial? Media sosial menjadi salah satu aspek yang ditekankan, karena berpotensi disalahgunakan lewat ujaran kebencian.
-
Mengapa masyarakat diminta waspada? BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga yang ditetapkan sejak November 2020.
-
Kenapa media sosial berbahaya untuk otak anak? Otak anak-anak memiliki fungsi yang berbeda, dan dapat menjadi rentan selama fase perkembangan remaja. Kurang tidur bisa lebih berbahaya bagi remaja daripada orang dewasa, misalnya.
-
Bagaimana cara menghindari anak terjebak di media sosial? Orang tua harus memahami faktor-faktor penyebabnya dan aktif berperan dalam membimbing anak-anak mereka agar dapat memanfaatkan media sosial dengan cara yang sehat dan seimbang.
-
Apa saja bahaya media sosial untuk anak? Belum lagi prevalensi cyberbullying, diskriminasi, ujaran kebencian, dan postingan yang mempromosikan tindakan menyakiti diri sendiri yang dapat berinteraksi secara teratur dengan remaja, menurut APA.
"Harus membuat media sosial ramah. Bersihkan konten-konten berbau kebencian, permusuhan dan konflik dari media sosial," tuturnya.
Dirinya meminta kepada masyarakat ketika menerima informasi baik dalam bentuk meme, video, dan pernyataan sebaiknya mencermati apakah benar atau tidak. Dia meminta masyarakat juga tidak mudah membagikan konten yang tak jelas asal usulnya.
"Daripada kita membuat bahaya lebih baik meredamnya," ujar Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ) ini.
Lalu selanjutnya, masyarakat harus bisa berpikir bahwa perdamaian itu jauh lebih baik daripada konflik. Menurutnya, teknologi harus lebih banyak dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif, bukan negatif.
Dia sangat menyayangkan bahwa orang yang melakukan penyebaran hoaks juga dilakukan oleh orang-orang yang terdidik. "Jadi bukan terjadi di kelompok-kelompok anak milenial. Saya juga heran hal ini bisa terjadi pada kelompok-kelompok terdidik," tandas dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaGalih Loss ditangkap polisi karena konten bermuatan penistaan agama
Baca SelengkapnyaRuang digital harus diisi dengan konten-konten yang positif dan karya yang baik.
Baca SelengkapnyaBurhanuddin mengingatkan kepada seluruh jajaran Kejaksaan RI untuk menjaga netralitas.
Baca SelengkapnyaAgar semua pihak menghindari penyebaran isu SARA yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Baca SelengkapnyaPolisi memantau dan mendeteksi konten-konten hoaks yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca SelengkapnyaDia ingatkan, agar menghindari fitnah demi mendukung capres tertentu
Baca SelengkapnyaNarasi-narasi provokatif dapat memicu perpecahan harus dihindari terlebih di tahun politik.
Baca SelengkapnyaFenomena ini dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kualitas proses demokrasi hingga berpotensi menimbulkan konflik antar pendukung calon kepala daerah.
Baca SelengkapnyaPerilaku yang beradab, tidak hanya wajib dilakukan di dunia nyata, tapi diperlukan untuk membangun generasi penerus yang bijak berdigital.
Baca SelengkapnyaDengan mengikuti tips ini, diharapkan masyarakat akan semakin waspada terhadap konten hoaks di media sosial yang berpotensi menyesatkan jelang Pilpres 2024.
Baca Selengkapnya