Bertualang demi melucuti senpi Suku Anak Dalam dan Talang Mamak
Merdeka.com - Bukan perkara mudah menarik 73 pucuk senjata api laras panjang rakitan dari Suku Anak Dalam dan Talang Mamak, di Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Sebab, polisi butuh pendekatan emosional dan rayuan serta strategi supaya mereka mau menyerahkan senjata api itu.
Apalagi suku pedalaman tidak mengerti Bahasa Indonesia. Kapolsek Batang Cenaku, Iptu Arsyad, sempat tidak makan di dalam hutan. Dia mesti mengendap di hutan dan tidak pulang selama tiga hari. Itu menjadi tantangan tersendiri baginya demi melakukan pendekatan dengan suku Anak Dalam dan Talang Mamak. Mereka merakit sendiri senpi biasa disebut Gobok itu, buat berburu hewan demi kelangsungan hidup mereka.
"Jadi, alat mereka (senpi rakitan) itu yang kita minta. Itu tidak mudah, butuh kerja keras dan pendekatan agar mereka tidak marah dan sukarela memberikannya," kata Arsyad saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (14/8).
-
Siapa yang tinggal di tengah hutan? Pak Kasimin mengungkapkan jika ia tinggal di sana sejak tahun 1991. Ia tinggal di tempat itu karena rumah tersebut sudah warisan orang tua.
-
Bagaimana cara polisi tersebut mengancam warga? Dalam rekaman itu, pelaku mengenakan baju putih dan membawa sajam mencengkeram baju korban serta membentaknya.
-
Kenapa Gunung Patenggeng sulit diakses? Sayangnya, gunung ini masih sulit diakses oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Namun jika ini menggunakan motor, harus dengan tenaga yang besar dan roda bergerigi seperti motor trail.
-
Kenapa polisi tersebut mengancam warga? 'Kau belum tahu di keluarga aku banyak yang jadi polisi ye, kau belum tahu dengan aku ye,' kata pelaku mengancam korban.
-
Kenapa polisi ini disekap? 'Kejadian itu berawal dari rasa sakit hati pelaku AI terhadap istri korban. Karena telah memberitahukan tempat tinggal dan alamat bekerja tersangka terhadap orang yang mencarinya,' ujar Kasat Reskrim Polrestro Tangerang, Rabu (8/11). Kemudian, AI menceritakan hal ini kepada N dan S dan disepakati oleh para pelaku untuk melakukan tindakan percobaan pembunuhan terhadap korban.
-
Kenapa Pak Kasimin tinggal di hutan? Ia tinggal di tempat itu karena rumah tersebut sudah warisan orang tua.
Saat masuk hutan buat berjumpa dengan suku anak dalam, Arsyad membawa bekal makanan secukupnya. Awalnya berniat bisa pulang cepat jika stok makanan habis. Namun, Arsyad malah kehilangan arah saat makanannya habis.
"Saya sempat 3 hari di dalam hutan, enggak pulang. Makanan yang saya bawa habis, jadi saya makan saja apa yang ada di hutan. Pernah juga tidak makan seharian," kata Arsyad sambil meneteskan air matanya.
Sekian lama berusaha, akhirnya Arsyad mengetahui keinginan Suku Anak Dalam. Arsyad melihat para suku anak dalam tidak mau begitu saja menyerahkan senjata andalan mereka buat berburu di hutan. Mereka rupanya ingin barter.
"Saya pun menawarkan beberapa barang yang tidak berbentuk sembako seperti mie dan beras, tapi mereka tetap tidak mau. Lalu mereka melihat gunting yang saya bawa dan menginginkannya, lalu saya berikan asalkan mereka mau memberikan senjata api mereka," imbuh Arsyad.
Akhirnya, Arsyad menukarkan gunting dibawanya dengan sepucuk senjata api. Dia kembali berpikir supaya semua senjata api milik Suku Anak Dalam diserahkan. Kemudian Arsyad menawarkan cermin dibawanya.
"Mereka (Suku Anak Dalam) kaget dan tertarik melihat kaca cermin. Lalu minta kepada saya, dan kembali saya minta juga senjata api mereka, tapi 1 kaca cermin ditukar dengan 3 senjata api, mereka sepakat. Selain itu, kami juga menukarkan tembakau yang wanginya disukai mereka serta baterai penerang," ucap Arsyad.
Tak kehabisan akal, Arsyad pun berjanji kepada suku anak dalam untuk memberikan tembakau lebih banyak, agar mereka menyerahkan lebih banyak senjata api. Sebagian suku anak dalam mau melakukannya, sisanya enggan.
"Hingga akhirnya terkumpul sebanyak 73 senpi rakitan mereka. Ada yang kami jemput dengan menukarkannya dengan benda yang mereka sukai, ada juga yang mereka antar setelah kita beritahu. Kita punya aturan hukum atas kepemilikan senjata api itu," tambah Arsyad.
Sebagai imbalan, lanjut Arsyad, Kapolda Riau Brigjen Supriyanto memberikan satu ekor kerbau kepada Suku Anak Dalam buat dibagi-bagi, karena mau memberikan senpi mereka.
Arsyad menargetkan, dalam sebulan ini akan mengumpulkan 200 pucuk senpi rakitan dari Suku Anak Dalam. Tentunya, dengan konsekuensi agar mereka sukarela.
"Kami berjanji, akan lebih perhatian kepada Suku Anak Dalam. Kami minta dukungan dari pemerintah dan pimpinan Polri untuk melakukan ini," tutup Arsyad. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rombongan polisi dan istri mengunjungi permukiman suku Talang Mamak untuk menyosialisasikan pemilu damai.
Baca SelengkapnyaDia pun rela menggendong sang cucu di atas tanah berlumpur hingga hampir terpeleset.
Baca SelengkapnyaAkibat kejadian Aiptu Ari Sujuanta mengalami luka pada bagian kepala, patah lengan tangan kiri atas dan patah pergelangan tangan kiri.
Baca SelengkapnyaSebuah kampung terpencil tengah hutan dihuni para lansia. Bagaimana kehidupan mereka di sana?
Baca SelengkapnyaAda seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca SelengkapnyaTak punya karena kecopetan di kapal, perantau asal Magelang nekat jalan kaki dari Surabaya. Kisahnya diketahui oleh Aipda Purnomo saat berpapasan di jalan.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaKeamanan menjadi prioritas di tengah tensi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 seperti saat ini.
Baca SelengkapnyaPerjuangan para prajurit TNI yang harus bersiaga menjaga perbatasan
Baca SelengkapnyaSalah seorang temannya berhasil lari dari kepungan prajurit TNI dengan melompat pagar.
Baca Selengkapnya