Besaran Dana BOS Mengacu pada Harga Bahan Konstruksi di Daerah

Merdeka.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikubu) telah meluncurkan sistem baru pendanaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada awal 2021. Dalam sistem ini, besaran dana yang diterima setiap sekolah akan berbeda.

Sekretaris Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbud Sutanto memaparkan, besaran Dana BOS bergantung pada indeks kemahalan masing-masing wilayah. "Jadi semakin tinggi tingkat kemahalannya, indikator kemahalan yang kita gunakan adalah indikator kemahalan konstruksi yang kita jadikan dasar yang dikeluarkan BPS," katanya dalam sebuah webinar, Jumat (26/3).

Jumlah siswa juga menjadi penentu besaran Dana BOS. Angkanya akan menjadi faktor pengali dari indeks kemahalan wilayah.

"Di kabupaten Salatiga misalnya akan berbeda (besaran Dana BOS) dengan di kabupaten di Papua," katanya. Kondisi ini disebabkan biaya hidup di Papua bisa dua kali lipat ketimbang di Salatiga.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim membeberkan alasan di balik langkahnya untuk membedakan pemberian Dana Bantuan Operasional Sekolah (Dana BOS) di setiap wilayah. Menurutnya hal itu dilakukan untuk menghadirkan keadilan bagi sekolah di daerah-daerah yang memiliki tingkat kemahalan lebih tinggi ketimbang daerah lain, semisal di luar Jawa.

Selama ini satuan biaya Dana BOS diberikan sama, tidak ada perbedaan antarwilayah "Sebelumnya kita tidak mengambil faktor bahwa bisa saja satu setengah kali lebih mahal daripada daerah lainnya. Dan kita (dulu) nggak mengikuti faktor-faktor ini, sehingga sekolah-sekolah yang kecil di daerah yang lebih terluar dan tertinggal itu mereka yang paling dirugikan," sebut Nadiem dalam siaran daring, Kamis (25/2).

Dia mencontohkan, sekolah yang letaknya cukup jauh dari pusat kota bisa saja untuk membangun sebuah bangunan dengan komponen biaya lebih mahal. "Ini kita mengambil contoh di NTT, di mana di Kabupaten Timur Tengah NTT itu tahun 2021 akan mengalami perubahan cukup signifikan, sekitar lima sampai enam persen alokasi Dana BOS-nya, karena kita sudah memfaktorkan indeks kemahalan masing-masing area," sebutnya.

Hal yang sama juga terjadi di Kepulauan Aru, Maluku. Harga kebutuhan pokok di sana cukup mahal lantaran akses yang cukup sulit, begitu juga bahan-bahan konstruksi untuk membangun sekolah.

Karena itu, kata Nadiem peningkatan Dana BOS di sana cukup signifikan, yakni mencapai 40 sampai 50 persen. "Jadi ini kabar sangat gembira untuk teman-teman kita, terutama yang di tempat-tempat kepulauan seperti di daerah Maluku, dan di timur Indonesia," katanya.

Reporter: Yopi Makdori (Liputan6.com)