BIN Sebut Keaktifan Generasi Milenial di Medsos Rentan Terpapar Radikal
Merdeka.com - Badan Intelijen Negara (BIN) menemukan faktor generasi milenial saat ini sangat rentan menjadi target utama perekrutan kelompok teroris, lantaran aktifnya generasi milenial dalam menggunakan sosial media sangat mudah mengakses ideologi radikal.
"Kemudian menggunakan milenial dari pencarian jadi diri serta masalah pribadi membuat kalangan milenial rentan terpapar paham radikal," kata Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto saat diskusi virtual, Selasa (31/8).
Wawan menyebut generasi milenial yang menjadi sasaran utama yaitu mereka yang masih rentan usia sekitar 17 sampai 24 tahun yang mudah terpapar dengan akses internet. Kemudian dampaknya, bisa membangun lone wolf atau serangan seorang diri yang merupakan aksi paling memungkinkan terjadi kedepannya.
-
Apa yang mengancam generasi muda? Krisis iklim yang semakin parah dan meningkatnya frekuensi gelombang panas diprediksi akan menambah ancaman bagi generasi muda.
-
Kenapa anak milenial rentan kecanduan gadget? Kelompok anak milenial menjadi yang paling rentan terhadap masalah kecanduan ini. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan mereka yang selalu ingin terhubung dan mengikuti perkembangan terbaru di dunia digital. Dengan adanya gadget, mereka merasa terikat untuk terus memantau informasi dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga sulit untuk melepaskan diri dari perangkat tersebut.
-
Kenapa kelompok milenial rentan terhadap kecanduan gadget? Kelompok anak milenial menjadi yang paling rentan terhadap kecanduan ini, karena kebiasaan mereka yang selalu ingin terhubung dan mengikuti perkembangan terbaru.
-
Siapa yang menjadi target kejahatan siber? Tidak hanya perorangan yang menjadi target, namun perusahaan besar, pemerintah, hingga institusi finansial juga rentan terhadap serangan ini.
-
Siapa yang terpengaruh kenakalan remaja? Remaja adalah aset bangsa yang seharusnya dibina dan diarahkan menuju masa depan yang cerah.
-
Kenapa anak muda rentan terhadap kanker? Penelitian menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup di Amerika Serikat berperan sebagai salah satu pendorong utama risiko kanker. Pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan tidur yang buruk semuanya berkontribusi pada peningkatan risiko kanker, terutama kanker yang terkait dengan obesitas.
"Akhirnya tercatat beberapa alasan anak muda rentan terpapar radikalisme, diantaranya kemudahan mengakses internet dan banyaknya waktu luang. Konten dan narasi radikal ini disebar dengan mudah dan diakses generasi mudah langsung ke gadget termasuk dia bisa tanya jawab," ujarnya.
Terlebih ketika aktif menggunakan gadget, kata Wawan, generasi milenial cenderung sedang mencari jati diri serta eksistensi yang dapat dengan mudah dimasuki paham radikal, melalui konten-konten di media sosial.
"Penyebaran paham radikal yang sering kali dibumbui narasi heroisme banyak dikirim ke gadget-gadget anak muda untuk merangsang mereka bergerak," jelasnya.
Lantas, Wawan mengutip kondisi satu tahun ke belakang dengan kemajuan internet telah memberikan dampak naiknya sikap intoleran. Seperti survei Wahid Institute tahun 2020, sikap intoleransi di Indonesia juga cenderung meningkat dari sebelnya sekitar 46% dan saat ini menjadi 54%.
"Sementara itu studi mukthahir di PPIK UIN Jakarta tahun 2021 menyebutkan sebanyak 24,89% mahasiswa memiliki sikap toleransi beragama yang rendah. Dan sebanyak 5,27% lainnya tergolong memiliki sikap toleransi beragam yang sangat rendah," katanya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menjaga generasi muda dari radikalisasi memerlukan pendekatan komprehensif dan sinergi berbagai pihak. Termasuk keluarga, masyarakat, dan negara.
Baca SelengkapnyaSeluruh pihak termasuk pemerintah perlu memperkuat sosialisasi beragam jenis informasi kepada kalangan anak muda
Baca SelengkapnyaTim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaWHO memperingatkan adanya efek buruk dari penggunaan media sosial.
Baca SelengkapnyaMenteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyebutkan judi online banyak dilakukan anak muda.
Baca SelengkapnyaKondisi tersebut memunculkan ancaman baru di dunia digital berupa kekerasan digital berbasis gender.
Baca SelengkapnyaRibuan generasi Z dan milenial terlibat dalam aktivitas perjudian online yang tersebar di sejumlah negara di luar negeri.
Baca SelengkapnyaBNPT menyebut aktivitas propaganda kelompok teroris dan simpatisan di ruang siber secara signifikan yang terdeteksi dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaMilenial dan Gen Z menyumbang 56,45%, pada peta pemilih di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaPenelitian dari Amnesty Internasional menunjukkan bahaya dari konten TikTok, terutama untuk anak-anak dan remaja.
Baca SelengkapnyaPergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah
Baca SelengkapnyaPenangkapan para remaja tersebut dilakukan setelah polisi melakukan patroli siber.
Baca Selengkapnya