BIN: Veronica Koman hingga Benny Wenda Manfaatkan PON Ciptakan Instabilitas di Papua
Merdeka.com - Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen Teddy Lhaksmana Widya Kusuma menyatakan, pihaknya mendeteksi Kelompok Separatis Papua (KSP) berniat memanfaatkan acara Pekan Olaharga Nasional (PON) 2021 untuk menciptakan instabilitas di tanah Papua dan menarik perhatian dunia.
Teddy menyebut, pihak lain yang juga terlibat dengan rencana tersebut adalah Veronica Koman dan Benny Wenda.
"Terdeteksi pula KSP bermaksud memanfaatkan pelaksanaan PON XX 2021 untuk ciptakan instabilitas, untuk menarik perhatian dunia, antara lain Veronica Koman dan Benny Wenda di luar negeri," kata Teddy di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (27/5).
-
Bagaimana solusi penyelesaian konflik Papua? Semua itu dilakukan melalui pendekatan pengakuan hak sipil politik, ekonomi sosial budaya, memperkuat pendidikan untuk kesadaran hak, dan memperkuat kualitas SDM anak muda dengan pendidikan adat dan pendidikan nasional.
-
Kenapa Kemendag berikan bantuan ke Papua Tengah? Terkait dengan bencana kekeringan dan cuaca dingin ekstrem yang dialami wilayah Papua Tengah, pemerintah tidak tinggal diam. Melalui Kementerian Perdagangan, bantuan 'Kemendag Peduli' diserahkan langsung di bawah pimpinan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
-
Apa yang dibawa KPU Papua? Ada 22 orang penumpang yang dibawa dan pesawat tadi telah berangkat pukul 22.11 WIT ke Jakarta dengan transit di Makassar.
-
Kapan operasi TNI AL di Papua dimulai? Operasi Siaga Tempur Laut dan penyekatan perbatasan di wilayah kerja Koarmada III itu berlangsung sejak Senin (22/4).
-
Siapa yang pimpin operasi TNI AL di Papua? Pelaksanaan operasi tersebut dipimpin Komandan Guspurla Koarmada III Laksamana Pertama TNI Wawan Trisatya Atmaja.
-
Apa tujuan operasi TNI AL di Papua dan Maluku? 'Operasi Siaga Tempur Laut yang dilakukan saat ini langsung di bawah kendali Panglima Koarmada III Laksamana Muda TNI Hersan dengan target operasi di wilayah perairan Papua dan Maluku,' kata Kadispen seperti dilansir dari Antara.
Oleh karena itu, Teddy menyatakan pihaknya merekomendasikan revisi UU Otsus Papua segera diselesaikan sebelum pelaksanaan PON XX di Papua.
"Amandemen UU Otsus untuk disegerakan agar tidak bersamaan dengan kegiatan PON ke-20 di Papua," kata Teddy.
Selain itu, Teddy menyebut pihaknya tidak hanya mendeteksi adanya kegiatan KSP kelompok bersenjata, melainkan juga ada dua front lain yang aktif menggalang pelaksanaan referendum di Papua, yakni front politik dan front klandestin.
Gangguan keamanan di Papua saat ini, lanjut Teddy, sengaja dirancang untuk menutupi tindak penyalahgunaan dan penyelewengan dana otonomi khusus (otsus) Papua.
"BIN mendeteksi bahwa gangguan keamanan dirancang untuk menciptakan situasi yang mencekam sebagai salah satu strategi menutupi tindak penyalahgunaan dan penyelewengan dana otsus selama ini," katanya.
Sementara itu, mengutip akun twitter @VeronicaKoman, menyebut telah dijadikan kambing hitam atas inkompetensi kinerja pemerintah.
"BIN tuduh saya memanfaatkan PON untuk menciptakan instabilitas. Analisa intelijen BIN sendiri yang bapuk: masa mau bikin PON di wilayah konflik?? Saya cuma pernah *satu kali* komentar soal PON—itu pun awal tahun lalu. Lagi-lagi saya jadi kambing hitam inkompetensi pemerintah!" tulis Veronica seperti dikutip merdeka.com.
Selanjutnya, Veronica juga menyebut bahwa MRP atau Majelis Rakyat Papua merupakan produk Otsus.
"Kalo analisa BIN saja menempatkan Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagai pendukung separatis, jadi kalian semua garong tu lagi ngapain mau perpanjang Otsus?? MRP itu produk Otsus!!!"
Tak hanya itu, Veronica kembali mengunggah status jika selama ini Pemerintah Pusat diberikan analisa yang belepotan oleh BIN.
"Asal tahu saja, kelompok pro-referendum tidak mau mengakui MRP persis karena MRP itu produk Otsus. Sekarang BIN malah menempatkan MRP sebagai pendukung separatis. BIN bapuk bener nih. Pusat dibisikinnya pake analisa blepotan kek gini, pantesan kalo ambil kebijakan salah mulu!"
"Rapat Pansus Otsus DPR hari Senin mendatang akan dilakukan secara tertutup. Sudah tidak ada MRP, tertutup pula. Jangan klaim ada partisipasi rakyat Papua di situ! UU Otsus 2001 dipaksakan ke rakyat Papua, perpanjangannya tahun ini pun sama saja. DIPAKSAKAN."
Reporter: Delvira HutabaratSumber : Liputan6.com
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal itu disampaikannya pada acara Peringatan ke-23 Hari Otonomi Khusus Papua.
Baca SelengkapnyaDede menilai kepastian regulasi yang mendukung anggaran PON 2024 diperlukan karena menyangkut persiapan dan teknis penyelenggaraan.
Baca SelengkapnyaPuan Maharani mengikuti acara dialog parlementer bersama negara-negara organisasi Melanesian Spearhead Group (MSG).
Baca SelengkapnyaKetua Bamus Papua, Willem Frans Ansanay melihat dengan adanya DOB di Papua akan memudahkan penanganan kasus HAM.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menggelar rapat terbatas terkait pembangunan Papua.
Baca SelengkapnyaGubernur Edy juga telah menyampaikan hal serupa saat bertemu Menpora Ario Bimo Nandito Ariotedjo di Medan pada Jumat (4/8) malam.
Baca SelengkapnyaPenyebutan istilah KKB menjadi OPM memiliki dampak politis serta konsekuensi pada cara menyelesaikan.
Baca SelengkapnyaDalam kajian Percepatan pembangunan Papua tersebut, TNI telah mendapat amanah untuk menjalankan tiga tugas.
Baca SelengkapnyaPangima TNI mengatakan, saat ini Indonesia menghadapi tiga Banglistra.
Baca SelengkapnyaPemerintah telah menyusun RIPPP Tahun 2022-2041 yang mengusung visi besar “Terwujudnya Papua Mandiri, Adil, dan Sejahtera”.
Baca SelengkapnyaPenggantian nama KKB menjadi OPM itu berdasarkan Surat Telegram (ST) Nomor : STR/41/2024.
Baca SelengkapnyaPencanangan yang dilakukan oleh Wapres tersebut dapat memacu sinergi antara pemerintah pusat dan Pemprov Papua Pegunungan.
Baca Selengkapnya