Bisnis para ibu rumah tangga ini bisa bantu keuangan keluarga
Merdeka.com - Usaha sampingan memang menjadi salah satu solusi untuk menopang perekonomian keluarga. Para ibu ini rela banting tulang membantu keuangan keluarga untuk mendapatkan penghasilan lebih. Segala usaha apa pun dilakoninya asal halal.
Usaha para ibu rumah tangga ini tentu tidak selalu mulus. Berbagai kendala pernah mereka rasakan sebelum menikmati manisnya jerih payah usahanya itu.
Berikut beberapa ibu rumah tangga yang berhasil membantu meningkatkan kesejahteraan hidup keluarganya, seperti dihimpun merdeka.com:
-
Siapa yang pernah mengalami masa sulit? Momen 8 Artis Mengenang Masa Sulit, Ada yang Mau Makan 3.000 Mikir Panjang dan Bahkan Rela Menjadi Supir Artis.
-
Apa kata motivasi bisnis sukses yang membahas tentang tantangan? Usaha keras yang tak kunjung berbuah manis memang sering menyesak di dada dan membuatmu malas melangkah. Tapi ingat hidup akan terus berjalan meski kamu diam di tempat, jadi bergegaslah jika tak ingin ketinggalan.
-
Siapa yang mengalami kejadian tidak menyenangkan? Ia mengungkapkan bahwa ia merasa jatah malunya seumur hidup sudah terpakai di panggung mitoni kehamilan sang istri.
-
Apa yang sulit bagi Ibu Persit di Wamena? Hal yang membuat ibu Persit tersebut kesulitan adalah saat dirinya harus menggunakan kompor dari minyak tanah.
-
Kenapa orang-orang di masa lalu mengalami kegagalan? Surat Asy-Syams juga menjelaskan tentang pengalaman pahit yang dialami oleh orang-orang di generasi terdahulu.
-
Apa arti struggle? 'Struggle' memiliki konotasi yang beragam tergantung pada konteks penggunaannya. Secara umum, 'struggle' dapat merujuk pada upaya atau perjuangan yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk mengatasi kendala, menghadapi tantangan, atau mencapai tujuan tertentu.
Usaha Setrika keliling, penghasilan tambahan untuk keluarga
Tri Amelia (31) warga Villa Mutiara Gading III, Blok H3 nomor 6 Kebalen, Babelan, Bekasi Utara membuka usaha jasa setrika uap keliling. Tri menjajakan usaha tersebut berkeliling dari rumah ke rumah dengan menggunakan sepeda motor yang sudah di modif.
Dari hasil usahanya tersebut, Tri bisa memberikan penghasilan tambahan untuk suami dan tiga anaknya.Â
"Tiap hari ya keliling perumahan sekitar sini. Dari pagi sampe sore. Alhamdulillah order setrika ada aja sih tiap hari," kata Tri saat ditemui merdeka.com, kemarin.
Tri menuturkan, bisnis setrika uap itu sudah tiga tahun dia jalani dirintis bersama sang suami yakni Irsan Heryadi (33). Ia juga memiliki beberapa karyawan untuk membantu kelancaran usaha tersebut.
"Biasanya kan saya yang keliling menawarkan jasa setrika uap. Kalau suami sehari-hari kerja juga di perusahaan swasta. Saya pikir kalau turun langsung keliling dari rumah ke rumah lebih bagus lagi ke pelanggan setrika uap ini," ucap Tri.
Selain butuh modal, katanya, menjalani usaha setrika uap juga mesti sabar. Sebab, bisnis tersebut terbilang masih langka di Tanah Air ini.
"Ya harus sabar sih, terus berusaha. Dan jaga kepercayaan pelanggan. Jangan malu kalau mau usaha maju, kan yang penting halal," ujarnya.
Tri mengaku, usaha setrika uap yang dirintis bersama sang suami tidak selamanya berjalan mulus, mulai dari kekurangan modal sampai ada pelanggan yang nakal.
"Suka dukanya banyak. Malah lebih banyak dukanya. Ya namanya merintis usaha setrika uap ini belum semua orang tahu. Ya harus perih-perih hati dulu. Saya yakin kalau kita masih mau usaha, Insya Allah ada jalan," tuturnya.
Jasa setrika keliling ©2016 Merdeka.com/mvnLebih jauh Tri berharap ke depannya, usaha setrika uapnya itu bisa membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, sehingga dapat bermanfaat untuk orang banyak.
"Ke depannya, saya berharap bisa membuka lapangan kerja buat masyarakat sekitar," harapnya.
Usaha olahan salak, Sri raup keuntungan Rp 15 juta per bulan
Sri Sujarwati (50), ibu rumah tangga membuka usaha olahan buah salak dengan cara dijadikan camilan karamel untuk anak muda. Selai itu, olahan salak ini sebagai siasat untuk agar salak mempunyai nilai tambah.
"Untuk Anak-anak muda biar makannya tidak malu. Ini seperti soyjoy, camilan sehat tidak bikin gemuk, antioksidannya tinggi," kata Sri.
Pada 2012, Sri mulai produksi dan memasarkannya ke seluruh Indonesia. Sisi pemasaran tidak hanya dilakukan secara tradisional. Sri juga menggarap pemasaran secara online. Melalui pemasaran secar online ini, karamel salak sudah mulai dikirim ke wilayah Timur Tengah.Â
"Kita juga jual online. Sudah kirim ke Timur Tengah," beber Sri.
Saat ini, Sri sedang membidik pasar Amerika Serikat. Diakui Sri, untuk bisa menembus pasar Amerika Serikat tidak mudah, terlebih lagi karamel salak buatan Sri masih menggunakan minyak sawit.
"Prepare ke Amerika tapi masih kendala karena kita pakai minyak sawit, izin halal Amerika sudah, tinggal sertifikasi keamanan pangan Amerika," paparnya.
Karamel salak ©2015 Merdeka.comSri bisa mendapatkan Rp 10-15 juta per bulan melalui jualan berbagai olahan salak. Angka tersebut bisa didapat Sri dalam sehari saat hari raya Idul Fitri.
Bisnis rumahan itu tidak hanya untuk menghidupi keluarganya, Sri juga membangun bisnis olahan salak untuk bisa menjadi sosok yang bermanfaat bagi lingkungannya.
"Sekitar 14 orang pekerja kalau lagi tidak musim. Kalau lagi musim itu ada tambahan (pekerja) manula yang sudah tidak bisa ngapa-ngapain cuma duduk saja bersihin (salak), itu bisa sampai 50 orang. Saya memang ajak orang-orang sekitar saya," ujarnya.Â
Sri mengakui permintaan karamel salak ini sangat banyak. Namun, dirinya masih terkendala permodalan untuk bisa ekspansi menggarap kebutuhan pasar moderen. Sri mengaku masih khawatir mengajukan pinjaman modal dari perbankan. Dirinya selama ini mengandalkan kekuatan pribadi dan keluarganya.
"Permintaan banyak, tapi belum bisa masuk pasar moderen karena permodalan masih kurang," pungkasnya.
Jadi bos kue, Siti raup untung Rp 50 juta per bulan
Siti, ibu rumah tangga yang berjualan kue ini mampu menghasilkan pemasukan puluhan juta perbulan. Kue-kue tersebut ia jajakan mulai dari acara pesta pernikahan sampai pesta jamuan para pejabat. Â
Dia dibantu suami serta kedua anaknya, mulai memproduksi kue di rumahnya Jalan Cisitu Lama, Kota Bandung, Jawa Barat. Peralatan digunakan pun masih sederhana seperti hand mixer serta tungku pembakaran kecil.
Menggunakan nama dagang Nanamie Cake & Pastry yang diambil dari nama kedua putrinya, Nana dan Remie. Kini, perempuan 47 tahun itu dapat meraih omzet hingga Rp 50 juta per bulan. Bahkan dari hasil usaha kue yang ia tekuni, Siti bisa menyekolahkan putrinya hingga ke perguruan tinggi.
Di balik kesuksesan usaha kue miliknya, rupanya Siti memiliki cerita sedih. Pernah suatu kali usaha yang dirintisnya mengalami masalah. Itu terjadi saat dirinya menerima pesanan kue dalam jumlah besar.Â
"Kegagalan itu bagian dari bisnis dan usahanya harus tetap dilanjutkan," kata Siti.Â
Dari usahanya dia membangun rumah industri sendiri di Jalan Cisitu Lama VII Nomor 6 Bandung. Selama proses produksi dia dibantu lima orang karyawan.
Produk andalan toko kue miliknya adalah Bagelen Ganyong, yaitu kue berbahan dasar tepung ganyong yang ditanam petani lokal. Produk ini diproduksi dalam sebelas rasa. Yaitu keju, cokelat, stroberi, dan lain-lain. Selain itu ada juga Stick Mocaf, yaitu kue stick dengan bahan dasar tepung singkong (mocaf) yang memiliki dua rasa.
Dalam sebulan Siti mampu memproduksi 400 potong Bagelen Ganyong, dan 800 potong Stick Mocaf. Kue buatannya itu mampu menembus pasar supermarket dan minimarket.
Tak hanya di dalam negeri, kue buatan Susi juga diminati di Malaysia. Melalui distributornya, dia mengirim 600 potong kue ke negeri jiran. Di sana, kue ukuran 200 gram buatannya dijual Rp 40 ribu per kemasan.
"Kita berusaha meyakinkan konsumen bahwa kita berusaha menyajikan kue berkualitas," ucapnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di tengah asanya membuat rumah, tabungan usaha miliknya direlakan jadi pelunas utang sang ibunda.
Baca SelengkapnyaKisah yang ia bagikan di Tiktok viral dan bikin warganet ikut nostalgia,
Baca SelengkapnyaIbu-ibu ingin terus bergerak melalui usaha katering agar tetap berdaya
Baca SelengkapnyaSaat ini impian untuk menjalani hari-hari bersama keluarga bisa terwujud, dengan usaha kue beromzet hingga Rp200 juta
Baca SelengkapnyaKata-kata pepatah yang berbunyi “kehidupan seperti roda sedang berputar” menggambarkan kehidupan Yati.
Baca SelengkapnyaWanita ini menjelaskan dirinya dan suami sama-sama enggan menjadi PNS setelah lulus kuliah.
Baca SelengkapnyaKehadiran BRI turut membantu kebangkitan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Berkah Jaya dalam program Klasterku Hidupku.
Baca SelengkapnyaRia merasa jenuh sepanjang waktu mengasuh anak di rumah. Dia mengajak Alfinata merintis bisnis.
Baca Selengkapnya