BKSDA Bali Sebut Fenomena Ribuan Burung Pipit Mati Bisa karena Virus dan Stres
Merdeka.com - Fenomena ribuan burung pipit di Bali mati tidak hanya terjadi sekali. Lima tahun yang lalu hal yang sama juga terjadi di wilayah Denpasar dan Kabupaten Tabanan.
Kepala Seksi Wilayah ll, Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bali, Sulistyo Widodo menerangkan, kematian ribuan burung pipit pernah terjadi di area RSUP Sanglah, Denpasar, dan di Desa Selemadeg, Kabupaten Tabanan.
"Kejadian ini bukan yang pertama di Bali ataupun bukan pertama di Indonesia. Di Bali dalam lima tahun terakhir juga pernah ada kejadian di area Sanglah Kota Denpasar, juga di Selemadeg Kabupaten Tabanan, juga di Sukabumi Jawa Barat, Bulan Juli tahun 2021," kata Widodo dalam keterangan tertulisnya, Jumat (10/9).
-
Apa yang terjadi di Bali? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
-
Apa yang terjadi pada ekosistem saat burung punah? Kepunahan mereka telah memengaruhi ekosistem, menghilangkan peran mereka dalam penyebaran biji dan regenerasi tanaman di lingkungan alami mereka.
-
Mengapa kepunahan burung meningkat? Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science ini menekankan peran penting manusia dalam krisis kepunahan burung, yang semakin memburuk dalam beberapa dekade terakhir.
-
Kenapa hiu tutul mati di Purworejo? Diduga hiu bernasib malang itu terbawa air pasang. Namun ia tak bisa kembali ke laut karena terkena batu karang.
-
Apa yang terjadi pada burung bangau sebelum bencana? Pada saat bencana gempa dan tsunami Aceh dan Nias terjadi, sebelumnya sudah ada tanda dari burung bangau. Hewan yang biasanya hidup dengan normal di kawasan sekitar pantai ini, mendadak berbondong-bondong terbang menjauh dari area pantai. Padahal sebelumnya mereka tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya.
-
Dimana fenomena ini terjadi? Masing-masing galaksi kerdil tersebut memiliki dua lubang hitam supermasif di intinya, dengan satu pasang berada di galaksi yang berjarak 760 juta tahun cahaya dan pasangan lainnya pada jarak 3,2 miliar tahun cahaya dari Bima Sakti.
Ia juga menerangkan bahwa BKSD Bali bersama Dinas Kesehatan Hewan Kabupaten Gianyar telah memeriksa lokasi matinya ribuan burung pipit di Desa Pering, Kecamatan Blabatuh, Kabupaten Gianyar.
"Juga mengambil sample bangkai burung dan kotoran burungnya untuk dibawa ke laboratorium kesehatan hewan guna mencari tahu penyebab kejadian tersebut," imbuhnya.
Selain itu, ia menyebutkan bahwa matinya ribuan burung pipit secara bersamaan, karena burung itu adalah satwa koloni yang hidup berkelompok dalam jumlah besar.
"Ukuran burung yang kecil, menyebabkan kecenderungan berkoloni dalam jumlah besar untuk mengurangi risiko terhadap predator. Termasuk saat beristirahat pun bergerombol, biasanya di satu pohon yang besar bisa sampai ribuan burung," ungkapnya.
Sementara, kenapa burung tersebut mati mendadak, harus dibuktikan secara saintifik melalui proses autopsi dari bangkai dan kotoran burungnya. Namun ada beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi, yaitu burung-burung itu bisa memakan pakan yang terkontamisasi atau tercemar atau mengandung herbisida dan pestisida yang sifatnya toxic bagi burung.
"Setelah memakannya tentu burung tidak langsung mati, karena proses toxifikasi juga memakan waktu untuk sampai tingkatan mortalitasnya. Kemungkinan besar saat burung-burung tersebut beristirahat malam dan paginya bangkai burung berserakan. Jadi bukan akibat lokasinya di makam setra (kuburan)," sebutnya.
Sementara, kemungkinan kedua adalah tertular penyakit tertentu. Mengingat burung hidupnya berkoloni dalam jumlah besar. Maka penularannya akan cepat. Sehingga angka kematiannya juga dalam jumlah besar.
"Bisa juga akibat virus atau penyebab yang lain yang harus dibuktikan dengan analisa bangkai dan analisa kotoran burung," jelasnya.
Ia juga mengatakan, bisa saja akibat ada perubahan drastis iklim. Contoh yang gampang bisa dilihat matinya ikan koi di kolam terbuka saat hujan pertama kali turun atau matinya ribuan ikan dalam keramba akibat adanya upwheeling endapan bahan kimia, atau cuaca panas dan kemudian tiba-tiba turun hujan.
"Misalnya saja, cuaca di Bali sedang panas, pada saat burung-burung beristirahat malam, tiba-tiba hujan lebat turun, suhu dan kelembaban udara berubah drastis, burung kaget, stres, dan kemudian mati massal. Ingat tingkat stres pada satwa sangat potensial menjadi penyebab mortalitas massal. Atau, sebab lain yg kita belum tahu," ujar Widodo.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bangkai ikan besar ini masih berada di tepi pantai dan menanti tindakan lebih lanjut dari instansi yang berwenang.
Baca SelengkapnyaKasus DBD tertinggi yakni Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung
Baca SelengkapnyaBeredar video yang memperlihatkan gerombolan laba-laba bergelantungan di sepanjang kabel tiang listrik di jalanan.
Baca SelengkapnyaIni merupakan hiu paus kedua yang ditemukan mati di kawasan itu dalam sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaAhli menyebut kawanan paus tersebut menunjukkan perilaku yang jarang terjadi.
Baca SelengkapnyaBerikut 'kesaktian' Burung Kuau Raja bermata seratus dari Zaman Purba yang ditemukan kembali di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSejumlah pasien demam berdarah dengue sampai saat ini masih menjalani rawat inap.
Baca SelengkapnyaSemakin kesini hewan endemik Indonesia sudah banyak yang hampir punah bahkan banyak juga yang sudah punah, seperti komodo dan harimau bali.
Baca SelengkapnyaMasyarakat yang hendak berwisata, khususnya mandi di Pantai Sanur agar lebih waspada
Baca SelengkapnyaTemuan kasus Covid-19 kembali memantik kekhawatiran. Di Bali, ditemukan 43 kasus sejak awal Desember 2024.
Baca SelengkapnyaVirus rabies kembali merebak dan menelan korban jiwa.
Baca SelengkapnyaKejadian hewan kurban kaburi ni direkam warga dan tersebar luas di media sosial. Berikut deretan momennya.
Baca Selengkapnya