Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Blunder soal helikopter kepresidenan, Kasau diserang habis-habisan

Blunder soal helikopter kepresidenan, Kasau diserang habis-habisan HUT TNI AU di Halim Perdanakusuma. ©2015 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Merdeka.com - Rencana pembelian helikopter kepresidenan yang digulirkan TNI Angkatan Udara, terus menuai polemik. Terutama setelah TNI AU ngotot membeli helikopter AW-101 buatan joint venture antara Westland Helicopters di Inggris dan Agusta di Italia. TNI AU beralasan butuh helikopter angkut berat. Helikopter AW-101 memiliki kabin dengan ketinggian 180 cm dan kapasitas angkut 80 ton, serta mempunyai tiga mesin.

Di sisi lain, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) justru menyarankan agar membeli helikopter Superpuma atau yang kini berganti nama menjadi EC-725. Helikopter ini buatan PTDI. Alasannya, helikopter buatan mereka lebih canggih dan tangguh dibanding AW-101 buatan negara lain. Pelbagai fitur pada helikopter EC-725 juga sangat layak untuk VVIP sekelas kepala negara. Sementara helikopter AW-101 justru mudah jadi sasaran tembak.

Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Agus Supriatna langsung menanggapi dengan menyebut bahwa PTDI belum bisa membuat alat utama sistem persenjataan untuk TNI. Hal itu dibuktikan PT Dirgantara Indonesia selalu bekerja sama dengan perusahaan militer di luar negeri.

"Tapi kami kerja sama dengan PTDI, jadi belum sanggup buat. Contoh pembelian heli Apache sanggup tidak PTDI? Dari mana heli dan pesawat Airbus dari Amerika kan? Dari luar kan semua," kata Marsekal Agus di Mabes TNI AU, Jakarta, Senin (30/11).

Pernyataan ini blunder dan berbuntut panjang. Kasau justru diserang dari kiri dan kanan. Kritikan datang dari gedung DPR. Merdeka.com mencatat serangan yang mengarah ke Kasau usai terlontarnya pernyataan tersebut. Berikut paparannya.

Jangan lecehkan anak bangsa

Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin tidak bisa menerima alasan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Agus Supriatna yang lebih memilih heli AW-101 ketimbang helikopter EC-725 Cougar buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk helikopter kepresidenan. Apalagi alasan Kasau, Indonesia belum mampu memproduksi alutsista sendiri.

"Jangan lecehkan kemampuan anak bangsa!," kata TB Hasanuddin melalui siaran pers yang diterima merdeka.com, Senin (30/11).

Kasau ngga tahu prestasi PTDI?

Helikopter Super Puma yang kini berubah nama dan tampilan menjadi EC-725 Cougar, sudah digunakan sebagai pesawat tempur Lebanon, Chad, Afganistan, Mali, Libya dan beberapa negara lainnya.

Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin menyebutkan, PTDI mampu memproduksi pesawat VVIV EC725 family yang sudah digunakan 32 kepala negara. Sedangkan, helikopter AW 101 yang hendak dibeli Kasau hanya digunakan kepala negara dari Turkmenistan, Arab Saudi, Algeria dan Nigeria.

PTDI juga sudah mampu membuat sayap pesawat. Kesuksesan itu diawali di era 1980-an saat PTDI bersama CASA melakukan design and manufacture atau rekayasa engineering pembuatan sayap pesawat NASA Airfoil menjadi PTDI Airfoil tipe NACA653-218.

"Sampai dengan hari ini dipakai oleh CN-295 dan telah disertifikasi oleh badan sertifikasi nasional dan Internasional, DGCA-Indonesia, INTA-Spain dan EASA (European)," jelasnya.

Dia melanjutkan pada era 2000-an, PT DI juga dipercaya sebagai pemasok tunggal rekayasa manufaktur untuk wing leading-edges atau bagian sayap depan Airbus A-380 dan A320. "Program pesawat tersebut untuk SpiritAero System-UK yang mana sebagai Tier-1 Supplier AIRBUS Commersial Group," jelasnya.

Prestasi itu berlanjut hingga kini, di mana PT DI bersama LAPAN melakukan rekayasa engineering dan manufaktur pesawat perintis bermuatan 19 penumpang dan rekayasa engineering sayap pesawat terbang dengan memodifikasi NASA Airfoil menjadi PTDI Airfoil type LS(1)-0417MOD.

"Jangan bilang buat sayap saja belum bisa. Kasau kan Komisaris utama PTDI, masak tidak tahu?" sindirnya.

Panggil Kasau

Komisi I DPR bakal memanggil Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Agus Supriatna untuk meminta penjelasannya terkait pernyataannya, bahwa Indonesia tak mampu memproduksi alutsista sendiri. Alasan inilah yang pada akhirnya dijadikan bagi TNI AU tak memilih helikopter EC-725 Cougar dari PT DI untuk heli VVIP Presiden Jokowi.

"Komisi I akan undang rapat KASAU dan PT DI secara terpisah," kata Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, saat dihubungi, Senin (30/11). 

Klarifikasi yang hendak diketahui Komisi I, lanjutnya, termasuk soal kapasitas produksi PT DI, baik untuk pesanan TNI AU maupun dari pihak lainnya. "Bagus jika dilakukan audit kapasitas produksi PT DI," sebutnya.

Hargai produk dalam negeri

Rencana TNI Angkatan Udara membeli delapan helikopter AgustaWestland AW-101 bikinan kerjasama antara Westland Helicopters di Inggris dan Agusta di Italia untuk Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke daerah terpencil terus menuai kritik. Daripada membeli helikopter bikinan luar negeri, TNI AU disarankan memakai produk dalam negeri alias buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk mendukung aktivitas Presiden Jokowi.

"Siapa lagi yang mau menggunakan produk dalam negeri kalau bangsa sendiri tidak mau menggunakannya," kata Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Sukamta di Jakarta, Senin (30/11).

Sukamta mencontohkan apabila pemerintah dalam hal ini TNI membeli produk pertahanan dari PTDI, maka 30 persen uang rakyat akan kembali ke negara. Hal itu menurut dia dalam bentuk pembelian bahan baku lokal yang digunakan PTDI dalam produksi alat-alat pertahanan.

"Lebih dari 1000 anak bangsa bisa melanjutkan hidup dari perusahaan tersebut (PTDI)," ujar Sukamta.

TNI AU harus konsisten

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Sukamta menjelaskan soal pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) sudah ada aturannya, pertama keharusan membeli produksi dalam negeri. Sukamta berharap pemerintah konsisten menjalankan amanat Undang-undang untuk menggunakan produk dalam negeri.

"Kami berharap TNI AU tetap konsisten menggunakan produk dalam negeri sesuai dengan Undang-undang Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan," kata Sukamta.

Kedua menurut dia, apabila tidak ada produk dalam negeri maka harus ada kewajiban transfer teknologi melalui kerja sama dengan industri lokal. Hal itu sesuai dengan Pasal 43 ayat 5 Undang-undang Industri Pertahanan yang menyebutkan harus mengikut sertakan industri pertahanan dalam negeri, adanya kewajiban alih teknologi, adanya imbal dagang, mengikuti ketentuan kandungan lokal dan atau ofset paling rendah 85 persen.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ramai-Ramai Bela Kaesang soal Kasus Dugaan Gratifikasi Jet Pribadi
Ramai-Ramai Bela Kaesang soal Kasus Dugaan Gratifikasi Jet Pribadi

Kasus dugaan gratifikasi ini bermula dari Erina Gudono, istri Kaesang yang mengunggah foto jendela pesawat dengan caption 'USA Here We Go.'

Baca Selengkapnya
VIDEO: Kaesang dan Mario Dandy Sama-Sama Anak Pejabat, KPK Jelaskan Perbedaan Kasus Keduanya
VIDEO: Kaesang dan Mario Dandy Sama-Sama Anak Pejabat, KPK Jelaskan Perbedaan Kasus Keduanya

Direktur Penyidikan KPK Asep Guntur Rahayu menjelaskan adanya perbedaan Kaesang dengan Mario Dandy.

Baca Selengkapnya
Istana Ungkap Kesederhanaan Gaya Hidup Kaesang Pangarep
Istana Ungkap Kesederhanaan Gaya Hidup Kaesang Pangarep

Iman Brotoseno sempat bolak-balik ke kelas ekonomi untuk menanyakan dan menawarkan bertukar tempat duduk kepada Kaesang.

Baca Selengkapnya
Diserang Soal Jet Pribadi, Paslon Bobby-Surya Tidak Menjawab
Diserang Soal Jet Pribadi, Paslon Bobby-Surya Tidak Menjawab

Debat Pilkada Sumatera Utara (Sumut) berlangsung panas.

Baca Selengkapnya
VIDEO: KPK Kirim Pejabat Gratifikasi Telurusi Isu Jet Pribadi Erina Gudono Kaesang ke AS
VIDEO: KPK Kirim Pejabat Gratifikasi Telurusi Isu Jet Pribadi Erina Gudono Kaesang ke AS

Alexander Marwata buka suara terkait isu jet pribadi diduga digunakan putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep bersama sang istri, Erina Gudono

Baca Selengkapnya
Heboh Kaesang-Erina Naik Jet Pribadi ke Amerika, Sekjen PSI: Itu Urusan Personal
Heboh Kaesang-Erina Naik Jet Pribadi ke Amerika, Sekjen PSI: Itu Urusan Personal

Adapun penggunaan jet pribadi dengan harga fantastis itu disorot, lantaran Kaesang dan istri bepergian di tengah situasi sosial politik Indonesia yang memanas.

Baca Selengkapnya
KPK Estimasi Perjalanan Kaesang dan Erina Naik Jet Pribadi ke USA: Rp90 Juta Satu Orang
KPK Estimasi Perjalanan Kaesang dan Erina Naik Jet Pribadi ke USA: Rp90 Juta Satu Orang

Bukan hanya Kaesang dan istrinya Erina Gudono yang turut menikmati fasilitas mewah itu. Masih ada dua orang lagi yang sempat menaiki jet mewah tersebut.

Baca Selengkapnya
Viral Video Kaesang dan Erina Turun Jet Pribadi Bawa Belanjaan Langsung Naik Mobil, Bea Cukai Bilang Begini
Viral Video Kaesang dan Erina Turun Jet Pribadi Bawa Belanjaan Langsung Naik Mobil, Bea Cukai Bilang Begini

Kali ini beredar video Kaesang dan Erina turun dari jet pribadi langsung dijemput mobil mewah, tak jauh dari tempat parkir pesawat.

Baca Selengkapnya
Kronologi Kaesang-Erina Pergi ke Amerika: Awalnya Mau Pakai Pesawat Komersil, Tapi Ditawari Naik Jet Pribadi
Kronologi Kaesang-Erina Pergi ke Amerika: Awalnya Mau Pakai Pesawat Komersil, Tapi Ditawari Naik Jet Pribadi

Jet pribadi itu menjadi viral usai Erina mengunggah foto bagian jendela pesawat jet berjenis Gulfstream.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Kelakar Kaesang Janji Kasih Jet Pribadi ke Kader PSI Menangkan Ridwan-Suswono di Jakarta
VIDEO: Kelakar Kaesang Janji Kasih Jet Pribadi ke Kader PSI Menangkan Ridwan-Suswono di Jakarta

Kaesang mengatakan akan memberikan hadiah kepada para kader yang mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono.

Baca Selengkapnya
Kaesang: Penggunaan Pesawat Itu Saya Nebeng Punya Teman
Kaesang: Penggunaan Pesawat Itu Saya Nebeng Punya Teman

Juru Bicara Kaesang Pangarep, Francine Wijoyo mengatakan alasan Kaesang menebeng dikarenakan temannya memiliki jurusan yang kebetulan searah.

Baca Selengkapnya
Jubir Kaesang Pastikan Penumpang Jet Pribadi Bukan 4, Tapi 8 Orang
Jubir Kaesang Pastikan Penumpang Jet Pribadi Bukan 4, Tapi 8 Orang

Menurut Francine, informasi jet pribadi hanya diisi 4 orang adalah keliru.

Baca Selengkapnya