BMKG: Cuaca Ekstrem Terjadi Karena Gas Rumah Kaca Akibat Industri dan Transportasi
Merdeka.com - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menilai, salah satu penyebab terjadinya cuaca ekstrem karena meningkatnya gas rumah kaca. Salah satunya karbondioksida dari bahan bakar.
"Salah satu penyebabnya akan terlihat karena meningkatnya gas konsentrasi rumah kaca yang ada di atmosfer, gas rumah kaca antara lain C02, C02 itu alihan pembakaran fosil fuel akibat dari kegiatan industri, transportasi, penggundulan dan seterusnya," katanya saat jumpa pers virtual, Sabtu (20/2).
Menurutnya, tren tersebut meningkat seiring dengan adanya peningkatan temperatur udara di wilayah Indonesia. Periode kejadian ulang musim hujan juga semakin pendek.
-
Siapa penyebab efek rumah kaca? Di mana aktivitas manusia menjadi faktor paling besar dalam memproduksi gas-gas yang menimbulkan pemanasan atmosfer.
-
Bagaimana emisi gas rumah kaca mempengaruhi cuaca? Sebenernya definisi dari perubahan iklim itu adalah akibat pada aktivitas dari manusia, terutama yang menggunakan sumber energi fosil,
-
Apa itu efek rumah kaca? Efek rumah kaca adalah fenomena alami di mana gas rumah kaca menahan panas dari matahari di atmosfer bumi.
-
Apa efek rumah kaca itu? Efek rumah kaca adalah proses yang terjadi ketika gas di atmosfer bumi memerangkap panas matahari.
-
Apa penyebab utama dari perubahan iklim? Lebih lanjut, Rheza menambahkan bahwa terjadinya perubahan iklim juga bersumber dari aktivitas umat manusia yang banyak menyumbang karbon dioksida yang menghasilkan efek gas rumah kaca.
-
Bagaimana efek rumah kaca terjadi? Proses efek rumah kaca adalah kondisi yang terjadi ketika sinar matahari masuk ke atmosfer bumi dan dipantulkan kembali ke permukaan bumi.
"Yang kami tonjolkan data dan fakta tren itu meningkat seiring dengan peningkatan temperatur udara di wilayah Indonesia dan korelatif dengan peningkatan intensitas hujan selama 30 tahun terakhir dan juga semakin seringnya, atau semakin pendeknya periode ulang kejadian hujan ekstrem," tuturnya.
Dia bilang, poin itu yang perlu BMKG sampaikan sebagai latar belakang mengapa saat ini cuaca ekstrem masih terjadi. Sehingga, tidak bisa dikatakan hal tersebut karena murni sifat alam hingga terjadi cuaca ekstrem, bencana longsor dan seterusnya tanpa sebab.
"Tetapi kita harus sadar kenapa cuaca ekstrem itu terjadi, karena perubahan iklim global, karena gas rumah kaca meningkat, gas rumah kaca itu juga karena aktivitas kita semua dalam memanfaatkan bahan bakar fosil antara lain, bukan satu satunya," ujarnya.
Lebih lanjut, Dwikorita mengungkapkan, tidak bisa diartikan bahwa bencana terjadi karena kesalahan alam. Tapi, BMKG selalu mempelajari perilaku alam dan bisa menganalisis apa penyebabnya.
"BMKG menjelaskan ini semua bukan berarti kita mencari kambing hitam oh itu karena alamnya, bukan. Tetapi justru tugas BMKG itu memahami alam, mengerti perilaku alam, fenomena alam, berdasarkan observasi analisis data data," ucapnya.
"Mohon tidak di artikan mencari kambing hitam oh banjir itu karena hujan ekstrem, bukan, tetapi karena dengan data data kita lebih memahami alam dan mengenal batas batas alam agar dalam menyikapi fenomena alam ini kita tidak melampaui batas," sambungnya.
Menurutnya, BMKG terus meriset dengan data hasil observasi terkait alam. Dia berharap, masyarakat bisa memahami, beradaptasi dan menyesuaikan fenomena alam ini.
"Menyesuaikan sikap kita, perilaku kita, bahkan mencegah jangan memperparah kondisi ekstrem itu akibat gas gas rumah kaca, jadi utamanya mari kita mengenal alam untuk memelihara alam agar tidak merugikan manusia," imbuh Dwikorita.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi meminta perkantoran menerapkan hybrid working, work from office (WFO) dan work from home (WFH).
Baca SelengkapnyaKegiatan industri serta penggunaan kendaraan bermotor menjadi faktor pemicu utama buruknya kualitas udara Jakarta.
Baca SelengkapnyaEfek rumah kaca menjadi salah satu hal yang membuat bumi menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali.
Baca SelengkapnyaDwikorita mengatakan puncak El Nino diprediksi terjadi pada Agustus-September.
Baca SelengkapnyaTurbulensi pasti memberikan suatu dampak yang tidak baik bagi dunia aviasi.
Baca SelengkapnyaRachmat menyebut, polusi udara di Jakarta di sebabkan oleh emisi kendaraan bermotor dengan BBM berbasis fosil dan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU).
Baca SelengkapnyaBerikut cara mencegah pemanasan global demi bumi yang lebih baik di masa depan.
Baca SelengkapnyaJakarta kembali menduduki sebagai kota dengan udara terburuk sedunia pagi ini
Baca SelengkapnyaSebagian besar daerah di Indonesia berpotensi mengalami cuaca ekstrem, berupa hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
Baca SelengkapnyaPenting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemanasan global.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Koalisi Inisiatif Bersihkan Udara Kota dan Semesta (Ibukota) menyatakan, dalam dua bulan terakhir kualitas udara di Jakarta memburuk.
Baca SelengkapnyaCaption cuaca panas lucu bisa dijadikan sarana hiburan yang menyenangkan dan dibagikan di media sosial.
Baca Selengkapnya