BMKG Gelar Sekolah Iklim Cegah Gagal Panen Selama Pandemi Covid-19
Merdeka.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Sekolah Lapang Iklim atau SLI secara virtual di Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu (6/6). Kegiatan tersebut digelar sebagai langkah antisipatif menghadapi iklim ekstrem di tengah pandemi Covid-19.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan dampak iklim ekstrem sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian. Sebab akan mengakibatkan penurunan produksi secara kuantitas maupun kualitas.
Selain itu, berkembangnya hama penyakit disebabkan tidak sesuainya pola tanam dengan kondisi iklim yang kemudian mengancam kualitas produksi hingga gagal panen. Risiko gagal panen yang dialami petani ini tentu saja akan berdampak luas pada sistem ketahanan pangan nasional.
-
Bagaimana petani milenial ini belajar bertani? Dalam bertani pepaya, Aksin belajar secara autodidak. Ia belajar dari para peternak pepaya lain. Tak hanya ilmu yang didapat, ia juga mendapat banyak motivasi dari para mentornya.
-
Mengapa perubahan iklim berdampak pada produktivitas pertanian? Perubahan iklim mengakibatkan pemanasan suhu bumi, kenaikan batasan air laut, dan terjadinya banjir.
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
-
Bagaimana Pemkot membantu para petani? Pemerintah melalui PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan), membantu mulai dari media tanam, bibit, pupuk, hingga instalasi hidroponik.
-
Bagaimana El Nino memengaruhi petani? Kalau kondisi seperti ini terus-menerus terjadi, bisa dipastikan para petani padi akan gagal panen.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
"Petani dan penyuluh pertanian perlu dibekali dan mendapat sosialisasi secara massif tentang iklim. Dengan adanya pemahaman tersebut, selain produksi yang dihasilkan semakin meningkat, informasi dari BMKG dapat dimanfaatkan secara maksimal guna mendukung sektor pertanian," kata Dwikorita, Sabtu (6/6).
Dwikorita memaparkan, petani dan penyuluh pertanian dibekali sejumlah materi pengetahuan. Diantaranya pengenalan unsur cuaca, alat ukur cuaca dan penakar hujan sederhana, pemahaman informasi dan prakiraan iklim atau musim, proses pembentukan hujan, pemahaman iklim ekstrem hingga materi tentang pengaruh cuaca atau iklim terhadap hama dan penyakit pada tanaman.
Dwikorita mengatakan, penyampaian materi dan konsultasi dilakukan secara virtual dengan bahasa sederhana agar mudah dimengerti oleh petani dan penyuluh pertanian. Metode pembelajaran jarak jauh ini dilaksanakan sebagai langkah pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19, tanpa menghilangkan substansi pokok dalam SLI.
Menurut Dwikorita, dengan memahami informasi iklim produktivitas pertanian bisa meningkat hingga 30 persen. Jika dulu, kata Dwikorita petani secara tradisional bisa berpatokan pada hari dan bulan, maka sekarang harus berpatokan dengan data, yaitu pola curah hujan tiap wilayah.
Lebih lanjut, Dwikorita mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo beberapa waktu lalu mendorong petani untuk melakukan percepatan musim tanam pada Tahun 2020.
Instruksi tersebut, kata dia, bukan tanpa alasan, mengingat BMKG sendiri telah memprediksi bahwa puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus, sementara curah hujan diperkirakan masih berlangsung hingga Juni. Percepatan tersebut guna mengantisipasi terjadinya krisis pangan.
"30% wilayah di Indonesia yang memasuki zona musim akan mengalami kemarau lebih kering dari biasanya. Percepatan musim tanam ini dilakukan dengan memanfaatkan sisa curah hujan sebelum memasuki kemarau panjang," imbuhnya.
Dwikorita berharap, dengan terselenggaranya kegiatan ini secara rutin dari tahun ke tahun diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap informasi kehidupan yang berkaitan dengan iklim. Sehingga dampak negatif berupa gagal panen atau penurunan produktivitas petani dapat dihindari.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perubahan iklim global yang terjadi saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian
Baca SelengkapnyaBMKG memperingatkan, musim kemarau pada tahun 2023 akan lebih kering dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaKenaikan suhu dapat mempengaruhi produktivitas tanaman pangan.
Baca SelengkapnyaFenomena El Nino mulai membawa kekeringan di Kabupaten Bekasi. Sebanyak 3.618,5 hektare tanaman padi di wilayah itu terancam gagal tanam.
Baca SelengkapnyaProgram ini bahkan sudah berlangsung sejak awal tahun 2024.
Baca SelengkapnyaKondisi ini terjadi dalam sebulan terakhir. Volume air semakin surut sejak musim kemarau tiba. Inilah penampakannya!
Baca SelengkapnyaDwikorita mengatakan puncak El Nino diprediksi terjadi pada Agustus-September.
Baca SelengkapnyaMentan minta seluruh pelaku pertanian fokus bekerja dalam mempersiapkan pangan masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan petani Indonesia.
Baca Selengkapnya"Kekeringan panjang, hujan yang juga terus menerus sehingga menyebabkan banyak gagal panen," kata presiden.
Baca SelengkapnyaMengeringnya areal persawahan ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang memicu musim kemarau panjang dan terlambatnya awal musim hujan.
Baca SelengkapnyaDampak El Nino terlihat di berbagai wilayah di Indonesia termasuk lahan pertanian di Kabupaten Indramayu.
Baca SelengkapnyaKementan sebut Indonesia siap hadapi El Nino dan stok pangan aman
Baca Selengkapnya