BMKG: Lempeng Laut Filipina Bisa Picu Gempa Megathrust di Halmahera
Merdeka.com - Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, merilis perkembangan gempa yang merusak di Morotai, Maluku Utara. Menurutnya, gempa berkekuatan M 6,8 dengan kedalaman 111 km yang terjadi pada Kamis (4/6) pukul 15.49 WIB berdampak menimbulkan kerusakan pada ratusan bangunan di Kabupaten Pulau Morotai.
"Perkembangan hasil monitoring BMKG hingga Minggu pagi 7 Juni 2020 menunjukkan aktivitas gempa susulan yang terjadi hanya 5 kali," tulis Daryono dalam siaran pers diterima, Minggu (7/6).
Daryono mengatakan, susulan gempa bermagnitudo terbesar mecanapi M 4,8 dan terkecil M 2,9. Selain itu, gempa susulan terakhir tercatat pada hari inipukul 10.58 WIB berkekuatan M 3,9.
-
Dimana gempa megathrust terjadi? Gempa megathrust terjadi di zona subduksi, di mana satu lempeng tektonik, biasanya lempeng samudra yang lebih berat, menyusup ke bawah lempeng benua yang lebih ringan. Proses ini menciptakan medan tegangan yang sangat besar di sepanjang batas lempeng.
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
-
Apa itu gempa megathrust? Gempa megathrust adalah jenis gempa bumi yang terjadi di zona subduksi, yaitu wilayah di mana satu lempeng tektonik bergerak menukik ke bawah lempeng lain. Istilah 'megathrust' berasal dari kata 'mega' yang berarti besar dan 'thrust' yang berarti dorongan atau tekanan.
-
Mengapa gempa megathrust berbahaya? Karena energinya sangat besar, gempa ini seringkali disertai dengan tsunami. Contoh gempa megathrust yang terkenal adalah gempa dan tsunami di Aceh pada tahun 2004, yang terjadi akibat subduksi lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Eurasia.
-
Dimana gempa bumi terjadi? Gempa tersebut persisnya berada di wilayah lautan Samudera Hindia, dengan kedalaman 10 kilometer, titik koordinat 105,9 BT dan 7,61 LS, berjarak sekitar 85,7 km barat daya Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Hasil analisis Daryono dan BMKG, minimnya jumlah aktivitas gempa susulan di Morotai disebabkan karena karakteristik batuan pada Lempeng Laut Filipina sangat homogen dan elastis (ductile).
"Sifat elastis pada batuan ini yang menjadikan batuan tidak rapuh, sehingga gempa susulan yang terjadi di Morotai sangat sedikit," jelas dia.
Daryono melanjutkan, hasil monitoring BMKG selama bulan Mei 2020 sudah menunjukkan adanya peningkatan aktivitas seismisitas khususnya untuk aktivitas gempa menengah di kedalaman sekitar 100 km di wilayah Morotai. Sehingga, jika di zona aktif gempa yang terjadi sebulan sebelumnya, kini terjadi gempa kuat.
Sebagai informasi, wilayah Morotai Maluku Utara merupakan salah satu kawasan seismik aktif di Indonesia. Lokasi Pulau Morotai bersebelahan dengan zona subduksi Lempeng Laut Filipina.
"Di sebelah timur Pulau Halmahera melintas subduksi Lempeng Laut Filipina yang berarah utara-selatan dengan panjang mencapai sekitar 1.200 km, dari Pulau Luzon, Filipina, di Utara hingga Pulau Halmahera di selatan. Zona subduksi aktif ini memiliki laju penunjaman lempeng antara 10 hingga 46 milimeter per tahun," terang Daryono.
Diketahui, Zona megathrust Lempeng laut Filipina adalah ancaman terjadinya bencana gempa dan tsunami yang potensial bagi wilayah Maluku Utara Khususnya Halmahera, Morotai, dan Kepulauan Talaud.
"Segmen zona megathrust di Pulau Halmahera memiliki magnitudo tertarget M 8,2. Jika aktivitas gempa Kamis lalu berkekuatan M 6,8 maka masih jauh lebih kecil dari magnitudo tertargetnya," tutup Daryono.
6 Gempa Kuat Dipicu Lempeng Laut Filipina
BMKG mencatat ada enam kali gempa kuat dan merusak di atas merupakan bukti bahwa zona Megathrust pada tunjaman Lempeng Laut Filipina, khususnya Segmen Halmahera-Talaud, sebagai salah satu sumber gempa yang patut diwaspadai dan tidak boleh diabaikan.
Tunjaman Lempeng Laut Filipina ini selamanya akan menjadi sumber gempa potensial di wilayah Halmahera, Morotai dan Kepulauan Talaud. Berikut catatannya:
1. Gempa merusak Kepulauan Talaud 23 Oktober 1914 (M 7,4).2. Gempa merusak Halmahera 27 Maret 1949 (M 7,0).3. Gempa merusak Kepulauan Talaud 24 September 1957 (M 7,2).4. Gempa merusak Halmahera Utara dan Morotai 8 September 1966 (M 7,7).5. Gempa merusak Kepulauan Talaud 30 Januari 1969 (M 7,6).6. Gempa merusak Maluku Utara dan Morotai Morotai pada 26 Mei 2003 (M 7,0).
Reporter: Muhammad Radityo
Sumber: Liputan6.com (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketahui zona wilayah megathrust di Indonesia yang berpotensi terjadinya gempa bumi serta Tsunami berskala besar.
Baca SelengkapnyaKepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan potensi terjadinya di gempa megathrust di Indonesia sangat bisa saja terjadi
Baca SelengkapnyaMengingat potensi bahaya yang ditimbulkannya, penting bagi negara-negara yang berada di zona rawan megathrust untuk mempersiapkan diri dengan baik.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah gempa Megathrust yang pernah terjadi di dunia.
Baca SelengkapnyaGempa magnitudo 6,4 terjadi pada Selasa (24/9) pukul 02.51 WIB.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang apa itu gempa megathrust, penyebab, dan dampaknya yang perlu diketahui.
Baca SelengkapnyaBahkan menurut BMKG, potensi terjadinya megathrust hanya tinggal menunggu waktu saja.
Baca SelengkapnyaPotensi gempa ini harus diwaspadai masyarakat maupun pemerintah untuk menghindari risiko besar dampak dari kejadian bencana tersebut.
Baca SelengkapnyaKetiga wilayah tersebut memiliki jarak paling dekat dengan pertemuan lempeng subduksi yang dapat memicu gempa berkekuatan tinggi.
Baca SelengkapnyaPenting untuk mewaspadai risiko gempa megathrust yang terjadi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDaryono mengatakan, gempa besar pada dua megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu.
Baca Selengkapnyagetaran yang terjadi akibat gempa sangat mungkin mengakibatkan lereng-lereng menjadi retak-retak
Baca Selengkapnya