BMKG: Rentetan Gempa Hari Ini Tidak Saling Berhubungan
Merdeka.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan rentetan gempa bumi yang terjadi pada Selasa (7/7) ini. BMKG menuturkan, gempa yang terjadi secara beruntun pada hari ini tidak berkaitan dengan gempa yang terjadi sebelumnya.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono menerangkan, Gempa Laut Jawa di utara Jepara berkekuatan M 6.1 yang terjadi pagi pukul 05.54 WIB, Gempa Selatan Banten M 5.1 pukul 11.44 WIB, Gempa Selatan Garut M 5.0 pukul 12.17 WIB, dan Gempa Selatan Selat Sunda M 5.2 pada 13.16 WIB berada pada sumber gempa yang berbeda. Serta kedalaman dan mekanismenya juga berbeda.
"Sebenarnya apa yang terjadi di beberapa wilayah gempa tersebut adalah manifestasi pelepasan medan tegangan pada sumber gempa masing-masing," katanya dalam keterangannya, Selasa (7/7).
-
Bagaimana gempa bumi memicu letusan? Gempa ini terjadi ketika terjadi pergeseran lempeng tektonik di bawah permukaan bumi. Akibat pergerakan ini, magma yang tersimpan di dalam bumi dapat naik ke permukaan dan menyebabkan gunung meletus.
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
-
Dimana gempa bumi terjadi? Gempa tersebut persisnya berada di wilayah lautan Samudera Hindia, dengan kedalaman 10 kilometer, titik koordinat 105,9 BT dan 7,61 LS, berjarak sekitar 85,7 km barat daya Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
-
Apa yang terjadi ketika gempa? Gempa bumi adalah apa yang terjadi ketika dua lempengan tiba-tiba bergeser. Permukaan tempat yang tergeser itu disebut bidang patahan
-
Bagaimana gempa megathrust terjadi? Proses terjadinya gempa megathrust melibatkan interaksi kompleks antara lempeng tektonik di zona subduksi. Berikut penjelasan mengenai mekanisme dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya gempa ini: 1. Interaksi Lempeng Tektonik Gempa megathrust terjadi di zona subduksi, di mana satu lempeng tektonik, biasanya lempeng samudra yang lebih berat, menyusup ke bawah lempeng benua yang lebih ringan. Proses ini menciptakan medan tegangan yang sangat besar di sepanjang batas lempeng.
Menurutnya, masing-masing sumber gempa mengalami akumulasi medan tegangan, mencapai stress maksimum, hingga selanjutnya mengalami rilis energi sebagai gempa yang sendiri sendiri. Hal itu sebagai konsekuensi logis daerah dengan sumber gempa sangat aktif dan kompleks.
Dia menjelaskan, Indonesia memang memiliki banyak sumber gempa sehingga jika terjadi gempa di tempat yang relatif berdekatan lokasinya dan terjadi dalam waktunya yang relatif berdekatan maka itu hanya kebetulan saja.
"Apakah rentetan gempa ini sebagai pertanda akan terjadi gempa besar? Hal ini sulit diprediksi tetapi dengan adanya rentetan aktivitas gempa ini tentu patut kita waspadai. Karena dalam ilmu gempa atau seismologi, khususnya pada teori tipe gempa itu ada tipe gempa besar yang kejadiannya diawali dengan gempa pendahuluan atau gempa pembuka," tuturnya.
Rahmat menambahkan, setiap gempa besar hampir dipastikan didahului dengan rentetan aktivitas gempa pembuka. Tetapi, rentetan gempa yang terjadi di suatu wilayah juga belum tentu berakhir dengan munculnya gempa besar. Inilah karakteristik ilmu gempa yang memiliki ketidakpastian yang tinggi dan penting untuk dipahami.
"Banyak pertanyaan masyarakat yang menanyakan apakah gempa yang terjadi di Banten Selatan dan Selatan Garut bersumber dari sumber gempa yang sama? Kedua gempa tersebut bersumber dari sumber gempa yang berbeda," ujarnya.
Rahmat menuturkan, Gempa Banten selatan terjadi akibat adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Benioff di kedalaman 87 kilometer. Sedangkan, Gempa Selatan Garut dan Selatan Selat Sunda dipicu oleh adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Megathrust.
Dia melanjutkan, guncangan gempa M5,1 yang bersumber di Lebak sangat dirasakan di Jakarta karena adanya fenomena efek tapak. Dimana efek soft sedimen atau tanah lunak yang tebal di Kota Jakarta memicu terjadinya resonansi gelombang gempa. Sehingga, guncangan gempa diamplifikasi diperbesar guncangannya. Akhirnya, wilayah Jakarta sangat merasakan gempa tersebut.
"Dalam teori gempa disebutkan bahwa dampak gempa tidak saja akibat magnitudo gempa dan jaraknya dari sumber gempa, tetapi kondisi geologi setempat sangat menentukan dampak gempa," pungkasnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa penyebab gunung meletus bisa diduga sebelumnya, namun ada juga yang tak terduga.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah gempa Megathrust yang pernah terjadi di dunia.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang apa itu gempa megathrust, penyebab, dan dampaknya yang perlu diketahui.
Baca SelengkapnyaGempa bumi tektonik dengan magnitudo 4,8 mengguncang Pantai Utara Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, hari ini (13/2) pukul 07.34 WIB.
Baca SelengkapnyaTidak berpotensi mengakibatkan terjadinya sesar permukaan dan bahaya ikutan yang berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi
Baca SelengkapnyaHasil analisis menjelaskan, sesar aktif tersebut mengalami pergeseran.
Baca SelengkapnyaPemicu gempa itu diketahui setelah BMKG kembali melakukan analisis ulang dengan menggunakan data gempa susulan yang lebih banyak.
Baca SelengkapnyaGuncangan gempa bumi tersebut terasa sampai Kabupaten Bogor.
Baca SelengkapnyaEpisenter gempa terletak pada koordinat 7.35 LS dan 106.49 BT
Baca SelengkapnyaHingga pukul 13.10 WIB, ada delapan kali gempa susulan.
Baca SelengkapnyaGetaran gempa cukup kuat dirasakan karena terjadi di darat.
Baca SelengkapnyaMenurut Rahma, gempa megathrust memiliki ciri khusus yang siklusnya berulang.
Baca Selengkapnya