BMKG Tagih Keseriusan Pemerintah Daerah Hadapi Perubahan Iklim
Merdeka.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMK) meminta keseriusan pemerintah daerah dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Sebab komitmen pemerintah daerah sangat penting di tengah laju pembangunan di daerah yang sangat masif.
"Aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim butuh komitmen politik karena harus dimulai dari kepala daerah yang diwujudkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD)," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam keterangan tulis pada Sabtu, 7 Agustus 2021.
Dwikorita mengatakan pemerintah kabupaten/kota harus mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan terburuk dari dampak perubahan iklim. Seperti kejadian badai tropis, banjir, banjir bandang, longsor, angin kencang, dan kekeringan yang diprediksi akan lebih sering terjadi dengan intensitas yang lebih kuat. Ataupun mencairnya es di puncak Jaya Wijaya Papua, yang diprediksi oleh BMKG akan punah di tahun 2025, dan naiknya muka air laut.
-
Kenapa mitigasi bencana penting? Pentingnya mitigasi terletak pada upaya membangun ketahanan masyarakat dan infrastruktur terhadap ancaman bencana. Melalui konsep ini, mitigasi berfungsi sebagai investasi jangka panjang untuk melindungi investasi dan sumber daya manusia.
-
Kenapa penanganan perubahan iklim penting? Hampir semua negara saat ini telah mengalami dampak dari perubahan iklim. Hal ini membuat langkah penanganan perubahan iklim menjadi salah satu agenda dalam negeri yang diprioritaskan oleh banyak negara.
-
Kenapa BMKG minta warga waspada? Akibat prediksi itu masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaannya.
-
Bagaimana cara mencegah kerusakan lingkungan di Indonesia? Meskipun tidak mungkin mengatasi keenam masalah utama lingkungan tersebut, setidaknya harus dicari solusi untuk mencegah bertambah buruknya kondisi bumi.
-
Siapa yang bertanggung jawab untuk mengatasi perubahan iklim? Kegiatan yang diselenggarakan MASINDO ini menjadi momentum untuk mengajak para pemangku kepentingan di sektor kesehatan, lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya, bersama-sama masyarakat menerapkan kesadaran risiko dan aksi nyata dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas Tahun 2045.
-
Apa tujuan utama mitigasi bencana? Tujuan mitigasi bencana adalah untuk mengurangi dampak buruk dari bencana alam atau bencana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi risiko, kerugian, dan penderitaan yang mungkin timbul akibat bencana.
Dia menambahkan, mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim sudah mendesak sehingga harus dilakukan segera untuk mencegah risiko dan kerugian yang lebih besar.
Gencarkan Penghijauan
Dwikorita menyebut, mengatasi persoalan perubahan iklim adalah tugas yang cukup menantang. Sebab membutuhkan komitmen gotong royong dan koneksitas yang kuat dari level pusat hingga daerah, dengan usaha-usaha yang komprehensif dan nyata.
Misalnya lebih menggencarkan penghijauan secara tepat, pengendalian tata ruang secara lestari, pencegahan masif terhadap kebakaran hutan dan lahan atau karhutla, menggalakkan penggunaan energi terbarukan dan mengurangi penggunaan energi fosil, menerapkan transportasi dan pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan.
"Jika komitmen hanya dilakukan satu daerah saja, maka hal tersebut, menjadi kurang berarti. Kita harus membangun persepsi bersama bahwa perubahan iklim ini adalah sebuah kerisauan dan ancaman bersama yang juga harus dimitigasi bersama-sama, karena dampaknya tidak mengenal batas administrasi. Masyarakat juga harus dilibatkan, tidak hanya pemerintah," ujarnya.
Meningkatnya Suhu Bumi
Dwikorita membeberkan sejumlah fakta yang dirilis World Meteorological Organization (WMO) di mana suhu tahun 2020 menjadi salah satu dari tiga tahun terpanas yang pernah tercatat meski terjadi La Nina. Selain itu, temperatur rata-rata global permukaan bumi saat ini sudah mencapai 1,2 derajat celcius lebih tinggi dari pada tahun 1850-an.
Di Indonesia sendiri, lanjut Dwikorita, berdasarkan pengamatan BMKG, tahun 2020 merupakan tahun terpanas kedua dalam catatan. Pengamatan dari 91 stasiun BMKG menunjukkan suhu rata-rata permukaan pada tahun 2020 lebih tinggi 0,7°C dari rata-rata periode referensi tahun 1981-2010.
Situasi ini, kata dia, memicu pergeseran pola musim dan suhu udara yang mengakibatkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana hidrometeorologi. Salah satunya adalah kejadian kebakaran hutan dan lahan yang tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi kekeringan yang ekstrem, tetapi juga menyebabkan peningkatan emisi karbon dan partikulat ke udara.
"Saya berharap fakta-fakta ini dapat perhatian kita bersama guna mencegah pemanasan global semakin parah," pungkasnya.
Reporter: Yopi MakdoriSumber: Liputan6.com
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menilai saat ini kondisi bumi mengkhawatirkan dan tidak mudah diprediksi.
Baca SelengkapnyaDwikorita mengatakan puncak El Nino diprediksi terjadi pada Agustus-September.
Baca SelengkapnyaKepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menghimbau masyarakat agar mengantisipasi ancaman El Nino
Baca SelengkapnyaPemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memastikan razia uji emisi akan tetap berlangsung hingga akhir tahun 2023.
Baca SelengkapnyaPuan mendorong agar Pemerintah memperkuat infrastruktur penyedia air untuk warga.
Baca SelengkapnyaOperasi Modifikasi Cuaca dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan awan hujan pada periode transisi sebelum memasuki puncak musim kemarau
Baca SelengkapnyaSebagian besar daerah di Indonesia berpotensi mengalami cuaca ekstrem, berupa hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
Baca Selengkapnyatatus siaga tersebut terhitung sejak 19 Oktober 2023 sampai dengan 1 November 2023 dan dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai dengan kondisi.
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikannya dalam Pertemuan Bilateral dengan Sekretaris Jenderal WMO PBB Celeste Saulo.
Baca SelengkapnyaBMKG memprediksi ancaman El Nino akan mengalami puncak pada Agustus-September.
Baca SelengkapnyaNelayan Muara Angke saat ini menghadapi tantangan besar dengan adanya perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaPemerintah perlu mengajak seluruh elemen untuk berkontribusi signifikan dalam komitmen Indonesia menjalankan program mitigasi.
Baca Selengkapnya