BNN Diduga Salah Tembak, KontraS Sumut Minta Komnas HAM Turun Tangan
Merdeka.com - Keberhasilan Badan Narkotika Nasional (BNN) menggagalkan peredaran 81,8 Kg sabu-sabu dan 102.657 butir pil ekstasi di Asahan, Sumut, pekan lalu, menyimpan cerita lain. Pria yang meninggal diterjang peluru petugas ternyata tidak terlibat dalam kejahatan itu.
Korban meninggal atas nama Muhammad Yasin. Dia kehilangan nyawa setelah sejumlah peluru petugas BNN bersarang di tubuhnya, Rabu (3/7).
Seorang kerabatnya, M Yusuf, juga tertembak. Dia terluka di bagian kaki.
-
Siapa yang terlibat dalam insiden ini? Seorang driver taksi online di kawasan Jakarta Pusat tengah ramai jadi perbincangan usai kedapatan emosi ke penumpang wanita.
-
Siapa yang terlibat dalam insiden tersebut? Dalam sebuah video yang dibagikan akun Instagram @kejadiansmg pada Selasa (12/9), tampak seorang pengendara motor merekam sebuah mobil yang mencoba menghentikannya.
-
Apa yang terjadi saat Ahmad Yassin dibunuh? 'Kursi rodanya terbalik. Dua atau tiga orang lain tampak tergeletak di dekatnya,' kata seorang saksi mata Subuh Berdarah tersebut seperti dikutip dari Al Jazeera.
-
Siapa yang terlibat dalam peristiwa ini? 'Kami memanggil pihak keluarga pengendara sepeda motor yang pura-pura kesurupan untuk dimintai keterangan,' ucap dia.
-
Siapa yang mengalami kecelakaan? Chisa Anne stri dari vokalis band Repvblik Ruri Wantogia, membagikan kondisi terkini dari sang suami yang dikabarkan mengalami kecelakaan pada Jumat (6/9).
Yasin dan Yusuf ditembak saat berada di mobil Toyota Avanza dengan pelat nomor B 1321 KIJ yang dicurigai dan dikejar petugas. Seorang lain yang ada di dalam mobil, yakni Sulaiman, juga menjadi korban salah tangkap.
Keluarga korban salah tangkap dan salah tembak ini tengah menuntut keadilan. Didampingi kuasa hukumnya, mereka mengadu ke Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Sumatera Utara.
Sebelumnya, dalam kronologi penangkapan yang dibagikan Deputi Pemberantasan BNN Irjen Pol Arman Depari, Kamis (4/7), memang tidak menyebut penumpang Avanza B 1321 KIJ sebagai pelaku. Namun mobil itu disebutkan ditembak setelah melarikan diri, bahkan menabrak serta berupaya mencelakai serta membahayakan petugas. Akibat tembakan itu Yusuf, dan Yasin ditemukan terluka. Yasin akhirnya meninggal dunia.
Dijelaskan pula dalam kronologi itu bahwa Avanza B 1321 KIJ sehari sebelumnya menghalangi petugas BNN di kawasan Batubara. Kendaraan itu disebutkan menyalip dan menghalangi mobil petugas yang tengah mengejar target yang mengendarai Honda Jazz dengan nomor polisi BK 1004 VP. Mobil itu juga dinyatakan melarikan diri dari kejaran petugas.
Pihak keluarga memastikan BNN telah salah sasaran. Mereka mengakui, mobil itu sebelumnya memang berada di Batubara. Namun, keberadaannya untuk mengantarkan Jamilah, adik Yasin, yang baru saja hadir dalam sidang perkara ITE yang menjerat suaminya Rahmadsyah Sitompul di PN Kisaran.
Rahmadsyah merupakan saksi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga yang mengundang perhatian di sidang sengketa Pilpres MK beberapa waktu lalu. Selain penampilannya yang beda, dia juga mengaku berstatus terdakwa perkara ITE.
Keluarga menyatakan mobil Avanza itu tidak terlibat kejar-kejaran dengan mobil petugas BNN di Batubara. "Kami nggak tahu ada kejar-kejaran BNN. Kami kira karena di jalan raya, ya biasa saja mobil kencang-kencang," kata Jamilah di kantor KontraS Sumut di Medan, Rabu (10/7) petang.
Namun, keesokan harinya, mobil itu memang dihadang di kawasan kawasan Simpang Kolam, Batang Kuis, Deli Serdang. Sulaiman mengatakan mereka panik karena menduga yang mengejar adalah kawanan begal.
Selain, Sulaiman, Yasin dan Yusuf, di dalam mobil juga ada Robi Syahputra dan Sofyan Hidayat. Keduanya adalah pengacara Rahmadsyah yang akan diantar pulang ke Medan.
"Mobil dibawa Yusuf. Dia ketakutan. Karena hari masih gelap, jalanan sunyi, kami mengira mobil itu kawanan begal atau rampok, sehingga kami panik," ujar Sulaiman.
Karena dihadang, mobil itu berbelok. Mereka dikejar.
Sulaiman mengatakan, tiba-tiba terdengar suara tembakan. Pelipis Yasin yang duduk paling belakang terluka.
"Kami makin panik di dalam itu, semua kebingungan," ungkap Sulaiman.
Pria ini mengaku tak tahu pasti jumlah suara tembakan yang didengarnya. "Kepala Sofyan Hidayat juga berdarah. Makanya kami langsung tancap gas ke arah Jalan Perhubungan, Laut Dendang," jelas pria yang berprofesi sebagai nelayan ini.
Di kawasan Jalan Perhubungan ternyata ada mobil lain yang menghadang. Mereka semakin takut.
Beberapa tembakan kembali terdengar. Sulaiman mengaku sempat tiarap di dalam mobil.
Mereka keluar dari dalam mobil untuk menyelamatkan diri setelah mobil terhenti di depan warung. Sulaiman bahkan sempat memanjat pohon mangga warga.
Yusuf juga ternyata berupaya menyelamatkan diri di sana.Mereka baru berani turun saat kawanan yang disangka begal mengaku sebagai polisi.
"Ada yang bilang, 'saya polisi', makanya saya lihat ke bawah dan turun. Saya dan Yusuf langsung diborgol bergandengan," ujar Sulaiman.
Saat itu Sulaiman baru mengetahui kaki kiri Yusuf tertembak. Sementara Yasin yang ditemukan mengalami luka tembak di dalam mobil, bersama Yusuf dan Sulaiman, dibawa RSU Haji.
Saat itu, kata Sulaiman, Yasin masih hidup. Kepalanya berlumur darah. Dia juga memegangi bagian perut.
"Dia terus menyebut. 'Salah kami apa ya Allah?' Dia sempat dirawat suster, tapi di rumah sakit dinyatakan meninggal dunia," imbuh Sulaiman.
Yusuf kemudian dibawa ke RS Bhayangkara untuk mendapat perawatan atas luka tembak di kaki kirinya. Sementara Sulaiman diinterogasi petugas dan dibawa ke kantor BNNP Sumut. Dia mengaku sempat ditampar ketika itu.
Sempat ditahan di dalam sel, Sulaiman kemudian dimintai keterangan. Sofyan dan Robi juga datang ke BNN Sumut.
Keriga dipertemukan dengan tersangka yang ditangkap atas kasus 81,8 Kg sabu-sabu dan 102.657 butir pil ekstasi. Mereka tidak kenal.
Sulaiman, Sofyan dan Robi juga menjalani tes urine. Hasilnya negatif.
"Karena dinyatakan tidak bersalah kami dibebaskan pada Sabtu (6/7)," sebut Sulaiman.
Dia mengaku diberi Rp500.000 saat petugas BNN mengantarkannya pulang ke Jalan DI Panjaitan, Medan. Uang itu, katanya, sebagai uang transport. Sementara jenazah Yasin juga sudah dipulangkan ke rumah keluarganya.
Kini kasus salah tangkap dan salah tembak ini dikawal KontraS. Lembaga ini masih mengumpulkan keterangan dari para korban.
Selanjutnya, mereka akan menyurati Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
"Kami meminta Komnas HAM juga menginvestigasi kasus ini. Supaya keluarga korban mendapat keadilan dan proses hukum bisa berjalan. Kami akan terus mendampingi kasus ini," ujar Koordinator Badan Pekerja KontraS Sumut Amin Multazam Lubis.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Baku tembak antara pelaku dan polisi terus terjadi saat kejar-kejaran.
Baca SelengkapnyaKolonel Inf Rico Siagian membenarkan adanya insiden pengeroyokan tersebut.
Baca SelengkapnyaIP tetap tidak mau menyerah sehingga tim Opsnal Unit 1 melakukan tindakan tegas terukur.
Baca SelengkapnyaMabes Polri angkat suara terkait insiden pengeroyokan yang dilakukan sejumlah anggota Brimob terhadap seorang anggota TNI di Sumut.
Baca SelengkapnyaSuami terkena luka tembak pada dada sebelah kiri dan istri mengalami luka goresan pada bagian lengan sebelah kiri.
Baca SelengkapnyaKecelakaan melibatkan mobil dinas Satpol PP dengan pemotor pada pukul 11.00 WIB.
Baca SelengkapnyaPolres Bogor telah membentuk tim gabungan dengan Polsek Klapanunggal untuk melakukan pengembangan kasus penembakan tersebut.
Baca SelengkapnyaTersangka disangkakan melanggar Pasal 310 ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)
Baca SelengkapnyaKeduanya ditetapkan sebagai tersangka dengan Pasal 365 ayat 2 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan.
Baca SelengkapnyaKecelakaan diduga akibat pengendara motor tidak hati-hati.
Baca SelengkapnyaKKB pimpinan Undius Kogoya menembak dan membakar sopir bersama kendaraannya di Paniai, Papua Tengah, Selasa (11/6) sekitar pukul 13.30 WIT.
Baca SelengkapnyaSatu pelaku berinisial BL (31) tewas di lokasi kejadian.
Baca Selengkapnya