BNN sebut Haris Azhar sembarangan soal testimoni Fredi
Merdeka.com - Aktivis KontraS Haris Azhar menyebut dalam testimoni terpidana mati kasus narkoba, Fredi Budiman, ada suap Rp 450 miliar kepada pejabat Badan Narkotika Nasional (BNN). Pernyataan Haris itu dianggap sembarangan.
Hal itu disampaikan Kabag Humas BNN Slamet Pribadi di Samarinda, Kamis (4/8). Seharusnya, kata dia, Haris segera menyampaikan informasi itu kepada pihak BNN dan tidak langsung ke publik. Apalagi Haris dianggapnya kenal dengan dirinya.
"Untuk itu, menginformasikan jangan sembarangan, langsung dibuka, ada saluran-saluran. Haris kan sudah kenal dengan saya, Pak Slamet, ini lah tolong sampaikan Pak Buwas (Budi Waseso, Kepala BNN). Jangan langsung," kata Slamet.
-
Kenapa Budiono sakit? Tubuhnya yang dulu sehat kini lemah tak berdaya akibat penyakit diabetes dan katarak yang derita.
-
Mengapa Rudy Susmanto merasa tugas ini berat? Dalam sambutannya, Rudy Susmanto mengakui bahwa tugas ini akan sangat berat meskipun di Kabupaten Bogor Gerindra keluar sebagai partai pemenang Pileg DPRD Kabupaten Bogor dengan meraih 12 kursi. 'Dengan hasil itu, Partai Gerindra memenuhi persyaratan untuk mengusung calon bupati dan wakil bupati sendiri. Tapi tidak cukup untuk membangun Kabupaten Bogor karena butuh dukungan semua pihak,' kata Rudy Susmanto.
-
Apa yang membuat Budi merasa sial? 'Anto, kamu nggak bakal percaya apa yang terjadi hari ini. Bener-bener sial!' Anto: (tertawa kecil) 'Hari sial, Bud? Ceritain dong, biar gue ketawa!' Budi: 'Pagi-pagi gue bangun telat. Alarm gue mati, padahal udah di-setel. Rupanya listrik mati semalam.'
-
Bagaimana Bhabinkamtibmas mengungkapkan kekecewaannya? 'Saya ngga mengerti apa syarat dari kriteria khusus,' lanjutnya.
-
Siapa yang menolak uang suap ratusan juta? Jujurnya Jenderal TNI Tolak Uang Suap Ratusan Juta Banyak pejabat tersandung kasus korupsi, tapi Mayjen Eddie M Nalapraya justru tak tergiur uang suap.
Slamet merasa uang Rp 450 juta kepada pejabat BNN dirasa sulit untuk diberikan. Duit sebesar itu tentu tidak bisa ditransfer sembarangan.
"Oleh karena itu, apapun dia sampaikan, itu bagian dari pemeriksaan. Soal (narkoba) dari China, CCTV, uang Rp 450 miliar. Itu bukan uang kecil, kalau dipindahkan secara fisik, berapa mini bus?" ujarnya.
"Kalau transfer, pasti ketahuan, baik pengirim maupun penerima karena profil pengirim dan penerima tetap. Itu gambaran singkat," tambahnya.
Terkait keterlibatan BNN, Slamet enggan institusinya disalahkan. Dia merasa peran masyarakat justru lebih penting maraknya peredaran narkoba.
"Masyarakat sebagai beking. Indikator peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba itu ada tiga. Pertama, indikator pengirim yang mengirim narkoba. Kedua, penegak hukum dan penegakan hukum, apakah tetap jadi beking, membiarkan? Indikator ketiga, korban pengguna narkotika. Apakah masih mengonsumsi atau tidak? Kalau masih mengonsumsi, maka teori supply and demand, permintaan dan penawaran akan berlaku," terang Slamet.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kata Fajar mata uang dollar tersebut diberikan kepada sekretaris pribadi Kasdi, Herdian secara tunai.
Baca SelengkapnyaSaksi Gazalba Saleh Ahmad Riyadh mendadak mencabut keterangan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) saat sidang korupsi hakim agung Gazalba Saleh.
Baca SelengkapnyaSYL memeras PNS Kementan yang uangnya digunakan untuk kepentingan pribadi.
Baca SelengkapnyaPolri tengah membongkar jaringan narkoba Ferdy Pratama. Salah satu yang ditangkap adalah mantan Kasat Narkoba Polres Lampung Selatan, AKP Andri Gustami
Baca SelengkapnyaEks Kasat Narkoba Polres Lampung Selatan ini meloloskan narkotika milik jaringan Fredy Pratama sejak bulan Mei hingga Juni 2023.
Baca SelengkapnyaKakak kandung Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh, Bahdar Saleh menolak untuk untuk bersaksi dalam sidang Tindak Pidana Pencucian (TPPU) adiknya.
Baca SelengkapnyaKepala Basarnas Marsdya Henri Alfiandi diduga selama dua tahun menerima suap mencapai Rp88,3 miliar.
Baca SelengkapnyaKuasa hukum ketua nonaktif KPK Firli Bahuri, Ian Iskandar membantah pernyataan SYL yang menyerahkan uang Rp1,3 miliar kepada kliennya
Baca SelengkapnyaWindi memberikan suntikan dana itu secara langsung di parkiran Hotel Grand Hyatt, Jakarta.
Baca SelengkapnyaSelain SYL, Febri Cs juga sempat menjadi kuasa hukum Kasdi Subagyono dan Muhammad Hatta.
Baca SelengkapnyaHenri mengakuinya saat dihadirkan sebagai saksi dalam sidang suap pengadaan peralatan deteksi korban reruntuhan di Basarnas
Baca SelengkapnyaBahdar Saleh, membantah pernah menyambungkan salah satu pihak beperkara di MA dengan Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh.
Baca Selengkapnya