Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bocah Daffa juga sering marah lihat teman buang sampah sembarangan

Bocah Daffa juga sering marah lihat teman buang sampah sembarangan Daffa dapat hadiah sepeda dari Walikota Semarang. ©2016 merdeka.com/parwito

Merdeka.com - Daffa Farros Oktoviarto (9), bocah yang berani menyetop sepeda motor di trotoar adalah siswa kelas 4A SD Negeri Kalibanteng Kidul 01, Kota Semarang. Di mata para guru, Daffa bocah istimewa meski terlahir sebagai anak berkebutuhan khusus.

"Daffa ini saya kategorikan anak istimewa karena dia anak berkebutuhan khusus. Jenisnya hiperaktif. Pandai tidak rata-rata. Anak ini semaunya sendiri. Kalau tidak mau kerjakan tidak. Kalau dia lihat tidak sukai dia marah betul. Misal, temen buang sampah sembarangan dia marah. Marah betul. Sampai sering laporan ke saya," tegas Kepala Sekolah SD Negeri Kalibanteng Kulon 01, Eny Anggorowati, di sela-sela datangnya Walikota Semarang Hendrar Prihadi memberikan penghargaan kepada Daffa Rabu (10/4).

Eny menceritakan ada satu kejadian unik di mana Daffa memperlihatkan dirinya seorang bocah kritis dan berani. Saat guru kelasnya mengajar tidak menggunakan penggaris, Daffa dengan berani dan lantang memprotes sang guru pengganti tersebut.

"Saat itu, Bu Gurunya kan kalau ngajar matematika membuat sebuah bidang memakai penggaris untuk membentuk bidangnya. Gurunya itu kan calon kepala sekolah ada penataran. Kemudian diganti guru lain mengajar membuat bidang tidak memakai penggaris. Langsung Daffa tiba-tiba memprotes! Bu guru salah! Buat gambar bangun kok tidak pakai penggaris?" ungkap Eny menirukan Daffa saat memprotes gurunya.

Sempat pula ada kejadian, saking hiperaktifnya Daffa, sang nenek, Bu Murti (72) sampai habis kesabaranya menyekolahkan cucunya. Daffa sering kali bertengkar jika ada kesalahan yang dilakukan teman-temanya dan harus diselesaikan di ruang kepala sekolah.

"Waktu kelas 2 sempat mau keluar. Dikeluarkan oleh eyangnya Bu Murti. Bu mau saya, mau sekolahkan Daffa ke SLB saja. Soalnya kalau ribut kalau nggak meja dijatuhkan dan lain-lainya. Saya bilang bawa ke dokter Ismed. Saya juga ambil psikiater sudah baik. Kalau kumat nggak mau nulis. Guru kelas Bu Diah- Diah Kusumaningrum. Neneknya tu jengkel, hatinya tobat. Setiap kali kerja. Dipanggil sekolah untuk konsultasi. Kita selalu dekat dengan ortu mengutamakan kedekatan keluarga. La kok neneknya sendiri. Bahkan Daffa kita beri guru khusus," terangnya.

Eny menambahkan, dirinya sempat kaget saat tahu salah satu muridnya berani melakukan aksi nekat menyetop motor di atas trotoar dan tersebar di sosial media.

"Saya tahunya ya dari media sosial, lho kok Daffa. Kaget pak, bangga! Bagus ya khawatir kalau apa-apa kan di jalan. Misalnya dipukuli di jalan. Kasihan pak," terangnya.

Paska kejadian ini, pihak sekolah tetap memperlakukan Daffa sama seperti murid-murid lainya. Hanya saja, pihak sekolah meminta kepada petugas satuan pengamanan (satpam) sekolah untuk mengawasi Daffa. Pasalnya, sehari-hari Daffa sering nekad pulang sendiri jika jemputan dari keluarganya tidak kunjung datang.

"Perlakuan paska pemberitaan, perlakuan di sekolah sama dengan teman-teman tidak diistimewakan. Untuk keluar tolong Daffa diawasi. Kalau ada antar jemput dah datang baru dipulangkan," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Bunyamin menyatakan anak berkebutuhan khusus dan hiperaktif seperti Daffa tidak boleh dikucilkan. Pasalnya, setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan dan perlakuan yang sama di mata negara.

"Anak hiperaktif jangan dan tidak boleh dikucilkan. Maka di Semarang juga terbuka pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Semua anak yang berkebutuhan khusus harus dilayani. Semua pendidikan adalah hak setiap warga negara. Hanya kita khan butuh kompromi dan komunikasi dengan keluarga. Misalnya dia punya anak berkebutuhan khusus tapi tidak mau sekolah di SLB khan bisa jadi khan. Orangtuanya kita arahkan untuk disekolahkan di sekolah reguler seperti ini," terangnya.

Bunyamin menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan pendidikan khusus seperti Daffa pihaknya telah menyediakan sekolah-sekolah tingkat dasar mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA dengan fasilitas dan kelengkapan tenaga untuk anak berkebutuhan khusus tersebut.

"Kita di setiap sekolah sudah menyiapkan beberapa wilayah untuk menerima anak berkebutuhan khusus. Banyak yah jumlahnya setiap kecamatan sudah ada untuk tingkat SD. Untuk SD banyak kalau SMP terbatas. Kalau SMP nggak salah ada lebih dari 6 SMP yang menerima. Kalau untuk SMA ada di dua tempat," paparnya.

Program pendidikan yang diterapkan, tambah Bunyamin sama dengan sekolah normal atau reguler yang ada. Hanya saja, ada beberapa tenaga tambahan khusus yang memberikan bimbingan konseling atau konsultasi terkait perilaku dan perkembangan anak didik yang berkebutuhan khusus layaknya Daffa.

"Programnya sama dengan sekolah normal tapi dibutuhkan dengan pendampingan khusus. Nanti biasanya kita dengan psikolog-psikolog dari Sekolah Luar Biasa (SLB) dia didatangkan kemudian ikut membina. Sebab, guru-guru kita tidak cukup ilmu untuk itu. Lalu ada guru yang datang memberikan terapi untuk cara mengarahkannya begini, terapinnya begini," pungkasnya.

(mdk/lia)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP