Bom Polrestabes Medan, Pengemudi Ojol Tak Masalah Sulit Masuk Kantor Polisi
Merdeka.com - Kantor polisi di berbagai titik memperketat tingkat keamanan pasca-aksi bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan. Keamanan di gedung-gedung instansi pemerintah turut diperketat.
Saat melakukan aksi teror, pelaku mengenakan jaket ojek online. Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan jaket ojek online itu dikenakan pelaku sebagai bentuk penyamaran.
Eksistensi ojek online saat ini sudah menjadi transportasi alternatif dan penyedia jasa multi guna bagi masyarakat di setiap aspek. Rian, pengemudi ojek online, mengaku tak merasa ada dampak buruk dari peristiwa teror di Medan. Soal peningkatan keamanan, menurutnya hal itu sudah dilakukan sebelum adanya kejadian teror.
-
Apa itu ojek? Mengutip dari Jurnal Ojek dari Masa ke Masa Kajian secara Manajemen Sumber Daya Manusia karya Neneng Fauziah, mengatakan bahwa istilah ‘ojek’ berasal dari kata ‘obyek’.
-
Kenapa ojek muncul? Ide ini muncul dari kondisi jalan desa yang rusak serta tak bisa dilalui oleh mobil sehingga, ditawarkan jasa transportasi lain berupa ojek sepeda.
-
Siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ojol? Nasib sial dialami Damari (59) pengemudi ojek online warga Jurumudi, Kota Tangerang, yang dikeroyok tiga orang pria tidak dikenal saat akan menjemput pelanggan di depan pasar Tanah Tinggi, Kota Tangerang.
-
Apa yang dilakukan driver ojol? Driver ojol tersebut memberikan helm pribadinya kepada pengendara yang ditegur saat berhenti di lampu lalu lintas. Aksi perhatian driver ojol itupun langsung ramai mendapat beragam komentar dari warganet.
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
-
Kenapa driver ojol memberikan helmnya? Kemudian, seorang driver ojol datang dari arah belakang dan langsung memberikan helm pribadinya. Hal tersebut juga disadari oleh petugas Dishub yang memantau.'Terima kasih kepada bapak ojol yang sudah memberikan helm kepada mbaknya.
Sembari menunggu penumpangnya, Rian bercerita sesekali pernah mengantar penumpangnya ke instansi pemerintahan atau markas polisi. Saat menurunkan penumpang, tak pernah diizinkan masuk melewati gerbang.
"Biasa saja sih, enggak terdampak atau bagaimana. Ya emang enggak pernah nurunin sampai dalam," kata dia saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Rabu (13/11).
Ojol Memaklumi
Ia mafhum jika ojek online tidak diperkenankan menurunkan penumpang di pintu gerbang masuk instansi pemerintah atau pun markas polisi, demi keamanan bersama.
Pun halnya jika ia mendapat pesanan antar makan atau barang. Rian mengatakan, tidak perlu bingung saat mengantar makanan atau barang.
"Kan bisa dititip ke sekuriti. Kita sih kerja yang lurus saja, enggak perlu repot atau merasa dirugikan ada kejadian kayak begini (teror)," ujarnya.
Senada dengan Rian. pengemudi ojek online lainnya, Dimas menuturkan pembatasan akses ojek online masuk ke instansi pemerintah atau markas polisi tak menjadi kerugian bagi pengemudi online. Meski ia menyayangkan pelaku mengenakan jaket identitas saat melakukan aksi teror.
"Ya paling cuma sesaat doang diomongin, tetapi kan enggak ngaruh ke penumpang atau ke kitanya," kata Dimas.
Tak Ada Peningkatan Keamanan di DPRD DKI
Di area Balai Kota dan DPRD DKI Jakarta, Pamdal mengaku keamanan dilakukan sebagaimana mestinya. Tidak ada keamanan khusus pasca teror bom di Medan.
"Seperti biasa saja, yang masuk ke area sini dilakukan pemeriksaan sewajarnya," kata Pamdal yang enggan disebutkan namanya itu.
Diketahui Rabu Pagi Mapolres Medan diserang aksi teror bom. Dari hasil identifikasi polisi menunjukan pelaku teror merupakan mahasiswa berinisial RMN.
"Dari hasil sidik jadi, ditemukan oleh tim inafis di TKP, penyidik berhasil mengidentifikasi untuk mengetahui pelaku, pelaku ini atas nama RMN, usianya 24 tahun," ujar Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (13/11).
Dedi melanjutkan, dari hasil penyelidikan, pelaku lahir di Medan. Untuk sementara ini, polisi menyimpulkan pelaku lone wolf, tidak terkait jaringan terorisme manapun.
"Lahir di Medan, status pelajar atau mahasiswa, kemudian yang bersangkutan diidentifikasi, identitas dikembangkan Densus 88 bahwa pelaku melakukan aksi terorisme lone wolf," tambah Dedi.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksinya itu viral hingga mendapat banyak pujian dari masyarakat.
Baca SelengkapnyaSosok pria gondrong ini ternyata bukan orang sembarangan meski bekerja sebagai ojol dan badut.
Baca SelengkapnyaAspirasi disampaikan saat demontrasi di Patung Kuda, Arjuna Wiwaha Jakarta Pusat pada Kamis (29/8).
Baca SelengkapnyaAksi unjuk rasa ini menuntut persoalan mengenai tarif di mana potongan yang dibebankan kepada mitra driver mencapai 20 persen hingga 30 persen.
Baca SelengkapnyaSeorang pria DR diamankan polisi karena ketahuan memesan narkoba ke Polda Sumatera Selatan melalui aplikasi ojek online.
Baca SelengkapnyaKapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro menyebut, sebanyak 1.784 personel gabungan dikerahkan.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu bermula saat orator dari atas mobil komando mendesak agar barrier dibuka sehingga massa bisa menyampaikan aspirasi di depan Istana Merdeka.
Baca SelengkapnyaPegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kena semprot TNI usai melempar umpatan ketika ditegur masuk jalur TransJakarta
Baca SelengkapnyaGrab Indonesia tidak pernah memotong pendapatan Mitra Pengemudi untuk dialokasikan sebagai diskon bagi konsumen
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan BNN Lampung soal driver ojol yang mengaku mau dijebak polisi buat kirim narkoba.
Baca SelengkapnyaSebuah video viral di media sosial yang menyebutkan sejumlah opang yang diduga melakukan pengeroyokan terhadap seseorang
Baca SelengkapnyaBerdasarkan pantauan, pihak Dishub bersama tim gabungan berkeliling menindak para jukir yang ada di sejumlah mini market.
Baca Selengkapnya