Booming giok serap 15 ribu pekerja di Aceh
Merdeka.com - Booming batu giok di tanah air, terutama di Aceh telah banyak menciptakan lapangan pekerjaan baru. Bahkan Gabungan Pecinta Batu Alam (GaPBA) Aceh klaim telah berhasil melahirkan perajin batu giok sebanyak 15 ribu orang di seluruh Aceh.
Ketua GaPBA Aceh, Nasrul Sufi mengatakan, sebanyak 15 ribu anggotanya di seluruh Aceh saat ini telah memiliki penghasilan sendiri. Bahkan mereka sebelumnya menganggur, sekarang sudah memiliki pekerjaan dengan berjualan atau pengrajin asah batu cincin.
"Jadi ada banyak anak muda sekarang sudah terbebas pengaruh narkoba dan sejenisnya, tidak lagi berjualan barang haram itu, mereka justru sekarang sudah ada pendapatan dari jualan batu cincin," kata Nasrul Sufi, Sabtu (28/3) di Banda Aceh.
-
Bagaimana cincin batu akik itu ditemukan? Cincin itu ditemukan dengan jarak hanya sekitar 150 meter dari tempat ditemukannya amphorae, sejenis toples yang digunakan untuk menyimpan anggur dan berada di tengah sisa-sisa gudang.
-
Kapan pasar batu akik itu beroperasi? Situs kuno ini dikenal sebagai pusat perdagangan di masa lalu.
-
Bagaimana orang Bekasi dipekerjakan? Para pekerja asal Jawa ini juga dibantu tenaga dari India yang dikerjasamai dengan pemerintah kolonial Inggris.
-
Apa saja yang ditemukan di pasar batu akik? Arkeolog menemukan tiga menara, sebuah ruangan berisi bermacam benda yang digunakan penguasa pada masa itu saat kunjungan-kunjungan resmi, dan obsidian yang digunakan untuk pembuatan perkakas selama 17 tahun penggalian.
-
Dimana pasar batu akik kuno ini ditemukan? Sebuah struktur kuno yang diyakini pernah digunakan sebagai istana atau kuil berasal dari abad ke-13 SM ditemukan di Gundukan Tepecik, distrik Cine, Provinsi Aydin, Turki.
-
Di mana pekerja Indonesia bekerja? Haygrove, sebuah perkebunan di Hereford yang memasok buah beri ke supermarket Inggris, memberikan surat peringatan kepada pria tersebut dan empat pekerja Indonesia lainnya tentang kecepatan mereka memetik buah sebelum memecat mereka lima dan enam pekan setelah mereka mulai bekerja.
Katanya, untuk pengasah batu cincin saja mereka bisa mendapatkan Rp 300 ribu per harinya. Belum lagi penjual yang bisa dilakukan di mana pun, tanpa harus ada modal besar atau toko tempat berjualan.
"Mereka itu bisa berjualan di mana saja, terutama banyak terjadi transaksi di warung kopi, jadi warung kopi sekarang di Aceh sudah berubah menjadi pasar giok," terangnya.
Kendati demikian, Nasrul Sufi selalu mengingatkan yang mengambil giok di hutan agar tidak merusak lingkungan. Alangkah bijaknya hanya mengambil batu yang baik dan super, tidak mengambil semua batu yang kemudian terbuang.
"Ambillah batu yang super, jangan semua diambil, percuma nanti terbuang," imbuhnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dia merasa beruntung karena bisa bekerja di kompleks industri yang tumbuh di daerahnya.
Baca SelengkapnyaPerkembangan perkebunan karet di Aceh Timur kerap menggunakan kuli yang berasal dari luar daerah, seperti Jawa hingga Tiongkok.
Baca SelengkapnyaSektor informal menunjukkan penurunan, dan optimisme mengenai tren pertumbuhan pekerjaan formal cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaJumlah masyarakat berstatus sebagai pekerja meningkat 2,66 juta orang dari tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan beberapa pria yang rela bekerja di bawah tanah membuat pawon demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Baca SelengkapnyaSebanyak 400-an warga Desa Sambirejo ikut mengelola Taman Wisata Tebing Breksi. Mereka tak perlu merantau jauh demi hidup yang layak
Baca SelengkapnyaSetelah hampir 1,5 tahun bekerja serabutan, Bagas memutuskan untuk bergabung menjadi member Bisa Ekspor milik Julio.
Baca SelengkapnyaPembeli gazebo buatan Suherman dan para pekerjanya tidak hanya diminati di pasar Indonesia, tetapi juga menarik minat pembeli luar negeri.
Baca SelengkapnyaBudi menjual anyaman atap ilalang buatannya yang berukuran sekitar 2,5 meter x 1,5 meter seharga Rp 15 ribu per lembar.
Baca SelengkapnyaPuluhan warga Desa Bakalan, Kecamatan Kalinyamatan, Jepara berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan gelang identitas jemaah haji.
Baca SelengkapnyaIbu Sujiati mampu menghasilkan produk kerajinan kulit dengan standar brand yang dijual di mall.
Baca Selengkapnya