BPOM pastikan RSIA Mutiara Bunda Ciledug pakai vaksin palsu
Merdeka.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Banten memastikan vaksin palsu terdapat di RSIA Mutaiara Bunda, Ciledug. Vaksin itu tipe vaksin Tripacel yang menjadi bagian dari bagian Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT).
"Dari vaksin yang kita amankan kemudian kami teliti, disimpulkan hanya satu vaksin palsu, yakni Vaksin Tripacel," kata Kepala BPOM Banten, Muhammad Kashuri saat berdiskusi di tengah para orang tua pasien vaksinisasi, Senin (18/7).
Kemudian, dari hasil temuan dilanjutkan dilaporkan ke Kemenkes. Dari sanalah temuan tersebut diumumkan oleh Kemenkes.
-
Siapa yang mengumumkan penemuan vaksin kanker? Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa mereka kini selangkah lebih dekat untuk penemuan vaksin kanker.
-
Dimana tim khusus Kemenkes mengambil sampel? Dikutip dari ANTARA, tim peneliti itu mengambil sampel darah penderita DBD, kemudian mengambil sampel nyamuk dan jentik nyamuk di lima lokasi penelitian.
-
Apa yang ditemukan di TKP? Bukannya membawa korban ke Rumah Sakit, pelaku malah meninggalkannya di ruko TKP ditemukan jasad RN tewas bersimbah darah.
-
Informasi apa yang disebarluaskan? Diseminasi adalah proses penyebaran informasi, temuan, atau inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola agar dapat dimanfaatkan oleh kelompok target atau individu.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
Sementara, perwakilan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Banten, dr Arif Budiman menjelaskan, bila Vaksin Tripacel menjadi bagian dari DPT.
"Dikatakan palsu karena dalam satu takaran vaksin tidak ditemukan komponen yang seharusnya ada pada Vaksin Tripacel umumnya," ujar Arif.
Komponen itu, kata dia, akan menimbulkan efek bahaya atau tidaknya pada saat itu juga. Misalnya, lanjut Arif pada saat si anak disuntik dengan vaksin tersebut.
"Misalnya dia alergi, atau panas badannya, akan terjadi pada saat itu juga. Atau sesaat setelah disuntik," kata Arief.
Menurut dia, bila dalam hitungan hari, bulan bahkan tahun tidak terjadi efek alergi atau suhu tubuh tinggi maka tidak akan ada dampak bahaya sama sekali.
"Intinya, tidak akan ada kekebalan tubuh yang didapat setelah divaksinisasi," ungkapnya.
Untuk diketahui RSIA Mutiara Bunda yang terindikasi menggunakan vaksin dan antitetanus serum palsu yang berlokasi di Jalan H Mencong, Kelurahan Paninggilan Selatan, Kecamatan Ciledug Kota Tangerang kembali diserbu ratusan orang tua yang anaknya divaksin di rumah sakit tersebut. (mdk/ang)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pihak BPJS berupaya melakukan tuntutan perdata terhadap managemen rumah sakit untuk segera mengembalikan dana kerugian tersebut.
Baca SelengkapnyaMengetahui masalah tersebut, Pahala Nainggolan tak segan-segan menempuh jalur hukum
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaKemenkes tidak pernah menerbitkan surat undangan Sosialisasi SE Rekrutmen Bantuan Biaya Fellowship Dokter Spesialis
Baca SelengkapnyaSOP sesuai aturan dijalankan itu diketahui setelah Dinkes Kabupaten Bogor mendatangi rumah sakit.
Baca SelengkapnyaKepala BPOM RI Taruna Ikrar menegaskan komitmennya untuk menindak tegas jaringan mafia skincare.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaSang ibu sempat curiga dengan perbedaan rambut anak diberi ASI dengan dibawa pulang.
Baca SelengkapnyaPengambilan sampel anggur shine muscat meliputi beberapa wilayah, yakni Jabodetabek, Bandung, Bandar Lampung, Surabaya, Pontianak, Makassar, dan Medan.
Baca SelengkapnyaTiga rumah sakit itu berada di Sumatera Utara dan Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca Selengkapnya