Brawijaya latih takmir usir kelelawar biasa bikin kotor masjid

Merdeka.com - Kehadiran hewan kelelawar di lingkungan masjid menimbulkan masalah seputar kebersihan dan kesucian dari kotoran yang ditinggalkan. Secara teknis, para takmir kesulitan mengusir binatang malam yang biasa bergelantungan tersebut.
Universitas Brawijaya (UB) Malang, sebagai bagian program pengabdian masyarakat menawarkan teknologi kepada pengelola masjid dan musala. Dosen dan mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT-UB) memberikan pelatihan perakitan perangkat elektronik pengusir kelelawar.
"Mereka curhat (curahan hati), butuh solusi mengatasi gangguan kelelawar di lingkungan masjid. Akhirnya kami juga memberikan pelatihan pembuatan perangkat elektronik pengusir kelelawar," kata Eka Maulana, penanggung jawab pelatihan pembuatan alat pengusir kelelawar di lingkungan Masjid Al-Ghozali, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Senin (1/8).
Awalnya, kata Eka, yang ditawarkan adalah pelatihan teknik perakitan solar cell dan piranti elektronik pendukungnya. Pelatihan diberikan kepada perwakilan Karang Taruna, Remaja Masjid dan warga masyarakat di lingkungan Masjid Al-Ghozali, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Sekitar 30 peserta mengikuti pelatihan yang berlangsung pada 30-31 Juli lalu.
Kata Eka, prinsip kerja perangkat pengusir kelelawar cukup sederhana. Yakni menggunakan frekuensi ultrasonik yang dipancarkan melalui transduser untuk mengganggu sistem komunikasi dan navigasi kelelawar.
"Prinsipnya semua makhluk hidup baik manusia, tumbuhan, maupun bakteri dan sejenisnya peka terhadap frekuesi tertentu," jelasnya.
Frekuensi itu dapat dibangkitkan pada nilai tertentu untuk proses berkomunikasi atau berinteraksi antar makhluk hidup. Komunikasi dimaksud seperti memanggil, mengusir, bahkan membantu pertumbuhan.
Kelelawar sendiri mengeluarkan signal gelombang ultrasonik dengan frekuensi sekitar 30-50 kHz untuk sistem komunikasi dan navigasi.
"Melalui sinyal dengan frekuensi tertentu yang dipancarkan perangkat elektronik, kelelawar akan merasa terganggu dan diharapkan akan pergi serta tidak membuat kerusuhan," bebernya.
Dicontohkan, manusia juga akan terganggu dan risau bila diperdengarkan sinyal berfrekuensi tinggi. Proses perakitan perangkat pengusir kelelawar juga tidak memakan waktu yang lama. Hanya saja untuk masyarakat awam dibutuhkan proses untuk mempelajari dan membuat pemrograman pada komponen mikrokontroller.
Komponen mikrokontroller ini digunakan untuk membangkitkan sekaligus mengukur frekuensi yang dihasilkan perangkat. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Bahasa C.
Pada perangkat pengusir kelelawar yang terpasang di Masjid Al-Ghozali, sumber dayanya dibangkitkan menggunakan solar cell dengan daya keluaran 50 Watt. Solar cell ini terhubung dengan solar controller regulator, untuk kemudian disimpan ke dalam baterai dan mensuplai perangkat.
"Target awal solar cell hanya digunakan untuk menghidupi perangkat pengusir kelelawar. Tapi ke depan diharapkan bisa digunakan untuk cadangan listrik perangkat elektronik masjid seperti amplifier dan lampu untuk penerangan," tambahnya.
Pembuatan perangkat pengusir kelelawar tersebut menghabiskan biaya sekitar Rp 100 ribu, di luar komponen baterai dan solar cell. Jangkauan perangkat sejauh 5-10 meter. Eka bersama rekan-rekannya siap memberikan pelatihan serupa di tempat lain bila memang dibutuhkan oleh masyarakat.
Ervan, pengurus masjid Al-Ghozali mengatakan, kelelawar sangatmengganggukebersihan masjidmelalui kotorannya. Sehingga pelatihan ini sangat bermanfaat untuk menjaga kebersihan masjid serta menambah ketrampilan praktis khususnya dalam hal kelistrikan.
"Dari laporan takmir sejak alat dipasang sudah tidak ada lagi kelelawar yang masuk ke dalam masjid," tegasnya. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya