BRIN: Aktivitas Warga Pakai Air Tanah Penyebab Sebagian Jakarta Tenggelam
Merdeka.com - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Edvin Aldrian mengatakan penurunan muka tanah akibat aktivitas manusia menjadi penyebab utama meningkatkan potensi sebagian Jakarta dan pesisir Pantura tenggelam, bukan kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim.
"Sebenarnya tidak karena perubahan iklim terjadi kenaikan muka air laut, akan tetapi yang terjadi adalah lebih banyak karena penurunan muka tanah karena banyak air tanah di perkotaan-perkotaan Pantura itu airnya disedot dihisap. Jadi inilah yang menjadikan lebih ke land subsidence (penurunan muka tanah)," kata Edvin dalam Diskusi Publik virtual Perubahan Iklim dan Ancaman Tenggelamnya Pesisir Jawa di Jakarta dilansir Antara, Kamis (14/10).
Edvin yang juga anggota Dewan Panel Ahli Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) menuturkan permukaan tanah menurun di Pantura jauh lebih tinggi dan jauh lebih cepat dibandingkan laju kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim yang menyebabkan es di daratan mencair.
-
Mengapa Waduk Jatiluhur menyusut? Sebagai sumber penampungan sungai yang dibendung, waduk seharusnya menampung banyak air. Namun di musim kemarau ini kondisi berbeda justru ditemui di Waduk Jatiluhur yang mengalami kondisi surut.
-
Kenapa kekeringan di Jateng tahun ini diprediksi tidak separah tahun lalu? Meski begitu, BMKG memperkirakan musim kemarau pada tahun 2024 tidak sebesar tahun 2023. Hal ini dikarenakan tahun 2023 akan terjadi El Niño, namun pada tahun 2024 tidak akan terjadi El Niño.
-
Kenapa Waduk Jatigede surut? Namun di musim kemarau ini sejak Juni lalu, bangunan-bangunan rumah, puskesmas sampai sekolah kembali muncul di permukaan.
-
Kenapa suhu di beberapa daerah di Jawa terasa dingin? Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan pemicu suhu udara dingin sebagian besar Pulau Jawa yakni keberadaan Angin Monsun Australia dan posisi matahari yang berada di sisi utara bumi.
Pakar iklim dan meteorologi itu mengatakan yang dikhawatirkan dari dampak perubahan iklim adalah semua lapisan es yang berada di permukaan tanah mencair. Ada tiga pusat lapisan es di daratan di dunia, yaitu Kutub Selatan, daerah-daerah di Greenland di Denmark, dan di Pegunungan Himalaya di Asia.
"Yang kita khawatirkan terjadi pelelehan dan akan menambah muka air laut itu. Jadi muka air laut dapat menjadi meluap atau istilahnya bertambah tinggi karena pelelehan es yang ada di daratan atau bisa juga karena salinitasnya menurun. Salinitas ini kembali lagi karena penambahan volume air yang ke lautan," ujarnya.
Edvin mengatakan hasil pengukuran di daerah utara Jawa, ternyata hanya terjadi kenaikan muka air laut sebesar 3,6 mm per tahun.
Menurut dia, besaran kenaikan muka air laut itu sebenarnya tidak cukup menjadi faktor sendiri untuk menenggelamkan sebagian wilayah Jakarta atau pesisir Pantura dalam beberapa puluh tahun ke depan, karena untuk mencapai kenaikan muka air laut beberapa meter saja membutuhkan waktu sekitar 100 tahun jika hanya mempertimbangkan faktor kenaikan muka air laut tersebut.
"Justru, masalah yang jauh lebih besar adalah penurunan muka tanah yang diakibatkan aktivitas manusia sehingga menambah potensi muka tanah terus menurun saat terjadi kenaikan muka air laut sehingga menambah dampaknya saat air laut masuk ke daratan dan bisa menyebabkan terendamnya daratan rendah di pesisir Pantura," katanya.
Apalagi, jika penurunan muka tanah berlangsung cepat tanpa ada upaya pengendalian, maka makin meningkat potensi terendamnya atau tenggelammnya beberapa titik di pesisir Pantura dalam waktu beberapa puluh tahun ke depan.
"Yang paling utamanya karena penurunan muka tanah, lalu juga terjadi rob," ujar Edvin.
Di lain sisi, ada beberapa jenis banjir yang melanda Jakarta, yakni banjir lokal, banjir kiriman dari Bogor, banjir rob atau banjir karena pasang surut. Namun, faktor terbesar yang bisa membuat sebagian wilayah Jakarta terendam adalah penurunan muka tanah.
"Tapi yang terbesar adalah karena penurunan muka tanah yang terjadi di pinggir pantai, jadi pembangunannya ini. Jadi diharapkan kota-kota besar di pinggir pantai itu sebaiknya menyuplai air bersih oleh pemerintah daerahnya dan bisa diakses oleh penduduk setempat," kata Edvin.
Profesor riset bidang sistem informasi spasial Badan Informasi Geospasial Dewayany Sutrisno mengatakan faktor penyebab banjir di pesisir atau adanya potensi tenggelamnya sebagian pesisir utara Jawa atau Pantura, tidak berdiri sendiri.
Ada berbagai macam faktor yang terlibat antara lain faktor antropogenik dari ulah manusia yang menyebabkan penurunan permukaan tanah, konversi lahan yang sesungguhnya tidak bisa diabaikan, dan faktor iklim yang menyebabkan terjadinya badai, perubahan gelombang pasang, dan banjir rob.
"Semua (faktor) kompleks, jadi tidak bisa itu berdiri sendiri," ujar Dewayany.
Dewayany menuturkan penyedotan atau pengambilan air tanah oleh penduduk setempat juga terus bertambah karena jumlah penduduk semakin bertambah sehingga kebutuhan air terus meningkat. Ditambah lagi untuk keperluan industri, sumur-sumur bor dibangun sehingga meningkatkan pengambilan air tanah. Pengambilan air tanah secara berlebihan dan terus menerus tersebut akan menyebabkan permukaan tanah semakin turun.
Oleh karena itu, perlu memastikan penyediaan air bagi kebutuhan penduduk sehingga warga tidak mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari langsung dari air tanah.
Selain itu, Dewayany menuturkan permasalahan lain yang harus diatasi antara lain konversi lahan, dan perencanaan tata ruang ke depan yang harus mempertimbangkan sabuk hijau untuk melindungi pantai, serta penataan ruang di daerah-daerah yang juga harus berbasis upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penampakan perumahan warga yang terletak di sekitar kawasan Kampung Aquarium lebih rendah dari pada air laut.
Baca SelengkapnyaTren penurunan muka tanah di wilayah DKI Jakarta tersebut terus mengalami perbaikan dibandingkan tahun 1997 hingga 2005.
Baca SelengkapnyaStudi mencatat bahwa sekitar 40-70 persen faktor penurunan air tanah diakibatkan pengambilan air tanah. Ini berartiselama masih ada yang mengambil air tanah.
Baca SelengkapnyaPenurunan muka tanah di selatan Jakarta ini karena penggunaan air tanah.
Baca SelengkapnyaDinas Lingkungan Hidup (DLH) mencatat penurunan muka tanah atau land subsidence di pesisir Kota Semarang berkisar 7-13 cm per tahun.
Baca SelengkapnyaAda sisi tembok lain yang retak. Retakan tersebut terdapat air laut yang keluar. Kondisi ini semakin membuat warga waswas.
Baca SelengkapnyaIka meminta agar warga yang tinggal di pesisir Jakarta menggunakan air dari Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya.
Baca SelengkapnyaProyek NCICD itu akan dibangun panjang total tanggul pantai yang dibangun ada 46 km yang membentang dari Marunda hingga Tanjung Priok.
Baca SelengkapnyaPembangunan saluran pembuangan banjir belum cukup menyelamatkan penduduk pesisir dari dampak perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaAda sejumlah catatan yang membuat penyemprotan air ke jalan tak sepenuhnya efektif mengurangi polusi udara.
Baca SelengkapnyaPolusi Jakarta sempat turun drastis pada tanggal 17 Agustus 2023. Apa penyebabnya ya?
Baca SelengkapnyaPembangunan tanggul ini terkendala karena banyaknya permukiman liar warga.
Baca Selengkapnya