Bu Yul Meninggal, Demokrat Nilai Pemerintah Tidak Peka Terhadap Rakyat
Merdeka.com - Yuli, warga Kelurahan Lontarbaru, Kecamatan Serang, Banten kelaparan dan meninggal di tengah pandemi Covid-19. Anggota DPR RI Fraksi Demokrat, Didik Mukrianto, sangat prihatin dengan kejadian tersebut.
"Innalillahi Wainalillahi Roji'un. Turut berduka cita sedalam-dalamnya. Semoga Almarhumah Cusnul Chotimah. Amat sangat memprihatinkan," kata Didik lewat keterangannya kepada merdeka.com, Selasa (21/4).
Didik amat prihatin, di tengah-tengah pemerintah mempunyai ambisi besar untuk mengerjakan proyek-proyek infrastruktur yang ambisius dan mercu suar, ternyata masih ada masyarakatnya yang meninggal karena kelaparan. Apalagi posisi hidupnya di dekat Ibu Kota.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Siapa yang terkena dampak penyakit? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
-
Kenapa petani di DIY miskin? Salah satu golongan masyarakat yang terdampak itu adalah para buruh tani. Mereka menjadi penyumbang angka penduduk miskin di DIY dengan angka pendapatan berkisar Rp600 ribu setiap bulannya.
-
Bagaimana UMKM bisa bertahan di masa pandemi? Lewat jalur digital itu, IniTempe bertahan, bisa bertahan selama pandemi. Omzet bulanan Benny bahkan bisa mencapai puluhan juta dari dunia digital itu.
-
Siapa yang terdampak kesenjangan? Dampaknya dapat dirasakan oleh individu dan kelompok yang kurang beruntung, seperti penurunan kualitas hidup, ketidakadilan, perasaan terpinggirkan, dan kesulitan untuk meraih kesempatan yang sama dengan kelompok yang lebih beruntung.
"Seandainya ini benar karena kelaparan, jangan disalahkan jika anggapan bahwa pemerintah tidak aware dan tidak peka, serta abai terhadap permasalahan sosial yang dihadapi warganya," ucapnya.
Menurutnya, pemerintah daerah tersebut juga harus ikut bertanggung jawab atas meninggalnya Yuli. Didik mengatakan, secara konstitusi negara abai terhadap kewajibannya untuk memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 UUD 1945.
"Di saat-saat seperti saat ini negara harus hadir, pemerintah harus menolong kesusahan rakyat. Di saat masa sulit seperti sekarang ini, seharusnya pemerintah memastikan rakyatnya tidak susah. Biarlah pemerintah yang menanggung susahnya," tuturnya.
Untuk itu, kata dia, pemerintah harus mengambil pembelajaran berharga agar tidak terjadi di tempat lain. Dia menuturkan, akibat corona ini rakyat susah makan karena akses penghasilan dan kesempatan kerjanya hilang.
Maka dari itu, pemerintah harus pastikan tepat sasaran, tepat waktu dan tepat jumlah dengan bantuan sosial yang dilakukan. Jangan sampai ada tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab mengkorupsi bantuan tersebut.
"Libatkan aparat penegak hukum dan masyarakat untuk melakukan pengawasan. Pastikan tidak ada KKN dalam pendataan dan penyalurannya, karena KKN itu pintu awal masuknya korupsi," tuturnya.
Yuli, warga Kelurahan Lontarbaru, Kecamatan Serang, Banten sempat ramai diberitakan tidak makan dua hari dan hanya minum air galon karena imbas dari sulitnya perekonomian di tengah pandemi corona dikabarkan meninggal dunia, Senin (20/4).
Camat Serang, Tb. Yassin membenarkan kabar tersebut. Dia mengatakan, Yuli dinyatakan meninggal pada pukul 15.30 WIB. "Infonya saya dari Pak Lurah, melalui telepon. Saya setengah empat ke lokasi (rumah almarhum)," ujarnya.
Yasin mengaku belum tahu pasti penyebab meninggalnya salah satu warga Kota Serang tersebut. Namun dia mendapatkan informasi, Yuli meninggal saat akan dibawa menuju Puskesmas Singandaru.
Diduga Serangan Jantung
Sementara itu, Juru bicara gugus tugas Covid 19 Kota Serang W Hari Pamungkas mengatakan penyebab meninggalnya Yuli karena diduga serangan jantung, bukan kelaparan.
"Visum resmi besok akan disampaikan, saya pastikan bukan terkait sama Covid, bukan karena kelaparan, tapi karena serangan jantung. Yang bersangkutan dapat pertanyaan berat dari orang sekelilingnya. Visum resmi akan disampaikan Puskesmas besok, tapi saya tanya dokternya diduga jantung," katanya, Senin, (20/04).
Hari mengungkapkan, dari laporan yang diterima pihaknya dari pemerintah setempat, almarhum berasal dari keluarga yang mampu dan bisa untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
"Kesehariannya dari laporan aparat wilayah setempat berasal dari keluarga mampu semuanya, artinya untuk beli rokok sama nasi tuh masih sanggup," ujarnya.
Hari mengatakan bahwa keluarga almarhum masuk dalam status Jaring Pengaman Sosial (JPS) Kota Serang dan Pemerintah Kota (Pemkot) Serang sudah memberikan bantuan sembako pada tanggal 18 April 2020, Sebagai bentuk pertanggungjawaban.
"Bantuan telah diberikan dan setelah dicek termasuk dalam pendataan JPS. Artinya dalam sisi tanggungjawab pemerintah Kami gerak cepat untuk menyelesaikan permasalahan itu," katanya.
Minum Air Galon Isi Ulang
Sebelumnya, Ibu Yuli kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan selama dua hari, Yuli dan keempat anaknya tidak bisa makan. Untuk menahan rasa laparnya, ia bersama keluarganya hanya minum air galon isi ulang.
"Dua hari ini kami cuma minum air galon isi ulang. Anak-anak bilang lapar juga, paling minum air saja," katanya saat ditemui, Jumat (17/4).
Ia mengaku sempat mengadu kepada Rukun Tetangga (RT) setempat untuk meminta bantuan sembako. Namun pihak aparatur pemerintah tersebut menyatakan belum menerima ada bantuan.
"Saya sudah datang ke RT. Katanya enggak bisa dapat bantuan," ungkapnya.
Untuk menyambung hidup, sang suami kerap mencari barang bekas, yang bisa membawa uang ke rumah kisaran Rp25-Rp30 ribu.
"Lumayan saja, satu hari kadang dapat Rp25-30 ribu. Beli beras satu liter untuk kami berenam, itu pun diirit-irit," ujarnya.
Sebelum ada virus Corona, kehidupan Yuli terbantu oleh anak sulung yang telah bekerja. Saat ini, harapan itu musnah lantaran anaknya sudah tidak bekerja karena dirumahkan pihak perusahaan.
"Tadinya anak saya kerja. Sekarang dirumahkan karena tempat kerjanya tutup. Tambah, gaji terakhir tidak diberikan," tuturnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
AHY tidak menginginkan masyarakat tergantung pada bantuan jangka pendek.
Baca SelengkapnyaKementerian Pertanian (Kementan) merespons cepat adanya cuaca ekstrem yang mengakibatkan 6 warga Puncak Papua meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaMirah membeberkan 3 poin yang mempengaruhi pendapatan buruh saat ini.
Baca SelengkapnyaAirlangga menuturkan jaminan kehilangan pekerjaan (JKP) yang terdaftar melalui Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan angka yang terlalu rendah.
Baca SelengkapnyaDebat Cawapres digelar di JCC, Senayan, Jakarta. Tema debat membahas soal ekonomi
Baca SelengkapnyaSeorang pedagang kecil ngamuk saat dapat surat pajak dari pemerintah sementara dagangannya sepi.
Baca SelengkapnyaPemerintah perlu memberikan bantuan bagi kelas menengah untuk mendorong daya beli kelompok masyarakat itu kembali bangkit.
Baca Selengkapnya