Bubur Suro, hidangan khas warga pinggiran Sungai Musi saat Ramadan
Merdeka.com - Warga pinggiran Sungai Musi, tepatnya di sekitaran Jalan Ki Gede Ing Suro, Kelurahan 30 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, paling menantikan hidang khas Ramadan di kampungnya, yakni bubur Suro. Selain rasanya nikmat, bubur ini memiliki sejarah yang kental dengan kearifan nenek moyang.
Bubur tersebut awalnya hanya ada di Masjid Almahmudiyah atau dikenal Masjid Suro. Oleh karena itulah, bubur ini disebut menyerupai penamaan masjid tempat dibuatnya. Kini, bubur dengan cita rasa daging itu telah menyebar di beberapa musala kampung.
Seorang pembuat bubut Suro, Hasyim (60) mengaku tidak begitu paham persis asal usulnya. Hanya saja dari cerita turun-temurun, bubur ini telah ada pada saat berdirinya Masjid Suro pada tahun 1834.
-
Di mana tradisi Bubur Suro dilakukan? Masyarakat Jawa Barat memiliki tradisi yang disebut Bubur Suro.
-
Apa itu bubur Suro? Bubur Suro merupakan menu utama dan identik dengan perayaan Tahun Baru Islam.
-
Kenapa Bubur Suro disajikan? Bubur suro memiliki makna sebagai bentuk ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta persembahan dan doa untuk meminta rezeki berlimpah, kesehatan dan keselamatan hidup untuk mereka yang melakukan ritual atau doa.
-
Kenapa bubur Asyura menjadi sajian khas? Bubur asyura adalah makanan khas masyarakat Melayu yang biasanya menjadi sajian khas untuk menyambut hari Asyura, yaitu hari kesepuluh bulan Muharram.
-
Bubur Asyura itu apa? Bubur Asyura adalah bubur beras yang dimasak dengan santan dan berbagai jenis sayuran.
-
Apa tradisi unik Masjid Al-Mahmudiyah Suro? Tradisi Unik Mengutip dari kanal Liputan6.com, masjid tertua di Palembang ini memiliki sebuah tradisi yang dilaksanakan ketika bulan puasa tiba, yaitu berbagi Bubur Suro gratis kepada masyarakat.
"Bubur Suro telah menjadi kebiasaan warga kami, ditunggu setiap Ramadan," ungkap Hasyim kepada merdeka.com baru-baru ini.
Pada bulan Ramadan waktu itu, warga setempat berlomba-lomba menyumbang makanan ke Masjid Suro untuk berbuka puasa. Ada menyumbang makanan yang siap santap (matang), banyak juga memberikan berbentuk bahan makanan, seperti beras, daging, bumbu-bumbuan, dan sebagainya.
"Nah, bahan-bahan itulah yang dimasak, dicampur semuanya. Jadilah bubur yang rasanya enak, beda dari bubur-bubur lain, makanya disebut bubur Suro," ujarnya.
Lama-kelamaan, bubur Suro menjadi tradisi yang masih ada hingga sekarang. Namun pembuatnya hanya dilakukan oleh pengurus masjid yang ditunjuk.
"Tidak asal-asal, sekarang dua orang uang membuatnya, bisanya juga cuma lihat-lihat saja sama pengurus sebelumnya," kata dia.
Antrean sambil menunggu buka puasa
Bubur Suro kini menjadi menu yang tak bisa tinggal saat berbuka puasa. Untuk memberikan kerinduan warga, pengurus masjid menyiapkan sedikitnya 200 porsi bubur Suro setiap hari.
Bubur ini dibuat sejak pukul 14.00 WIB dan dibagikan pukul 17.00 WIB, atau satu jam sebelum berbuka puasa. Pembagian bubur menjadi fenomena menarik karena semua warga, mulai anak-anak, dewasa, laki-laki, dan perempuan, harus mengantri mendapat giliran mangkoknya berisi bubur.
"Masaknya tiga jam, tiap hari ada lima kilo beras dan sekilo daging sapi yang kita masak. Semuanya dibagi-bagikan untuk warga," kata Hasyim.
Andika (12), mengaku setiap hari mengantre untuk mendapatkan bubur Suro. Dengan membawa semangkok besar, bubur itu bisa dicicipi lima anggota keluarganya.
"Sebelum antrean, main-main dulu di depan masjid sama teman-teman. Rasanya enak, beda sama bubur lain, kayak bubur sop begitu," pungkasnya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bubur pedas jadi salah satu sajian kuliner yang kerap diburu masyarakat Sumatra Utara ketika Ramadan saat buka puasa.
Baca SelengkapnyaMembuat olahan bubur Asyura sudah menjadi tradisi tersendiri di beberapa daerah.
Baca SelengkapnyaMasjid yang konon sudah berusia lebih dari satu abad ini memiliki nuansa Melayu yang begitu kental serta tradisi unik.
Baca SelengkapnyaDi balik keunikannya, penyajian makanan ini menyimpan makna filosofis
Baca SelengkapnyaBubur Asyura tidak hanya bagian dari tradisi menyambut Tahun Baru Islam, tapi juga memiliki makna mendalam sebagai bentuk rasa syukur atas keselamatan & berkah.
Baca SelengkapnyaPada akhir tahun 1960-an, menu gulai kambing itu sudah menjadi tradisi khas di Masjid Gedhe Kauman.
Baca SelengkapnyaSejak pukul 16.00 WIB, warga hilir mudik memadati 'pasar' yang hanya tersedia selama bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaSiraman bumbu kacangnya bikin nagih. Kuliner ini wajib dicicipi saat bertandang ke Sumedang.
Baca SelengkapnyaSalah satu sajian hidangan yang sudah menjadi tradisi ketika Ramadan ini dibuat dengan bumbu-bumbu yang kaya akan rempah dan pastinya menggugah selera.
Baca SelengkapnyaSalah satu makanan favorit Nabi Muhammad SAW yang masih banyak dibuat oleh masyarakat Arab Badui.
Baca SelengkapnyaHidangan bubur ini memiliki tujuh varian rasa yang berbeda
Baca SelengkapnyaDulu, buburgeran Rp500 dapat dua porsi. Selama belasan tahun jajanan ini masih eksis di Garut.
Baca Selengkapnya