Buku antik tentang Bandung banyak diburu turis Eropa
Merdeka.com - Darius, 70 tahun, penjual buku paling senior di Pasar Buku Palasari, Bandung, kenal dengan Kuncen Bandung, Haryoto Kunto. Baginya, Harry—sapaan almarhum Haryoto—adalah kutu buku sekaligus pelanggan yang loyal.
"Beliau hampir tiap hari nongkrong di kios buku. Koleksi bukunya banyak beli dari kita," kata Darius, saat berbincang dengan Merdeka Bandung di kios buku TB Pelita Jaya, Jalan Palasari, Bandung, Jumat (6/11).
Maksud 'kita', kata pria yang sudah berjualan buku sejak tahun 60-an itu, adalah para penjual buku di Jalan Cikapundung. Generasi pertama penjual buku-buku di Palasari adalah penjual buku pindahan dari Jalan Cikapundung, Bandung. Mereka dipindahkan terkait Konferensi Asia Afrika tahun 60-an.
-
Apa yang diserahkan Belanda ke Jepang? Belanda menyerahkan wilayah Indonesia seluruhnya kepada Jepang tanpa syarat.
-
Siapa orang Batak terkaya di era penjajahan Jepang? Pria kelahiran 16 Oktober 1916, Balige, Sumatera Utara ini merupakan pria batak paling kaya di era penjajahan Jepang.
-
Kenapa Belanda datangkan buruh Jawa? Minimnya pekerja di perkebunan maupun di pabrik membuat produksi semakin tersendat. Minimnya tenaga kerja di Pulau Sumatera membuat para pengusaha memutar otaknya. Akhirnya muncul inisiatif mendatangkan tenaga kerja langsung dari Pulau Jawa.
-
Bagaimana pasukan Jerman membantu perjuangan Indonesia? Seperti orang-orang Jepang, beberapa eks serdadu Jepang ini pun diketahui pernah menjadi pelatih militer untuk para pejuang Indonesia selama perang kemerdekaan.
-
Mengapa Belanda menangkap orang Jerman di Hindia Belanda? Latar belakang penangkapan ini diawali dengan serangan Jerman ke Belanda pada tahun 1940 yang takluk dalam hitungan hari.
-
Mengapa Belanda dan Jerman saling berhadapan? Belanda dan Jerman akan saling berhadapan pada matchday kedua UEFA Nations League A 2024/2025 Grup 3.
Waktu itu, kenang Darius, penjualan buku antik sedang masa jaya-jayanya. Ia dan kawan-kawan sesama penjual buku mengaku menjadi pemasok buku bagi Haryoto Kunto. Ia tahu Harry penggemar buku-buku antik. Ayah Harry, yaitu Pak Kunto, adalah pensiunan kereta api 1930-an. "Beliau sangat suka mengumpulkan buku-buku antik dan langka," ujarnya.
Ia menambahkan, dua buku karya Kuncen Bandung: Bandoeng Tempo Doeloe dan Semerbak Bunga di Bandung Raya, kini banyak dicari orang. Namun harganya sudah selangit, antara Rp 150 ribu sampai Rp 500 ribu. Itu pun pembeli harus pesan dahulu jika ingin mendapat dua buku tentang sejarah Bandung tersebut.
"Penjualan buku antik sekarang harus pesan dulu, nanti kita cariin," ujarnya. Menurut dia, penjualan buku antik berbeda dengan dulu, buku-buku antik biasa dipajang terpisah. Tapi kini tidak lagi demikian, mengingat jumlah buku antik makin berkurang, begitu juga jumlah peminatnya.
Generasi sekarang, kata dia, banyak yang kurang mencari buku antik. Begitu juga dengan penjual buku masa kini yang kebanyakan generasi muda, tidak banyak menyediakan buku antik.
Di masa lalu, lanjut ayah tujuh anak ini, para penjual buku antik cukup mudah mendapatkan stok buku. Mereka mendapatkan langsung dari orang bule yang pindah rumah, dari anak yang mendapat warisan buku dari orangtuanya, atau dari orang-orang yang tidak menyukai buku kemudian memilih menjual buku tersebut ke tukang loak.
"Sekarang buku-buku antik pada disimpan, mereka tahu kalau buku tersebut langka," ujarnya.
Di zaman keemasan pasar buku bekas, lanjut dia, dia mengaku memiliki banyak pelanggan kutu buku hingga turis luar negeri, di antaranya dari Jerman, Belanda dan Jepang. Pelanggan paling loyal menurut dia dari Jepang dan Belanda.
Mereka gemar membeli buku-buku sejarah yang terkait dengan Indonesia di masa penjajahan.
"Orang Jepang dan Belanda dikasih harga berapapun mereka beli. Kalau orang Jerman agak susah kalau kita kasih harga," katanya. Darius berani bertaruh, buku-buku antik dari para penjual buku Cikapundung banyak mengisi rak-rak perpustakaan di Belanda. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada berbagai lokasi yang dikunjungi Doel Sumbang dan Budi Dalton selama berada di Jepang. Mereka jalan-jalan di Osaka.
Baca SelengkapnyaMasuk tahun ajaran baru sekolah, buku tulis mulai banyak diburu orang tua murid.
Baca SelengkapnyaToko buku lawas di gang Jalan Dewi Sartika ini masih terus eksis hingga kini.
Baca SelengkapnyaTernyata sudah sejak zaman Belanda, Bandung dikenal sebagai surganya kuliner.
Baca SelengkapnyaDari luar, Pondok Boro hanya terlihat seperti gedung tua biasa yang lusuh. Namun bila dilihat ke dalam, ternyata bangunan itu dihuni sekitar 100 orang.
Baca SelengkapnyaDi salah satu restoran Inggris, harga satu porsi tempe bisa mencapai USD20 atau sekitar Rp307.000.
Baca SelengkapnyaBerikut harga patung-patung dan ukiran kuno yang dilelang setidaknya lima tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaBerwisata ke Bali tidak dapat dilakukan setiap hari sehingga momentum ini ingin dimanfaatkan dengan baik.
Baca Selengkapnya'Toko Buku' ini menghadirkan koleksi buku-buku berkualitas dari berbagai genre dengan harga terjangkau serta diskon menarik.
Baca Selengkapnya