Bupati Dedi sebut pembakar patung seperti Dorna di dunia pewayangan
Merdeka.com - Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi belum mengetahui pelaku maupun motif perusakan dan pembakaran patung Arjuna yang berlokasi di area obyek wisata Situ Wanayas, Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Kamis (11/2) pagi. Dia menyebut pelaku seperti Dorna dalam lakon pewayangan.
"Kejadiannya lucu, hanya beberapa saat setelah saya mendapatkan anugerah budaya sebagai kepala daerah yang membangun daerah melalui kebudayaan dari PWI," kata Dedi.
Dedi menuturkan, kemungkinan pihak yang membakar patung tersebut adalah kelompok orang yang sudah memiliki riwayat permusuhan.
-
Kenapa patung itu dibakar? Tanda terbakar atau gosong pada patung itu kemungkinan pertanda bahwa patung ini merupakan salah satu dari ribuan persembahan untuk Dewa Zeus, dewa Yunani kuno.
-
Siapa yang gugur dalam pertempuran? Kabar pasti baru diterimanya dari Kapten Djajoesman, seorang anggota intel tentara di Jawa Timur yang merupakan sahabat baik Oetari. Menurut sang kapten, Soewanda memang telah gugur dalam suatu pertempuran seru yang terjadi di Klakah pada Juni 1949.
-
Bagaimana para jawara banten melawan penjajah? Luar biasanya, para jawara tersebut mampu melawan kekuatan senjata berteknologi tinggi Belanda dan Jepang hanya dengan tangan kosong. Mereka sudah terkenal kebal sejak dulu, melalui ilmu tradisional yang digunakan dengan bijak.
-
Bagaimana prajurit Hitra meninggal? 'Kami menduga dia tenggelam. Ketika dia meninggal, permukaan laut lebih tinggi kurang lebih 12 meter dari sekarang,' kata Skar.
-
Siapa yang dikeroyok di Pati? BH, pria berusia 52 tahun ini meregang nyawa dikeroyok warga. Ia bersama dua rekannya diteriaki maling saat ingin menarik mobil sewaan di Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.
-
Apa yang terjadi pada prajurit Mataram saat menyerang Batavia? Misi Sultan Agung berakhir dengan kegagalan karena ratusan prajurit Mataram tewas akibat wabah kolera yang mengganas.
"Kayaknya ada problem permusuhan, sepertinya mereka dari kelompok Astina, yang kalah dalam perang Bratayudha antara Astina dan Amarta," ujar Dedi sambil menebar senyum.
Namun Dedi memastikan, jika pihak yang melakukan perusakan bukan merupakan warga Wanayasa atau di sekitar lokasi wisata Situ Wanayasa. Karena selama ini tidak ada pihak yang mempermasalahkan keberadaan patung tersebut.
"Tidak ada problem apapun, karena patung itu sudah ada sejak tujuh tahun lalu dan itu adalah lokasi wisata. Tanya saja ke masyarakat dan pedagang di sana. Malah banyak orang yang selfie di situ," imbuh Dedi.
Saat ini kasus tersebut sudah sudah ditangani pihak Kepolisian Resor Purwakarta. Untuk melakukan penyelidikan dan mengambil langkah secara hukum.
"Semuanya diserahkan ke tugas keamanan. Karena wayang adalah aset kebudayaan Indonesia. Seperti kita tahu juga jika wayang bukan hanya digunakan sipil, tapi wayang juga menjadi lambang di kalangan aparat seperti Pasopati dengan Arjuna, dan Kepolisian dengan Kresnanya," jelas Dedi.
Sementara aksi perusakan terhadap patung di Purwakarta bukan kali pertama. Kasus serupa juga sebelumnya terjadi di tahun 2012. Saat itu sekelompok massa merusak sejumlah patung mulai dari Semar, Bima, Yudhistira serta Nakula Sadewa.
"Kalau dasarnya berbicara haram, harus konsisten. Jadi semua patung termasuk di Kepolisian dan TNI juga harus haram juga. Jadi sekali lagi mereka hanya Dorna yang kalah dalam perang," pungkas Dedi. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mitos gunung Bromo justru menjadi daya tarik tersendiri. Salah satu mitosnya ialah Gunung Bromo merupakan tempat bersemayamnya para dewa.
Baca SelengkapnyaBukit ini memiliki pertautan erat dengan sejumlah tokoh pada era Kerajaan Kadiri.
Baca SelengkapnyaArca ini merupakan salah satu bukti kesaktian Raja Kediri, Jayabaya.
Baca SelengkapnyaDesa Bedulu di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar diduga kuat merupakan salah satu desa yang menjadi pusat peradaban Bali pada masa silam.
Baca SelengkapnyaSeiring perkembangan politik kenegaraan/kekuasaan pada zaman Kerajaan Majapahit, pemerintahan di Banger mengalami perubahan.
Baca SelengkapnyaDua prajurit Pangeran Diponegoro iseng ciptakan tari dari gerakan perang, ujung-ujungnya jadi terkenal.
Baca SelengkapnyaLukisan itu menggambarkan tradisi masyarakat di Ibu Kota Mataram pada masa itu
Baca SelengkapnyaKehancuran Pakuan Pajajaran tak hanya dipicu oleh serangan Banten. Di dalam keraton, raja-rajanya sibuk berpesta pora dan tak memikirkan rakyat
Baca SelengkapnyaKesenian ini biasanya dimainkan oleh puluhan orang untuk menyindir Belanda.
Baca SelengkapnyaIa sempat ikut berperang untuk membela Kadipaten Banyumas dalam peristiwa Perang Jenar.
Baca SelengkapnyaMitos larangan menikah tak hanya berlaku pada orang Jawa dan Sunda, ternyata sesama suku Jawa pun ada yang terlarang menikah.
Baca SelengkapnyaKesenian lebon dijadikan sebagai salah satu tradisi pertarungan jawara antar kampung serta sarana untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat.
Baca Selengkapnya