Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Campur tangan asing bikin terorisme di Indonesia tumbuh subur

Campur tangan asing bikin terorisme di Indonesia tumbuh subur Mantan jihadis Indonesia. ©2015 Merdeka.com/Parwito

Merdeka.com - Kemunculan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah menarik jutaan penduduk di seluruh dunia untuk bergabung. Para anggotanya tak hanya berasal dari Timur Tengah dan Asia, tapi juga telah merambah Eropa, Amerika dan bahkan Indonesia. Organisasi teror ini telah menjelma menjadi raksasa yang setiap saat bisa menjadi ancaman bagi dunia.

Alhasil, jaringan terorisme menjadi lahan untuk mengeruk keuntungan sekaligus posisi tawar bagi yang memiliki kepentingan. Hal itulah yang terpatri dalam benak mantan jihadis atau kombatan yang sempat terlibat dalam jaringan Dr Azhari dan Noerdin M Top, Machmudi H alias Yusuf.

"Mestinya mereka ada. Mereka akan menjadi panutan kalau mereka ikut yah. Tapi kalau mereka yang tidak ikut akan tetap menjadi panutan. Artinya ada dua pilihan. Jadi kalau bisa ya tidak usah bergabung (ISIS)," ungkap Yusuf dalam seminar 'Peran Media Dalam Mencegah Radikalisme dan Terorisme' di Aula Kantor Kesbangpolinmas Provinsi Jateng di Jalan Ki Mangunsarkoro, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (4/12).

Dalam seminar, Yusuf yang merupakan kombatan jaringan Noerdin M Top dan Dr Azhari ini juga menggambarkan bagaimana peran jaringan jihadis ditunggangi dengan kepentingan-kepentingan negara-negara lain yang jauh dari Indonesia. Hal tersebut, sambungnya, dimaksudkan untuk menghindarkan konflik di negara yang banyak mengandung potensi konflik.

"Seperti yang pernah terjadi di Poso, ternyata banyak kepentingan dari negara-negara lain yang tidak mau konflik tersebut melebar ke negaranya. Oleh karena itu, banyak negara yang mau memberikan donasi ke jaringan jihad di Indonesia, biaya mujahidin itu enggak sedikit. Tak hanya itu, propaganda yang digembar-gemborkan ISIS di Indonesia bahwa mereka akan menyatukan mujahidin adalah hal yang aneh, karena caranya adalah malah memerangi kelompok mujahidin lainnya " ujar Yusuf usai acara diskusi.

Yusuf menambahkan, bahwa dirinya bergabung dengan jaringan mujahidin ketika masih berusia 22 tahun. Hal itu dia ungkapkan lantaran merasa sangat penting untuk mengetahui lebih dalam soal wacana muslim yang terjadi di luar negeri.

"Saya merasa tertarik untuk ikut usai melihat konflik dunia tentang perang Iraq lawan Amerika dan konflik perang Bosnia. Hal itu kemudian mengajak saya untuk semakin berani terjun dan mempelajari tentang jihad. Namun belakangan saya dapati banyak sekali kepentingan yang masuk ke dalam gerakan jihad yang ada di Indonesia," ujarnya.

Yusuf juga berpesan kepada anak-anak muda yang masih bingung dengan gerakan-gerakan jihad yang ada di Indonesia. Sebelum masuk lebih dalam, dapat mempelajari tentang isu-isu atau landasan ideologi satu kelompok sebelum terjerumus.

Terkait persaingan antar kelompok mujahidin, Yusuf mengatakan bahwa memang banyak sekali persaingan antar kelompok mujahidin karena perbedaan paham. Bahkan, lanjutnya, antar kelompok bisa saling serang hingga berbuntut panjang.

Bagi Yusuf, hal tersebut akan semakin mencuat ketika peran media yang sudah terbilang banyak tak dapat lagi dibendung. Yusuf beranggapan, bahwa ini akan semakin berimbas besar ketika tak dilakukan kontrol khusus.

Jurnalis senior, Hendro Basuki mengatakan bahwa peran media massa masih sangat minim untuk memberikan perspektif lain dalam memandang kasus terorisme.

"Alih-alih memberikan informasi, bisa jadi malah menakut-nakuti masyarakat," ungkap Pengurus PWI Pusat Bidang Pendidikan tersebut.

Ketua Forum Komunikasi Pencegahan Teroris (FKPT) Jawa Tengah Najahan Musyafak mengatakan, selain lewat media massa, banyak media propaganda seperti buku, website, media sosial, pengajian, diskusi, serta infiltrasi kelembagaan seperti sekolah, majelis ta'lim, dan ormas kepemudaan dan mahasiswa.

"Hal itu perlu mendapat pengawasan berupa kontra radikalisasi di kalangan masyarakat dan deradikalisasi di lingkungan simpati dan jihad. Oleh karena itu, perlu adanya peran media massa untuk memberikan informasi yang bermuatan kontra radikalisasi supaya masyarakat mendapatkan informasi tambahan tentang radikalisme dan terorisme," pungkasnya.

(mdk/tyo)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kepala BNPT Ungkap Pola Serangan Terorisme Kini Berubah, Generasi Muda jadi Sasaran
Kepala BNPT Ungkap Pola Serangan Terorisme Kini Berubah, Generasi Muda jadi Sasaran

Kepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Akademisi Ingatkan Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa, Jangan Sampai NKRI Dirusak!
Akademisi Ingatkan Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa, Jangan Sampai NKRI Dirusak!

Indonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.

Baca Selengkapnya
Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa Ingin Benturkan Masyarakat
Bahaya Kelompok Pemecah Belah Bangsa Ingin Benturkan Masyarakat

Setiap individu selayaknya bisa menjadi sosok yang menyebarkan kebaikan dan menjaga harmonisasi.

Baca Selengkapnya
Kasus Terduga Teroris Karyawan BUMN, Waspadai Jaringan Sosial untuk Cegah Radikalisme
Kasus Terduga Teroris Karyawan BUMN, Waspadai Jaringan Sosial untuk Cegah Radikalisme

Noor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat.

Baca Selengkapnya
BNPT Bongkar Pola Serangan Terorisme di Indonesia, Lewat Gerakan Bawah Tanah Secara Sistematis
BNPT Bongkar Pola Serangan Terorisme di Indonesia, Lewat Gerakan Bawah Tanah Secara Sistematis

Hal tersebut disampaikan Rycko usai mengikuti peringatan tragedi kemanusiaan Bom Bali di Ground Zero atau Tugu Peringatan Bom Bali.

Baca Selengkapnya
Waspadai Kelompok Tebar Narasi Kebencian buat Ciptakan Kegaduhan di Tanah Air
Waspadai Kelompok Tebar Narasi Kebencian buat Ciptakan Kegaduhan di Tanah Air

Pentingnya menghormati kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial dalam menjaga kehidupan plural di Indonesia

Baca Selengkapnya
Waspadai Gerakan Kelompok Terlarang, Buat Kegiatan Tarik Generasi Muda
Waspadai Gerakan Kelompok Terlarang, Buat Kegiatan Tarik Generasi Muda

Masyarakat dan Pemerintah diharapkan memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap gerakan kelompok terlarang.

Baca Selengkapnya
Polisi Tangkap 8 Terduga Teroris Jaringan NII, Ada yang Berperan Siapkan Pasukan Militer
Polisi Tangkap 8 Terduga Teroris Jaringan NII, Ada yang Berperan Siapkan Pasukan Militer

Sebagian besar dari mereka ditangkap di daerah Sumatera Barat (Sumbar).

Baca Selengkapnya
Peran 3 Terduga Teroris Ditangkap di Jateng, Rencanakan Aksi Teror hingga Provokasi di Media Sosial
Peran 3 Terduga Teroris Ditangkap di Jateng, Rencanakan Aksi Teror hingga Provokasi di Media Sosial

Ketiga terduga pelaku teroris merupakan jaringan Anshor Daulah yang beroperasi di Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya
Kapolri Jenderal Sigit Bicara Bahaya Narkoterorisme: Begitu Ada Teman Ubah Kebiasaan, Tolong Ikuti
Kapolri Jenderal Sigit Bicara Bahaya Narkoterorisme: Begitu Ada Teman Ubah Kebiasaan, Tolong Ikuti

Jenderal Sigit mengatakan saat ini gerakan terorisme menjadi lebih berbahaya karena bergabung dengan jaringan narkoba atau narkotika.

Baca Selengkapnya
BPIP: Sikap Intoleransi Akar Masalah Radikalisme dan Terorisme
BPIP: Sikap Intoleransi Akar Masalah Radikalisme dan Terorisme

Pancasila menjadi penting dibumikan khususnya bagi para generasi muda guna mencegah intoleransi

Baca Selengkapnya
Sebutkan Ciri Khas Rakyat Indonesia, Majemuk dan Kaya Tradisi
Sebutkan Ciri Khas Rakyat Indonesia, Majemuk dan Kaya Tradisi

Indonesia adalah negara dengan keragaman yang majemuk.

Baca Selengkapnya