Cara aman kenalan di facebook agar tak jadi korban perkosaan
Merdeka.com - Berulang kali kejahatan terjadi setelah korban dan pelaku berkenalan di facebook. Awalnya memang manis, komunikasi berjalan lancar sampai akhirnya kedua pihak sepakat untuk bertemu. Selanjutnya, tentu tidak diharapkan.
Seorang siswi SMK di Jakarta Timur, NR (15) diperkosa oleh pria yang dikenalnya via dunia maya. Tak tanggung-tanggung, aksi bejat itu diduga melibatkan 14 orang pemuda.
Kepolisan Resort (Polres) Jakarta Timur telah mengamankan 14 orang yang diduga melakukan kekerasan seksual terhadap NR. Enam orang dinyatakan sebagai terperiksa, sedangkan delapan orang lainnya masih berstatus saksi.
-
Kenapa anak mudah kecanduan media sosial? Anak-anak cenderung lebih mudah terjebak dalam kecanduan media sosial karena otak mereka sangat responsif terhadap kenyamanan yang ditimbulkan oleh dopamin.
-
Apa saja bahaya media sosial untuk anak? Belum lagi prevalensi cyberbullying, diskriminasi, ujaran kebencian, dan postingan yang mempromosikan tindakan menyakiti diri sendiri yang dapat berinteraksi secara teratur dengan remaja, menurut APA.
-
Kenapa media sosial berbahaya untuk otak anak? Otak anak-anak memiliki fungsi yang berbeda, dan dapat menjadi rentan selama fase perkembangan remaja. Kurang tidur bisa lebih berbahaya bagi remaja daripada orang dewasa, misalnya.
-
Siapa yang bilang media sosial berbahaya bagi anak? Seorang Ahli Bedah Umum asal Amerika Serikat (AS) Vivek Murphy mengatakan bahwa media sosial menghadirkan risiko besar bagi kesehatan mental remaja.
-
Gimana TikTok bikin anak ketagihan? 'Temuan ini mengungkap praktik desain TikTok yang manipulatif dan membuat ketagihan, yang dirancang untuk membuat pengguna tetap terlibat selama mungkin. Hal ini juga menunjukkan bahwa sistem pemberi rekomendasi konten algoritmik pada platform tersebut, yang dianggap memungkinkan berkembangnya platform ini secara global, membuat anak-anak dan orang dewasa muda yang memiliki tantangan kesehatan mental menghadapi risiko bahaya yang serius,' kata Dittmer dalam penelitian yang dikutip Merdeka.com, Rabu (8/11).
-
Apa dampak negatif media sosial untuk anak? Seringkali, anak-anak tidak menyadari risiko yang mengancam akibat penggunaan media sosial yang berlebihan.
Di hadapan mertua, AD akui berkali-kali perkosa anak tirinya
5 Kasus kriminalitas yang terjadi di angkot
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengatakan, modus seperti itu memang bukan hal baru, terlebih saat ini teknologi sudah semakin berkembang. Untuk itu, Rikwanto menyarankan agar para wanita tak mudah diajak bertemu dengan pria yang baru dikenalnya.
"Jangan mudah percaya atau tertarik, apalagi sampai menghilangkan kesadaran penuh. Artinya diajak kemana lalu nurut saja, takut terpengaruh dengan bahasa-bahasa yang diisyaratkan untuk menjerumuskan," katanya.
Selain itu, Rikwanto juga menyarankan peran serta orangtua untuk memantau pergaulan si anak baik di sekolah, maupun di luar sekolah. Kegemaran anak berselancar di dunia maya juga harus diperhatikan.
"Itu pantauan orangtua saja, di warnet harus diawasi. Di warnet itu siapa saja yang bergaul," saran Rikwanto.
Menurut Rikwanto, pembelajaran juga perlu diberikan kepada para wanita utamanya yang masih masuk kategori anak baru gede (ABG). Bujuk rayu dengan kata-kata manis, kata Rikwanto, jangan ditanggapi secara berlebihan.
"Si anak harus paham dunia-dunia maya yang serba membius, terlalu menarik untuk ditinggalkan, akhirnya hanyut," tuturnya.
Kasus-kasus seperti itu menurut Rikwanto, memang memiliki tingkat kesulitan untuk diungkap. Tetapi, dia menjamin setiap kejahatan dengan penyelidikan yang komprehensif akan terbongkar.
"Tidak ada kejahatan yang sempurna, pasti meninggalkan jejak. Jejak elektroniknya pasti tertinggal. Kalau yang ada bukti, kejadian peristiwa kemungkinan keungkap," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Miris, seorang bocah SD di Situbondo mengaku ikut-ikutan tren viral media sosial dengan menyakiti diri sendiri.
Baca SelengkapnyaPenelitian dari Amnesty Internasional menunjukkan bahaya dari konten TikTok, terutama untuk anak-anak dan remaja.
Baca SelengkapnyaAtas perbuatannya ini, ia kini harus meringkuk di tahanan meski sempat tak mengakui perbuatannya.
Baca SelengkapnyaRuang digital harus diisi dengan konten-konten yang positif dan karya yang baik.
Baca SelengkapnyaKondisi tersebut memunculkan ancaman baru di dunia digital berupa kekerasan digital berbasis gender.
Baca SelengkapnyaRemaja putri di Garut tertekan dengan teror pacar virtual yang sama sekali belum pernah bertemu muka dengannya. Dia bahkan sampai nekat mencoba bunuh diri.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Komisi I DPR-RI Teuku Riefky Harsya menekankan pentingnya literasi digital.
Baca SelengkapnyaPenggunaan media sosial secara teratur dapat mengubah perkembangan otak anak-anak secara berbahaya, bahkan anak-anak di usia 13 tahun.
Baca SelengkapnyaKunci utama dalam melindungi anak di era digital adalah membangun lingkungan yang aman dan protektif, terutama dari orang tua dan keluarga.
Baca SelengkapnyaBerpikir kiritis dan logis mutlak dalam mencerna dan menyimpulkan konten yang tersebar luas di media sosial.
Baca SelengkapnyaMeta menghadirkan parental supervision melalui Family Center, yang memungkinkan orang tua memantau aktivitas anak mereka.
Baca Selengkapnya