Cari Udara Segar, Warga Palangka Raya Pergi ke Luar Kalteng
Merdeka.com - Dua bulan terakhir, warga Palangka Raya, di Kalimantan Tengah, dikepung kabut asap akibat Karhutla. Sebagian warga memilih keluar Kalimantan Tengah sementara waktu. Tujuannya mencari udara segar. Namun hari ini, pekatnya kabut asap perlahan mulai menipis.
Eksodusnya warga Palangka Raya, dimulai sejak diliburkannya aktivitas belajar mengajar sejak pekan pertama September 2019, untuk jenjang SMA/SMK dan SLB, di kabupaten dan kota yang berselimut kabut asap.
"Teman-teman di kantor, bagi yang punya uang lebih, pergi ke luar Kalteng mengungsikan anak istrinya, cari udara segar," kata Anang (40), warga Palangka Raya, kepada merdeka.com, Minggu (22/9) sore.
-
Siapa yang terdampak kabut asap? Dampak kabut asap dapat memperburuk kondisi penderita asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
-
Dimana saja kabut asap terjadi? Biasanya, kejadian ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Apa dampak kabut asap ke paru-paru? Sebuah penelitian menunjukkan bahwa efek kabut asap dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit paru-paru, seperti infeksi saluran pernapasan dan emfisema.
-
Kenapa penduduk kampung mati petir meninggalkan kampung tersebut? Saat itu habis maghrib anak saya mainan marmut tiba-tiba didatangi sosok orang memakai blangkon. Orang itu kakinya tidak menapak di tanah. Orang itu mengajak anak saya keliling-keliling. Tiba-tiba saja dia terbang dan berubah wujud menjadi Mak Lampir,' kata Pak Priyono.
-
Apa dampak kabut asap bagi kesehatan? Partikel dan gas polutan yang terhirup telah lama dihubungkan dengan dampak negatif pada kesehatan serta berbagai penyakit dan gangguan. Paparan yang berlangsung dalam waktu singkat dapat memperburuk kondisi akut, seperti asma dan infeksi pernapasan lainnya, serta mengganggu fungsi paru-paru.
Ada dua jalan warga Palangka Raya mengungsi keluar Kalteng menggunakan pesawat udara. Melalui Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya, atau ke Bandara Iskandar di Pangkalan Bun sekitar 8-9 jam dari Palangka Raya.
"Atau lewat bandara di Banjarbaru di Kalimantan Selatan. Kalau lewat Tjilik Riwut di Palangka Raya kan tempo hari sempat buka tutup karena kabut asap. Jadi, ada yang bisa terbang ke luar, ke Jawa. Kalau saya pun, misal punya uang lebih saja, pasti ungsikan anak dan istri saya ke Yogyakarta," ujar Anang.
Warga Palangka Raya lainnya, Menteng (38) menerangkan, kabut asap hari ini mulai berkurang meski tidak signifikan. Dia menduga imbas hujan buatan pada Jumat (20/9) sore. Hari itu, sekitar 45 menit hujan turun. Warga bersyukur.
"Sekarang, cuaca panas terik lagi, pastinya masih kabut asap. Meski demikian, kami sebagai warga berharap supaya upaya pemadaman Karhutla terus dilakukan, dan modifikasi cuaca untuk hujan buatan terus dijalankan supaya udara Kalteng, khususnya di Palangka Raya kembali segar," ucap Menteng.
Sore hari ini di kota Palangka Raya, Air Quality Indeks (AQI) pada pukul 16.00 WIB waktu kota Palangka Raya, mencapai angka 474. Angka itu menunjukkan, kualitas udara di ibu kota provinsi itu masih berkategori Hazardous alias berbahaya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Asap tebal karhutla ini membuat warga keculitan bernapas dan menyebabkan mata perih.
Baca SelengkapnyaAnak-anak dan lanjut usia merupakan kelompok terbanyak sebagai penderita ISPA akibat kabut asap.
Baca SelengkapnyaTiba-tiba jarak pandang berkurang diduga akibat pengaruh angin yang membawa asap di sekitar bandara.
Baca SelengkapnyaPara nelayan khawatir terjadi tabrakan dan tersesat karena kabut asap membuat jarak pandang sangat pendek.
Baca SelengkapnyaSaat ini kondisi langit di Pekanbaru yang awalnya disebut tidak sehat, kini sudah biru dan status udara dinyatakan sehat.
Baca SelengkapnyaKebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan terus meluas. Akibatnya, udara di Palembang memasuki kategori tak sehat.
Baca SelengkapnyaWarga di berbagai daerah terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.
Baca SelengkapnyaTPAS Pasirbajing, Garut, terbakar sejak beberapa hari terakhir. Warga pun memblokade lokasi itu sehingga pengangkutan sampah dari perkotaan pun terlambat.
Baca SelengkapnyaHal ini dampak asap dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaTotal sudah 32.496 hektare lahan yang terbakar sepanjang Januari hingga September 2023.
Baca SelengkapnyaKebakaran di sekitar pesantren diperkirakan 20 hektare bahkan hampir menjalar ke gedung untuk bisa dipadamkan.
Baca SelengkapnyaKebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai marak terjadi di Sumatera Selatan bersamaan dengan datangnya puncak musim kemarau.
Baca Selengkapnya