Cegah buku berkonten negatif, KPAI usul pemerintah bentuk Badan Perbukuan Nasional
Merdeka.com - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pihak terkait menarik buku yang ditulis oleh Intan Noviana yang diterbitkan oleh Pustaka Widyatama. Sebab, salah satu isi buku pelajaran itu diduga mengkampanyekan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT).
Buku yang dikritisi KPAI itu berjudul 'Balita Langsung Lancar Membaca' yang memuat kata kata 'Opa bisa jadi waria, Fafa merasa dia wanita, dan ada waria suka wanita'.
"LBGT itu adalah sesuatu yang tidak tepat bahwa ada variasi-variasi riset tentang itu sebenarnya silakan, tapi kami berprinsip bahwa ini tidak senapas dengan prinsip keindonesiaan," kata Ketua KPAI Susanto saat jumpa pers di kantor KPAI, Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/12).
-
Kenapa buku penting untuk anak-anak? Keberadaan buku sangat penting dalam tumbuh kembang generasi bangsa. Anak-anak mulai melupakan bacaan yang menarik, karena asyik dengan gawainya. “Ibu atau ayah mendampingi anak-anak mereka untuk kenalkan literasi. Penelitian membuktikan usia 0-5 tahun pada anak, perkembangannya dikontrol melalui buku bacaan,“ ujar Agus.
-
Bagaimana komunitas ini mengenalkan buku ke anak-anak? Gambar: Liputan6 Sehari-hari mereka berkeliling dari taman ke taman sembari membawa buku agar anak-anak yang bermain bisa pelan-pelan mengenal bahan bacaan yang disukainya.
-
Bagaimana cara mengenalkan buku pada anak? Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk memperkenalkan buku pada anak: Pilih Buku yang Sesuai dengan Usia Bacakan Buku Bersama Jadikan Buku Sebagai Hadiah Ciptakan Ruangan Baca yang Nyaman Libatkan Anak dalam Memilih Buku Diskusikan Isi Buku Jadikan Membaca Sebagai Kegiatan Rutin Gunakan Teknologi Jadi Teladan yang Baik
-
Bagaimana mengenalkan buku pada anak? Anda dapat mulai dengan membacakan buku kepada anak selama 10-15 menit setiap hari, misalnya sebelum tidur atau setelah makan.
-
Kenapa membaca buku bermanfaat untuk anak? Mengajak anak-anak untuk membaca sejak usia dini memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan mereka, terutama dalam hal struktur otak, kesehatan mental, dan perilaku yang lebih baik.
-
Bagaimana perpustakaan menarik minat anak? “Kami harus menyenangkan anak-anak saat main di perpustakaan. Di sinilah peran dari pustakawan Perpusnas membantu bagaimana bisa bermain sambil membaca. Karena dunia anak tak bisa lepas dari bermain,“ katanya lagi.
Untuk mencegah hal itu terulang, Susanto meminta pemerintah segera membentuk Badan Perbukuan Nasional untuk memfilter isi buku yang diterbitkan. Dirinya ingin buku yang beredar di Indonesia mengandung unsur yang baik, khususnya buku yang menyasar anak usia dini.
"Kita ingin mendorong bahwa butuh badan perbukuan nasional, agar buku yang diterbitkan semangatnya sesuai dengan nilai-nilai keadaban dan regulasi di Indonesia," ucap Susanto.
Dia menambahkan, dari sisi bahasa juga harus senapas dengan fase-fase perkembangan anak. Sebab, contohnya, anak sekolah kelas 1 dengan kelas 5 pilihan katanya juga berbeda. Juga buku tersebut tak bermuatan pornografi, radikalisasi, bullying, dan muatan pembodohan.
"Karena banyak juga kan iklan-iklan yang bermuatan seperti itu, terakhir tentu buku ini harus menjadi panduan dan stimulasi buat perkembangan anak dan ini adalah hal yang prinsip," tutur Susanto.
Dalam hal ini, KPAI juga mendorong IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) untuk ikut menegur para penerbit yang menjadi anggota, ketika buku terbitnya terindikasi mengandung unsur kekerasan, pornografi dan radikalisasi. Tambah Susanto, dia meminta anggota IKAPI diberikan sanksi bila terlibat dalam penerbitan buku yang isinya tak sesuai dengan nilai nilai keadaban di Indonesia.
"jika diperlukan kami juga akan mengundang berkoordinasi dengan IKAPI ada semacam koridor baru terkait buku-buku seperti ini siapa pun penerbit nya. Terutama anggota IKAPI harus diberikan punishment," papar Susanto.
(mdk/rzk)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari monitoring tersebut kemudian akan menjadi catatan dan evaluasi BPIP.
Baca SelengkapnyaKomdigi juga menerapkan berbagai strategi untuk menjaga ruang digital dari konten negatif.
Baca SelengkapnyaDengan tagline “Ibuku Perpustakaan Pertamaku”. Artinya orang tua punya peran penting di rumah, sebelum sosialisasi keluar rumah.
Baca SelengkapnyaAturan itu menjadi perpanjangan dari Undang-Undang nomor Nomor 1 Tahun 2024.
Baca SelengkapnyaKPAI memiliki fokus utama untuk memastikan terselenggaranya perlindungan anak di ranah daring
Baca SelengkapnyaPancasila sebagai muatan wajib dalam kurikulum pada setiap jenjang pendikan dan diatur dalam Undang-Undang.
Baca SelengkapnyaMPLS juga bertujuan untuk mengenali potensi diri siswa baru, membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya.
Baca SelengkapnyaKB Bukopin sangat senang dan bangga bisa menjadi bagian penting dari pembangunan Perpustakaan Multikultural.
Baca SelengkapnyaPendidikan seksual harus diterapkan sebagai langkah awal untuk memberikan pemahaman dasar pada anak
Baca SelengkapnyaATVSI meminta pemerintah segera mengubah regulasi pada undang-undang yang sudah dianggap tidak relevan dengan kondisi saat ini.
Baca SelengkapnyaAnak-anak harus dilindungi dari ancaman intoleransi, radikalisme dan terorisme
Baca SelengkapnyaKeluarga merupakan pondasi awal untuk meningkatkan budaya literasi di era digital.
Baca Selengkapnya