Cerita 2 Nelayan Kakak Adik Selamat Dari Tsunami Banten karena Jeriken Plastik
Merdeka.com - Gelombang tsunami Selat Sunda tidak hanya menghancurkan fasilitas perhotelan di kawasan wisata Kabupaten Serang dan Pandeglang, tapi juga merusak pemukiman dan perahu-perahu nelayan. Warga nelayan berharap pemerintah membantu memperbaiki rumah agar nelayan bisa hidup layak serta perbaikan perahu untuk mencari nafkah.
Harapan ini diutarakan Jumadi dan Yasin, dua orang nelayan warga Kampung Sawah, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang. Dua saudara kandung yang masih membujang ini menceritakan peristiwa memilukan yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam itu.
Ketika bencana tsunami terjadi, Yasin (50) dan Jumadi (52) masih berada di lautan dalam perjalanan pulang usai menjala ikan. Tidak seperti biasa, Yasin dan Jumadi mengaku perahunya dipenuhi ikan. Harapannya, ikan hasil tangkapannya itu bisa menghasilkan uang banyak.
-
Kenapa nelayan Kebumen tenggelam? Saat itu korban bersama rekannya, Parwono (42), hendak berangkat dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasir menuju ke tengah laut menggunakan “perahu katir“ untuk menangkap ikan. Namun dalam perjalanan perahu tersebut dihantam gelombang hingga terbalik. Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang.
-
Apa yang membuat nelayan Kebumen tenggelam? Namun dalam perjalanan perahu tersebut dihantam gelombang hingga terbalik. Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang.
-
Bagaimana warga Pesisir Selatan terdampak banjir dan longsor? 'Warga sudah kembali ke rumah mereka, namun terkendala air bersih. Untuk bantuan cukup banyak, hari ini juga akan kita distribusikan kepada warga,' tuturnya.
-
Siapa yang terdampak banjir dan longsor di Pesisir Selatan? Data sementara hingga Senin (11/3), 21.000 keluarga (KK) terdampak dengan kerusakan rumah, fasilitas umum, lahan pertanian dan peternakan, yang ditimbulkan bencana itu.
-
Bagaimana tsunami itu terjadi? Pemicu awalnya terjadi ketika suhu yang menghangat menyebabkan lidah gletser yang menipis runtuh, demikian temuan para peneliti. Kondisi itu mengguncang lereng gunung yang curam, menyebabkan longsoran batu dan es menghantam Dickson Fjord di Greenland.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
"Saya tidak tahu kalau itu adalah tsunami. Saya hanya berpikir itu adalah gelombang pasang yang terjadi setiap tahun," kata Yasin (50) ditemui di posko pengungsian Labuan.
Yasin baru menyadari setelah perahunya terbalik dan bersama kakaknya ikut terseret gelombang tsunami yang kedua. Ikan hasil tangkapan dalam perahu juga lenyap ditelan gelombang tsunami. Beruntung, dua bersaudara ini berhasil selamat setelah mendapatkan jeriken plastik bekas bahan bakar.
"Waktu gelombang tsunami reda, air laut di daratan masih setinggi leher orang dewasa. Saya melihat seluruh bangunan hancur," kata Yasin.
Dalam keadaan siku tangan kanan terluka akibat benturan Yasin dan Jumadi berusaha pulang ke rumahnya, namun didapati rumahnya ikut rusak. Bersama warga lainnya kedua korban ini akhirnya mengikuti warga lainnya mengungsi ke lokasi penampungan.
"Kami berdua sudah tidak bisa melaut lagi, perahu sudah hancur dan mesin kapalpun ikut hilang," kata dia.
Saat ini keduanya hanya bisa pasrah. Mereka berharap agar pemerintah memberi perhatian penuh kepada nelayan sepertinya untuk memperbaiki rumah dan membelikan perahu dan mesin yang terkena tsunami agar dapat kembali melaut.
"Kami berdua sudah tidak punya apa-apa lagi. Yang tersisa hanya selembar uang Rp 50 ribu. Jadi kami butuh perhatian pemerintah agar bisa melaut lagi," harapnya.
Sebagaimana diketahui, tanggal 22 Desember 2018, wilayah pesisir barat Provinsi Banten diterjang tsunami Selat Sunda. Bencana tersebut menerjang wilayah Kecamatan Anyer dan Cinangka di Kabupaten Serang serta Kecamatan Carita, Labuan, Panimbang, Sukaresmi, Cigeulis, Cibaliung, dan Sumur di Kabupaten Pandeglang.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
200 Rumah nelayan yang tadinya kumuh ini kini diubah menjadi rumah apung modern.
Baca SelengkapnyaMenjadi nelayan merupakan sebuah profesi yang memiliki resiko., tidak jarang harus berjumpa dengan badai di tengah laut.
Baca SelengkapnyaAir laut yang terus meninggi diduga merupakan dampak dari pembangunan.
Baca SelengkapnyaTidak ada lagi jalan setapak menuju desa. Semua tenggelam dalam rob.
Baca SelengkapnyaProyek reklamasi di teluk Jakarta berdampak pada banyak hal, salah satunya membuat hidup nelayan Muara Angke semakin susah. Berikut potretnya:
Baca SelengkapnyaMomen kru kapal evakuasi enam nelayan yang terombang-ambing di lautan karena kapalnya tenggelam ini bikin warganet terharu.
Baca SelengkapnyaTumpukan kerang, aroma anyir, dan suara mesin kapal menyambut pengunjung yang datang ke Kampung Empang, Kawasan Muara Angke, Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaDiterjang Banjir, Objek Wisata Telukawur Jepara Rusak
Baca SelengkapnyaProses evakuasi nelayan dari dermaga yang berada di Kecamatan Tegalbuleud ini membutuhkan waktu yang cukup lama yakni dari pagi dan baru selesai sore.
Baca SelengkapnyaKurangnya penanganan sampah secara maksimal, ditambah dengan pencemaran limbah yang membuat air laut semakin hitam telah merugikan para nelayan.
Baca SelengkapnyaPotret kehidupan nelayan di tengah laut saat mencari ikan. Terombang-ambing saat hujan badai.
Baca Selengkapnya