Cerita AKBP Untung, tak bercumbu sama istri dan kaki di liang lahat
Merdeka.com - Anggota Polair AKBP Untung Sangaji menjadi saksi teror mengerikan di Starbucks dan Pospol Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1). Secara kebetulan dia bersama beberapa rekannya salah satunya Kombes Pol Urip Widodo, dan Ipda Tamat Suryani berada di coffee shop sisi kiri Gedung Sarinah.
Beranjak dari kursinya, Untung melihat suasana sekitar Sarinah kacau. Orang berlarian sambil berteriak. Dia mengajak beberapa orang membantu proses evakuasi. Saat itu kembali terdengar ledakan tepat dari depan Starbucks.
"Saya pun mengeluarkan pistol dan mendekat ke arah itu. Saya kemudian melihat pelaku megang senjata dan melempar bom ke bawah mobil Karo Ops Polda Metro Jaya," terangnya.
-
Bagaimana pelaku bom bunuh diri menyerang? Pelaku menggunakan rompi berisi bahan peledak. Mengutip Al Jazeera, setidaknya 70 orang tewas dan lebih dari 300 orang lainnya terluka. Korban tewas didmoinasi oleh wanita dan anak-anak.
-
Senjata apa yang digunakan pelaku? Terkait dengan senjata api yang dibawa pengemudi mobil tersebut, Kompol Margono mengatakan bahwa senjata yang digunakan pelaku diduga hanya senjata mainan.
-
Apa yang ditembak? Tiga pemuda yang menjadi korban penembakan yakni RS, DS dan YL.
-
Bagaimana cara pelaku melancarkan aksinya? Untuk memuluskan aksinya, NUG, HS, dan DK melakukan panggilan darurat ke Mako Damkar Induk Sleman.
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
-
Dimana bom itu diyakini berada? Hal ini diduga karena nuklir ini berada di sebuah pantai lepas di pulau Tybee, Georgia, sebab selama beberapa waktu di daerah ini tercatat memiliki tingkat radioaktif yang tinggi.
Di layar kaca terlihat Untung beraksi menembak kaki dan lengan pelaku yang masih memegang beberapa bom. Sebanyak tiga magasin peluru dihabiskan saat melumpuhkan dua pelaku teror yang bersembunyi di balik mobil yang diparkir di depan Starbucks.
Di beberapa kesempatan Untung menceritakan seputar aksinya melumpuhkan para teroris, cerita soal kehidupan pribadi seorang polisi, hingga filosofi senjata yang dimilikinya. Merdeka.com mencatatnya, berikut kisah yang diutarakan Untung.
Tak bercumbu dengan istri
Tugas utama sebagai polisi melindungi dan memberi keamanan bagi masyarakat. AKBP Untung Sangaji harus menomorduakan kehidupan pribadi.
"7x24 jam saya siap menjaga masyarakat walaupun saya harus jarang bercumbu dengan istri saya," kata Untung di Gedung Humas Polri, Jakarta, Senin (18/1).
Sebelah kaki sudah di liang lahat
Dalam beberapa kesempatan AKBP Untung Sangaji secara tegas menyatakan perang terhadap terorisme. Bahkan dia mengaku tidak takut ancaman-ancaman dari pelaku teror.
"Kita polisi tidak takut. Saya polisi sudah menganggap kaki di sebelah sudah di kuburan," kata Untung di Gedung Humas Polri, Jakarta, Senin (18/1).
Pesan khusus Untung untuk teroris
AKBP Untung mengaku tidak akan pernah mundur melawan aksi teror di tanah air. Dia punya pesan khusus bagi orang-orang yang berniat menebar teror. "Bilang sama mereka (para teroris) saya tidak takut," tegasnya.
Untung memilih jalan hidup sebagai polisi. Dia menyadari risiko pekerjaan sebagai polisi yang bisa kehilangan nyawa saat bertugas. "Saya memilih sendiri mati daripada mati ribuan," ucapnya.
Dimarahi istri dan anak saat lumpuhkan teroris
Sebagai seorang polisi, anggota Polair AKBP Untung Sangaji sudah biasa menghadapi bahaya. Bahkan jika diibaratkan, salah satu kakinya sudah menapak di liang kubur.
Tugasnya yang kerap bersinggungan dengan maut kerap dikeluhkan oleh keluarga, baik anak maupun istri. Bahkan tidak jarang, dirinya kerap dicaci maki keluarganya.
"Anak istri saya maki-maki saya kalau mati gimana. Saya Untung Mam, saya milik masyarakat," ujarnya dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (16/1).
Tengkorak di pistol Untung
Dalam diskusi di Warung Daun pekan lalu, AKBP Untung Sangaji sempat memperlihatkan senjata api yang digunakan untuk melumpuhkan dua pelaku teror. Senpi itu berjenis FN berwarna perak, dan di gagangnya terdapat emblem tengkorak.
"Di sebelah kiri ini ada logo tengkorak. Tengkorak ini artinya berbuat baiklah sebelum mati. Yang di sini ada pencabut nyawa, yang artinya jangan ragu-ragu menghantam yang jahat," ungkap dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (16/1). (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Untung dalam kondisi terikat dan berlumuran darah usai dibacok Eko.
Baca SelengkapnyaJarak rumah dinas Kapolres dengan Mapolres Solok Selatan berkisar 20-25 meter.
Baca SelengkapnyaAKP Ryanto Ulil Anshar ditembak di parkiran Mapolres Solok Selatan pada Jumat (22/11) dini hari.
Baca SelengkapnyaKabag Ops Polres Solok Selatan AKP Dadang Iskandar, menyerahkan diri usai menembak rekannya sendiri, Kasat Reskrim AKP Ulil Riyanto Anshari.
Baca SelengkapnyaKabid Humas Polda Sumbar, Kombes Dwi Sulistyawan menegaskan kondisi AKP Dadang tidak terbukti mengalami gangguan jiwa
Baca Selengkapnya