Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cerita Ali Sadikin mengaku tertipu Ibnu Sutowo soal tanah Hilton

Cerita Ali Sadikin mengaku tertipu Ibnu Sutowo soal tanah Hilton Hotel Sultan Jakarta. ©blogspot.com

Merdeka.com - Indonesia mengenal Ibnu Sutowo lewat sepak terjangnya saat membawa Pertamina. Laporan majalah TIME yang sangat populer ketika itu, Soeharto Inc, terbit 1999 menulis tersendiri soal Ibnu Sutowo. Menurut TIME, dalam dekade pertama kekuasaannya, Soeharto melalui Ibnu Sutowo menjadikan Pertamina seakan-akan milik pribadinya.

Nama keluarga Sutowo belakangan mencuat ketika rumah bungsu Ibnu Sutowo, Adiguna Sutowo dilabrak wanita cantik. Mobil-mobil mewah yang berbaris di rumah Adiguna Sutowo pun ringsek.

Cerita kemewahan memang lekat dengan keluarga Ibnu Sutowo. Salah satu cerita legendaris adalah penguasaan keluarga tersebut atas Hotel Hilton di tanah milik negara yang berada di kompleks Gelora Bung Karno. Penguasaan yang membuat mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin , merasa tertipu.

Ceritanya, ketika Hotel Hilton di wilayah Senayan, Jakarta didirikan, Gubernur Ali Sadikin yang memberi izin menduga bahwa hotel bintang lima itu milik Pertamina. Ternyata kemudian itu milik keluarga Ibnu Sutowo.

Mantan Gubernur DKI Jakarta periode 1966-1977, Ali Sadikin , dalam keterangannya pada sidang dugaan korupsi perpanjangan Hak Guna Bangunan (HGB) Hotel Hilton, mengaku merasa tertipu oleh PT Indobuildco.

Dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Ali Sadikin mengatakan, saat ia memberi izin kepada PT Indobuildco pada 1971 untuk membangun Hotel Hilton dan menggunakan lahan negara, dia mengetahui bahwa PT Indobuildco adalah anak perusahaan Pertamina.

"Tapi ternyata kemudian terbukti, PT Indobuildco itu milik pribadi, milik keluarga, bukan anak perusahaan Pertamina. Saya marah, saya merasa tertipu. Semua orang berpikir Indobuildco itu Pertamina, tetapi ternyata milik perorangan," ujarnya di depan persidangan.

Ali Sadikin kemudian menceritakan sejarah pembangunan Hotel Hilton untuk menampung sekitar 3.000 tamu peserta konferensi Asia Pasifik yang diselenggarakan di Jakarta.

"Waktu itu, hotel di Jakarta baru ada Hotel Indonesia, itu pun hanya cukup menampung beberapa ratus. Itu jadi pikiran saya, di mana harus menampung 3.000 tamu," ujarnya.

Ali Sadikin menuturkan, kemudian ia mendatangi Direktur Utama Pertamina saat itu, Ibnu Sutowo, untuk meminta agar Pertamina melalui anak perusahaannya membangun sebuah hotel guna kepentingan acara konferensi Asia Pasifik.

"Saya tahu Pertamina punya anak-anak perusahaan. Saya datangi Pertamina, karena saat itu Pertamina adalah perusahaan besar yang punya banyak modal, tidak seperti sekarang," tuturnya.

Pada pertemuan dengan Ibnu Sutowo itu, Ali Sadikin mengatakan, ia pun menegaskan tidak akan menyerahkan izin pembangunan hotel itu kepada perusahaan swasta karena lahan tempat dibangunnya hotel tersebut adalah milik negara.

Ali Sadikin menuturkan, baru pada 1976, setelah ia melakukan pengecekan kepada JB Sumarlin selaku Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX selaku Wakil Presiden saat itu, ia mengetahui bahwa PT Indobuildco bukanlah anak perusahaan Pertamina.

"Dalam surat Sumarlin dan Sri Sultan jelas dikatakan bahwa PT Indobuildco bukanlah anak perusahaan Pertamina. Kalau dulu Ibnu mengatakan Pertamina tidak memiliki modal untuk membangun hotel, mungkin tidak akan saya bolehkan Indobuildco untuk membangun hotel," tuturnya.

Namun, Ali Sadikin mengatakan, setelah ia mengetahui bahwa PT Indobuildco adalah milik keluarga Sutowo pada 1976, ia tidak berusaha untuk membatalkan atau mencabut rekomendasi izin penggunaan lahan untuk membangun Hotel Hilton.

"Saya menyerahkan persoalan itu kepada pemerintah pusat, menjadi beban negara. Seharusnya Sri Sultan dan Sumarlin yang menyelesaikan itu," katanya.

Di depan majelis hakim, Ali Sadikin juga menambahkan, bahwa ada permainan di tingkat pemerintah pusat dalam masalah Hotel Hilton.

Setelah melalui perjalanan hukum yang panjang, Hotel Hilton akhirnya menjadi milik negara. "100 persen milik negara," ujar Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi, beberapa waktu lalu.

Dengan bangga, Sudi mengatakan status tanah Hotel Sultan kini sudah kembali ke pangkuan pemerintah setelah melalui proses pengadilan selama puluhan tahun. Tanah yang berada satu kompleks dengan Gelora Bung Karno ini berhasil direbut kembali melalui keputusan Mahkamah Agung.

"Asetnya negara, sekarang baru kita menangkan 2012, setelah berpuluh-puluh tahun kita kalah terus. Ini aset negara kok bisa jatuh ke tangan swasta," ungkap Sudi kepada wartawan.

Dengan kemenangan melalui proses hukum Peninjauan Kembali (PK), pihak pengelola hotel memiliki kewajiban untuk membayar kepada negara. "Kita menang dan kita pelajari apa yang menyebabkan beralih ke swasta. Kita PK dan menang. Mereka bayar royalti dan setor ke negara," tandasnya. Kini, Hotel Hilton yang sudah milik negara namanya menjadi Hotel Sultan.

Baca juga:

Hoegeng tolak taman makam pahlawan karena ada kroni Ibnu Sutowo

Pertamina utang USD 10,5 miliar, Soeharto pecat Ibnu Sutowo

Ibnu Sutowo, raja minyak Orde Baru dan sengkarut Pertamina

Tommy Soeharto-Adiguna Sutowo, sahabat dengan cerita kelam sama

Daryono, sopir Florence kini tengah diburu polisi (mdk/tts)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Fakta Pontjo Sutowo Sosok Pemilik Hotel Sultan, Punya Hubungan Keluarga dengan Dian Sastro
Fakta Pontjo Sutowo Sosok Pemilik Hotel Sultan, Punya Hubungan Keluarga dengan Dian Sastro

Nama Ponjo Sutowo menjadi sorotan karena terlibat dalam Kasus pengosongan hotel Sultan di GBK.

Baca Selengkapnya
Menteri Bahlil Akui Bekukan Izin Hotel Sultan, Ini Alasannya
Menteri Bahlil Akui Bekukan Izin Hotel Sultan, Ini Alasannya

Pembekuan izin tersebut dilakukan lantaran Hak Guna Bangunan (HGB) telah habis.

Baca Selengkapnya
Bakal Dijadikan Area Terbuka, Indobuildco Lobi Pemerintah Beli Tanah yang Dipakai Hotel Sultan
Bakal Dijadikan Area Terbuka, Indobuildco Lobi Pemerintah Beli Tanah yang Dipakai Hotel Sultan

Indobuildco sempat merayu pemerintah untuk membeli tanah negara di area lahan Hotel Sultan.

Baca Selengkapnya
Duduk Perkara Mantan Wali Kota Solo FX Rudy Dilaporkan ke KPK
Duduk Perkara Mantan Wali Kota Solo FX Rudy Dilaporkan ke KPK

Politikus PDIP ini dilaporkan waris tanah eks Taman Sriwedari.

Baca Selengkapnya
Hotel Pertama di Bali Berusia 96 Tahun, Pernah Dihuni Soekarno Hingga Charlie Chaplin
Hotel Pertama di Bali Berusia 96 Tahun, Pernah Dihuni Soekarno Hingga Charlie Chaplin

Menyimpan banyak jejak sejarah, hotel ini dinobatkan sebagai cagar budaya.

Baca Selengkapnya
Ditagih Ganti Rugi Rp28 Triliun, Manajemen GBK Tuntut Balik Pontjo Sutowo Rp600 Miliar
Ditagih Ganti Rugi Rp28 Triliun, Manajemen GBK Tuntut Balik Pontjo Sutowo Rp600 Miliar

PPKGBK menuntut balik Indobuildco atas utang royalti sebesar Rp600 miliar.

Baca Selengkapnya
Potret Rumah Crazy Rich Era 1970-an di Pasuruan, Dulunya Juragan Beras hingga Opium
Potret Rumah Crazy Rich Era 1970-an di Pasuruan, Dulunya Juragan Beras hingga Opium

Keluarga ini jadi kesayangan pemerintah Hindia Belanda.

Baca Selengkapnya
Izin Tak Diperpanjang, Manajemen GBK Somasi hingga Polisikan Pegawai Hotel Sultan yang Masih Ngeyel Bekerja
Izin Tak Diperpanjang, Manajemen GBK Somasi hingga Polisikan Pegawai Hotel Sultan yang Masih Ngeyel Bekerja

Manajemen GBK melayangkan somasi kepada para karyawan PT Indobuildco yang ngotot masih bekerja di Hotel Sultan, Jakarta.

Baca Selengkapnya
Melihat Jejak Kejayaan Hotel Selabintana di Sukabumi, Jadi Penginapan Megah Era Kolonial hingga Basis Markas PKI
Melihat Jejak Kejayaan Hotel Selabintana di Sukabumi, Jadi Penginapan Megah Era Kolonial hingga Basis Markas PKI

Selabintana dulunya merupakan tempat berlibur orang-orang Eropa dari Batavia.

Baca Selengkapnya
Hotel Sultan di Kawasan GBK Kembali Jadi Milik Negara
Hotel Sultan di Kawasan GBK Kembali Jadi Milik Negara

Hadi menjelaskan, HGB Nomor 26/Gelora dan HGB Nomor 27/Gelora atas nama PT Indobuildco dengan total luas 13,6 hektare (kawasan Hotel Sultan) telah berakhir.

Baca Selengkapnya
Sudah Berbisnis dari Remaja, Ini Sosok Anwar Sutan Saidi Konglomerat Sumbar Sebelum Kemerdekaan
Sudah Berbisnis dari Remaja, Ini Sosok Anwar Sutan Saidi Konglomerat Sumbar Sebelum Kemerdekaan

Meski dari golongan orang kaya, sosok asal Sumatera Barat ini tak ragu berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Anak Petani dan Sempat Putus Sekolah, Pria Ini Jadi Taipan Kaya Raya
Anak Petani dan Sempat Putus Sekolah, Pria Ini Jadi Taipan Kaya Raya

Kesuksesan pria ini menjadi salah satu kisah inspiratif dalam membangun bisnis.

Baca Selengkapnya