Cerita anak tukang rujak sukses jadi Kapolres di Riau
Merdeka.com - Lahir dari orangtua penjual rujak dan pecel keliling kampung, membuat AKBP Dasuki Herlambang penuh semangat. Tak hanya mampu mengikuti jejak orangtua dalam mengulek bumbu, otak encer dan jenius berhasil membuatnya lolos masuk Akademi Kepolisian pada tahun 1993 dan lulus pada 1996 lalu.
Pria yang akrab disapa Dasuki alias Kiki ini tumbuh dan besar di kota Medan Sumatera Utara. Untuk dapat mengenyam pendidikan selama Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama, dia kerap berjualan seperti yang dilakukan orangtuanya. Meski hidup serba kekurangan, semangatnya membara agar tetap dapat bersekolah.
"Dulu jangankan untuk sekolah, untuk makan saja susah. Kalau mau sekolah ya jualan dulu, cari uang sendiri dan bantu orangtua. Cita-cita saya ingin jadi gubernur saat itu," ujar Dasuki memulai perbincangan dengan merdeka.com, Jumat (30/12).
-
Bagaimana Kiki bisa menjadi Polwan? Kiki tak kuasa menahan haru saat namanya disebutkan dalam sidang kelulusan bersama calon siswa lainnya. Pengumuman kelulusan sendiri dilaksanakan pada sidang terbuka kelulusan Penerimaan Bintara dan Tamtama Polri Tahun Anggaran 2024, Polda Sulawesi Selatan.
-
Dimana anak Komeng bersekolah? Keduanya lulus dari International Islamic School (IISS).
-
Dimana Aki Khoerudin biasa berjualan? Sehari-hari, pria bersahaja ini mangkal di wilayah Guntur Sari, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung.
-
Bagaimana kakek belajar bahasa? Thanh mulai belajar bahasa asing sejak kecil, dia belajar bahasa Inggris yang kemudian dilanjutkan dengan bahasa Prancis, sebelum akhirnya belajar bahasa Mandarin saat dewasa.
-
Dimana sekolah anak pengusaha itu? Dalam video tersebut, Hilman Gumilar ditemani sang istri dan sopirnya datang ke sekolah sang anak bernama Boy untuk berkunjung. Sang anak yang saat itu sedang menempuh pendidikan SMA di sebuah sekolah berasrama yang sangat mewah.
-
Bagaimana Kompol Syarif dididik? Karena sang Ibu berlatar belakang tentara, Syarif pun sudah dididik disiplin sejak belia.
Bagi Dasuki, kondisi ekonomi bukanlah halangan untuk menggapai cita-cita. Menjadi seorang kepala daerah seperti gubernur, adalah impian Dasuki saat masih kecil. Namun untuk menempuh itu, zaman dulu memang kebanyakan mesti berlatar belakang militer.
Kapolres Kuantan Singingi ©2016 Merdeka.com
"Saat kecil saya ingin jadi kepala daerah, saya pun berniat masuk militer supaya bisa jadi bupati atau gubernur. Saya pun semakin rajin jualan apa yang bisa dijual dan bantu orangtua, pakaian sekolah saja bekas abang saya, yang penting bisa sekolah," kata Dasuki.
Setelah menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di Medan, Dasuki memohon restu dari orangtuanya untuk menggali ilmu ke Pulau Jawa. SMA Taruna Nusantara di Magelang menjadi pilihannya. Ya, di situlah Dasuki mulai berpisah dari orangtuanya demi cita-cita. Sekolah di pulau Jawa merupakan impian anak-anak sebayanya kala itu.
"Dalam benak saya pada waktu itu, bagaimana caranya supaya bisa membuat orangtua saya senang dan bangga saya bisa jadi orang berpendidikan, meski anak tukang rujak dan pecal," kata Dasuki.
Selama menempuh pendidikan di SMA Taruna Nusantara, Dasuki dibiayai negara. Berkat IQ tinggi yang dimilikinya, dia mendapat beasiswa bersama pelajar lainnya.
"Tahun 1990, sekolah itu baru dibuka. Kami angkatan pertama saat itu. Lulusnya tahun 1993, saat itu saya langsung daftar AKABRI, supaya bisa jadi gubernur," ucapnya.
Setelah tamat dari SMA Taruna Nusantara, Dasuki coba-coba untuk mengikuti tes di Akabri yang belum terpecah saat itu. Targetnya bisa jadi anggota Kopassus untuk kemudian jadi gubernur, tapi Dasuki ditakdirkan ke Akpol bagian dari Akabri kala itu. Sadar akan pemberian dan anugerah Tuhan, Dasuki sangat bersyukur.
Tak terbayangkan raut wajah bahagia kedua orangtua mendengar Dasuki yang merantau jauh-jauh ke pulau Jawa bisa lulus di Akpol. Dasuki berhasil membuat orangtuanya bangga.
Kapolres Kuantan Singingi ©2016 Merdeka.com
"Alhamdulillah sangat bersyukur sekali, anak seorang tukang rujak lulus di Akpol. Saat itu tak nyangka, jangankan untuk berlebih, untuk makan saja susah," ucap Dasuki.
Tahun 1993, Dasuki pun mulai menjalani pendidikan militer di Akpol bersama Taruna lainnya. Bayangkan saja, dari ratusan bahkan ribuan orang pendaftar, Dasuki salah satu orang yang hidup serba kekurangan mampu menyaingi yang lainnya. Selain otaknya encer, doa sang ibu membuatnya berhasil menamatkan pendidikan di Akpol tahun 1996.
"Semua yang saya dapatkan karena doa orangtua saya, doa ibu saya. Tapi beliau telah pulang sebulan sebelum saya dilantik jadi Kapolres Kuantan Singingi," kenang pria berusia 44 tahun ini.
Kini, Kapolres Kuantan Singingi provinsi Riau ini hanya bisa berdoa untuk ibunya yang sudah terlebih dahulu menghadap Sang Pencipta, Allah SWT. Ayahnya masih menemani Dasuki dalam menjalani hidup bersama istri Teti Indrawati dan empat orang anaknya. Enam saudara kandungnya yang turut mendukung perjuangannya, juga menjadi perhatian Dasuki saat ini.
Karena sejak kecil rajin membantu ayah dan ibunya untuk mengulek bumbu rujak dan pecel, kemampuan Dasuki tak diragukan lagi. Semua anak buahnya di Polres Kuantan Singingi pun diajari cara membuat rujak yang enak.
"Sejak kecil saya bisalah membuat rujak dan pecel, masakan lain juga bisa. Ilmu itu harus dibagi-bagi, siapa saja yang mau belajar buat rujak, silakan saya bersedia," pungkasnya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Panji mulai menyadari efek buruk tidak serius sekolah. Ia sulit mendapatkan pekerjaan.
Baca SelengkapnyaSosok pengusaha sukses ini dulunya sempat hidup serba susah, pernah bekerja sebagai kernet angkot sampai sang ibunda dihina oleh tetangganya sendiri.
Baca SelengkapnyaTerungkap, ada salah satu siswa SPN yang merupakan putra dari tukang penjual kicimpring, keripik khas Tanah Pasundan.
Baca SelengkapnyaDengan modal terbatas, Dicky merintis usaha martabak di pelataran rumahnya. Dia sempat ragu dan takut memulai usaha.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita anak tukang jus yang kini berhasil menjadi seorang polisi.
Baca SelengkapnyaPotret pemuda yang nasibnya berubah drastis dan kini menjadi Jenderal TNI berpengaruh di Angkatan Darat.
Baca SelengkapnyaIa beberapa kali ingin pindah jurusan karena menjadi dokter bukan cita-citanya
Baca SelengkapnyaAnak dari penjual rujak dan pisang goreng kini dilantik jadi Menko. Begini kisahnya.
Baca SelengkapnyaSeorang priapengusaha rambut nenek lulusan SD sukses dan berhasil menyekolahkan anaknya sampai sarjana.
Baca SelengkapnyaKehidupan ekonomi Rieke Diah Pitaloka mulai berubah setelah mendapat tawaran bermain sinetron.
Baca SelengkapnyaMeski berprofesi sebagai pedagang tahu keliling, sang anak berhasil menyelesaikan pendidikan Bintara.
Baca SelengkapnyaTanggung jawab itu dipikul Iki setelah ibunya sakit lalu meninggal dan ayahnya minggat dua tahun lalu.
Baca Selengkapnya