Cerita bantaran Sungai Cikapundung dinamakan bantaran Djuanda
Merdeka.com - 14 Januari, 104 tahun silam lahirlah sosok hebat Djuanda Kartawidjadja. Dalam perjalanan hidupnya sumbangsih sosok Djuanda tak boleh dilupakan. Dialah orang mendorong lahirnya sebuah deklarasi yang mengukuhkan Indonesia sebagai negara kepulauan. Deklarasi ini menjadi karyanya yang paling strategis. Itu dilakukan ketika dia menjabat menteri di masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Untuk mengenang jasa Djuanda, seniman di Bandung yang tergabung dalam 'Kelompok Anak Rakyat' (LOKRA) mencoba membangkitkan kembali spirit Djuanda yang sudah memberikan kontribusi besar untuk Tanah Air.
Rabu (14/1) siang bertempat di Bantaran Sungai Cikapundung, Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung mereka melakukan aksi tari serupa teatrikal di sungai yang membelah Kota Bandung itu. Garapan tari mengambil judul Djuanda Rasa yang artinya Djuang Sunda Rante Nusa.
-
Dimana asal Tari Dana Syarah? Dana Syarah merupakan tarian yang aslinya berasal dari Timur Tengah.
-
Apa itu Tari Gandrung? Mengutip warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tarian khas Banyuwangi ini berasal dari kata 'Gandrung' dalam bahasa Jawa artinya 'Tergila-gila' atau 'Cinta habis-habisan'.
-
Apa itu tatarucingan Sunda? Tatarucingan adalah permainan tradisional berbentuk pertanyaan yang disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya sulit ditebak.
-
Dimana Tari Gandrung dipertunjukan? Bagi masyarakat Banyuwangi, tarian tradisional ini sudah menjadi bagian dari hiburan murah yang dihadir pada saat acara hajatan dan acara seremonial lainnya.
-
Apa yang dibawakan Tarawangsa Sunda Lugina? Grup itu tampil dengan mengangkat budaya Indonesia di mata pencinta musik yang berkumpul dari seluruh dunia.
-
Tari Tanduak menceritakan apa? Melansir dari beberapa sumber, Tari Tanduak ini menceritakan adu kerbau antar masyarakat Pulau Paco di Minangkabau dan utusan dari Kerajaan Majapahit.
Dikisahkan sosok pejuang dari tanah Sunda yakni Djuanda yang memiliki pemikiran brilian dalam menyatukan pulau Indonesia. Dalam perannya Djuanda yang dibalut kain merah, putih, hitam dan kuning berjuang mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk keutuhan wilayah NKRI.
Mereka berusaha mempertahankan keutuhan NKRI dari tangan jahat penjajah. Simbol pertahanan itu menampilkan sosok penari putri cantik bertopeng yang ternyata adalah Ibu Pertiwi. Djuanda berjuang melawan jahatnya penjajah yang menampilkan sesosok pria bertopeng barong. Pria jahat itu adalah simbol penjajah yang ingin kembali menguasai wilayah Indonesia.
Dengan cucuran keringat Djuanda tak ingin sedikit pun Ibu Pertiwi dilukai. Pada akhirnya penjajah itu takluk dan hormat kepada Djuanda.
"Tarian ini adalah simbol negeri penjajah di mana mereka pernah ingin menguasai Republik Indonesia. Sehingga kami tampilkan sosok Juanda yang gigih agar memperkuat wilayah Indonesia tidak dikuasai penjajah," terang Gatot Gunawan pemeran Djuanda dari LOKRA.
Sebagai bentuk penghormatan kepada Djuanda, seniman ini bersama warga Babakan Ciamis mengabadikan bantaran sungai Cikapundung ini dengan nama Bantaran Djuanda. Diharapkan kelak bantaran Djuanda ini menjadi titik 0 dalam usaha menanamkan semangat Djuanda. Dipilihnya Bantaran Sungai di Cikapundung ini karena menyimbolkan air, yang juga merupakan satu kesatuan dari kelautan yang jadi pemersatu bangsa Indonesia.
"Melalui peringatan HUT Djuanda kita jangan pernah melupakan pengabdian dan perjuangan mereka," tuturnya.
Djuanda sendiri merupakan sosok figur Sunda yang bermunajat dikancah nasional. Dia pernah menjabat Menteri Perhubungan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Kemakmuran, Menteri Keuangan, Perdana Menteri ke-10. Namun dia meninggal diusianya ke-52 atau pada 7 November 1963.
Nama Djuanda sendiri sebelumnya pernah diabadikan sebagai lapangan terbang di Surabaya, dan Hutan Raya serta dana Museum dan Monumen serta Jalan di Bandung. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kesenian banyak ditemukan di daerah Kalimantan Timur dari suku Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung sebagai lambang kegembiraan dan juga ramah tamah.
Baca SelengkapnyaKonon tarian ini sudah lahir sejak abad 15 saat Karo masih dikenal dengan Kerajaan Lingga.
Baca SelengkapnyaAdanya perpaduan satra klasik Jawa dengan tradisi Sunda melahirkan seni wawacan yang indah.
Baca SelengkapnyaTarian ini dibawa langsung oleh para pedagang Arab.
Baca SelengkapnyaTarian ini begitu lembut, gerakannya mirip lilin yang tertiup angin.
Baca SelengkapnyaSalah satu budaya lokal Minangkabau yang memadukan seni tari, musikal, drama, dan beda diri ke dalam satu kesatuan yang harmonis.
Baca SelengkapnyaTarian tradisional Ketuk Tilu yang berasal dari Jawa Barat ini ternyata memiliki makna sangat mendalam.
Baca SelengkapnyaKesenian tradisional ini pertama kali dibawa oleh pedagang Gujarat (India)
Baca SelengkapnyaPara pria atau jejaka setempat menggoda wanita yang membantu panen di sawah dengan berpantun.
Baca SelengkapnyaMemiliki debit air yang cukup besar, sungai Serayu juga menyimpan kisah sejarah yang menarik disimak.
Baca SelengkapnyaPantun Sunda berbeda dengan karya sastra Melayu, dan bisa digunakan untuk kegiatan ruwatan.
Baca SelengkapnyaKesenian tradisional yang satu ini telah menjadi ikon Kabupaten Banyuwangi sekaligus hiburan masyarakat ketika acara hajatan.
Baca Selengkapnya