Cerita bayi di Karawang dianiaya ibunya hingga tewas diduga karena faktor ekonomi
Merdeka.com - Nasib tragis dialami balita bernama Calista di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Bayi berusia 15 bulan itu tewas setelah diduga dianiaya ibu kandungnya, Sinta (27).
Calista, sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karawang. Namun karena luka dideritanya parah ia menghembuskan nafas pada Minggu (25/3) kemarin.
"Bayi itu meninggal dunia, sebelumnya kondisinya memang semakin memburuk," kata Humas RSUD Karawang Ruhimin, saat dihubungi di Karawang.
-
Kenapa bayi nya meninggal? Salah satu penyebab bayi laki-laki itu meninggal dunia karena lokasi melahirkan tidak memadai.
-
Bagaimana bayi perempuan itu meninggal? Bayi perempuan yang diberi nama 'Neve,' diambil dari nama sungai di daerah tersebut, diketahui meninggal dunia ketika usianya hanya sekitar 40 hingga 50 hari.
-
Apa yang terjadi pada bayi tersebut? 'Tapi bayi itu selamat. Dia sehat,' ungkap Nana Mirdad seraya membagikan cuplikan-cuplikan video penanganan sang bayi oleh tenaga medis di UGD.
-
Mengapa bayi meninggal? Kelainan genetik yang dialami anak ini membuat jantung tidak dapat menerima atau memompa cukup darah setiap kali berdetak dan mengakibatkan kematian dini anak laki-laki tersebut karena gagal jantung, ungkap para peneliti seperti dikutip dari laman Live Science.
-
Apa yang terjadi pada bocah di Tasikmalaya? Ada-ada saja kejadian yang menimpa bocah 3 tahun asal Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Dia tak berhenti menangis usai kepalanya tersangkut di kaleng wafer.
-
Siapa yang memperkosa anak kandungnya? Ali Arwin, ayah kandung yang tega memperkosa putrinya hingga hamil dan melahirkan akhirnya dimunculkan ke publik.
Sejak datang ke RSUD Karawang beberapa hari lalu, Calista hanya mengandalkan alat bantu pernafasan. Dua hari terakhir sebelum meregang nyawa, kondisinya semakin memprihatinkan.
Case Manager RSUD Karawang dr Nia Kaniasari mengatakan, selama 15 hari bayi Calista terbaring koma di RSUD. Itu terjadi karena kondisi koma dan kejang-kejang. Ditambah lagi ada benturan pada kepala Calista yang mengakibatkan ada kerusakan pada otak.
Saat pemeriksaan di wajah Calista ada luka, tepatnya di kelopak mata kanan dan kiri atas bawah. Ini salah satu penyebab kesadaran Calista menurun karena berkaitan dengan otak pasien. Calista juga diduga mengalami infeksi atau peradangan pada otak. Sebab dari pertama sampai di RSUD, Calista sempat berhenti bernafas, sehingga petugas medis memasang alat bantu nafas.
Sementara itu, Polres Karawang sebelumnya telah menetapkan Sinta (27) sebagai tersangka dalam kasus penganiayaan Calista. Tersangka kasus penganiayaan seorang bayi itu ditetapkan setelah pihak kepolisian mengumpulkan dua alat bukti berupa visum dan keterangan saksi.
"Pelaku penganiayaan itu merupakan ibu kandungnya sendiri," kata Kapolres setempat AKBP Hendy F Kurniawan.
Atas perbuatannya, Sinta terancam pasal 80 Undang Undang tentang Perlindungan Anak dengan hukuman lima tahun penjara.
Diduga masalah ekonomi
Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Rita Pranawati mengatakan, tekanan ekonomi diduga menjadi pemicu Sinta menganiaya anaknya.
"Beban hidup yang ditanggung S tidak seharusnya dilampiaskan kepada ananda C. Kejadian ini membuat kita semua merasa pilu," kata komisioner KPAI bidang pengasuhan Rita di Jakarta, Senin (26/3).
Menurut dia, kekerasan yang dilakukan oleh orang yang seharusnya menjadi penanggung jawab utama pengasuhan anak bukanlah kasus yang pertama dalam kurun waktu 2018. Tercatat setidaknya ada 18 kasus anak yang mengalami kekerasan fisik, yaitu dipukul berulang, disekap, disulut rokok, ditanam hidup-hidup hingga diracun.
"Kekerasan ini tidak hanya terjadi di seputar Jakarta, tapi juga dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah (Pati), Jawa Timur (Surabaya, Jombang), Jawa Barat (Tasikmalaya, Garut, Cirebon, Bekasi, Karawang), DKI Jakarta, Banten, Kalimantan Timur hingga Papua," kata dia.
Sebagian anak, kata dia, meninggal akibat kekerasan yang dilakukan orang tuanya. Menurutnya masih ada lagi kasus kekerasan yang tidak terlaporkan.
"Perlu disadari bahwa anak adalah anugerah yang harus diterima sebagai amanah kepada orang tua," ujarnya.
Sayangnya, lanjut dia, sebagian orang tua memaknai anak sebagai kepemilikan yang dapat diperlakukan sesuai keinginan orang tua. Anak adalah manusia yang memiliki martabat dan kehidupan awalnya sangat tergantung pada orang tua sebagai orang yang menjalankan pengasuhannya.
"Orang tua perlu menyadari bahwa anak masih sangat belia dalam belajar menjalani kehidupan sehingga orang tua perlu menyikapi dengan wajar tumbuh kembangnya," katanya.
Dia mengatakan, kesehatan mental menjadi isu penting dalam kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua. Beban hidup yang dirasakan baik karena situasi perkawinan, kesulitan ekonomi hingga persoalan pribadi seringkali menjadi pemicu orang tua melampiakan kekesalannya pada anak-anak.
Bagaimanapun, menurut dia, orang tua perlu berpikir logis dan menggunakan nalar sehat bahwa anak masih bergantung padanya dan masih dalam proses tumbuh kembang. Wajar kiranya ada hal yang belum sesuai dengan harapan orang tua dan di situlah tugas pengasuhan berproses.
Orang tua baik ayah maupun ibu, kata dia, memiliki tanggung jawab yang sama dalam mengasuh karena hal ini hulu dari perlindungan anak. Fungsi kontrol pengasuhan yang dilakukan orang tua dapat dilakukan oleh masyarakat dan sekolah jika anak sudah berusia sekolah.
Jika ada dugaan kejadian kekerasan yang terjadi di lingkungan rumah, lanjut dia, maka masyarakat memiliki fungsi mencegah terjadinya kekerasan berkelanjutan pada anak-anak. Begitu pula sekolah dapat menjadi fungsi kendali bagi situasi kekerasan terhadap anak.
"Tiga pilar ini menjadi pelindung utama anak dan ketiga pilar ini perlu menguatkan fungsi kontrol untuk perlindungan anak. Akhirnya, semoga ananda C menjadi anak terakhir yang mengalami kekerasan oleh orang tuanya sendiri," kata dia.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pria Ini Curiga Bayinya Hasil Selingkuhan Istri dengan Pria Lain, Lalu Dianiaya Hingga Tewas
Baca SelengkapnyaMomen polisi sampai tak bisa tahan tangis saat evakuasi balita yang disiksa ayah kandungnya sendiri di Pinrang, Sulawesi Selatan.
Baca SelengkapnyaDiduga, sebelum dibuang ke saluran irigasi, bayi tersebut mendapatkan penyiksaan dari orang tuanya.
Baca SelengkapnyaKasat Reskrim Polres Sumbawa, Iptu Regi Halili mengatakan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi, serta ahli medis.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu berinisial I (39), warga Semanu, Gunungkidul, DIY, tega membunuh bayinya sendiri karena alasan faktor ekonomi.
Baca SelengkapnyaDi hari kejadian, ibu tersebut juga sempat terlibat pertengkaran dengan mertuanya.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan keterangan saksi, pelaku membanting korban lebih dari dua kali.
Baca SelengkapnyaJasad bayi ini ditemukan oleh warga saat mengais cabai.
Baca SelengkapnyaVideo anak perempuan diikat rantai pada bagian leher dengan luka lebam di wajah itu viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaBayi tersebut sudah dirawat oleh pasangan suami istri tersebut sejak usia 4 bulan.
Baca SelengkapnyaOrang tua korban sudah ditetapkan sebagai tersangka atas kematian anak kandungnya.
Baca SelengkapnyaKPAID Tasikmalaya menyatakan kasus anak berkebutuhan khusus (ABK) meninggal dianiaya orang tuanya menjadi kado pahit di Hari disabilitas.
Baca Selengkapnya